Perancis secara resmi telah mencabut semua pembatasan perjalanan terhadap pendiri Telegram, Pavel Durov, mulai 13 November 2025, mengakhiri satu tahun kewajiban melapor ke polisi dan pembatasan bergerak. Warga negara ganda Perancis-Rusia ini, yang ditahan di Paris pada Agustus 2024, kini dapat melintasi perbatasan dengan bebas tanpa pengawasan hukum.
Perkembangan ini penting dalam penyelidikan kriminal yang sedang berlangsung, yang bisa membuat Durov menghadapi hukuman hingga 10 tahun penjara dan denda lebih dari US$550.000.
SponsoredDari Penahanan ke Kebebasan: Linimasa Pembatasan Hukum Durov
Masalah hukum Durov dimulai ketika pihak berwenang menangkapnya di Bandara Le Bourget Paris pada Agustus 2024. Tuduhannya melibatkan dugaan bahwa Telegram memfasilitasi kejahatan terorganisir akibat moderasi konten yang tidak memadai. Jaksa Perancis menuduh platform ini menolak untuk bekerjasama dalam menangani konten ilegal dengan fokus utama pada materi pelecehan seksual anak.
Pada awalnya, Durov dilarang meninggalkan Perancis dan harus melapor secara berkala kepada polisi di Nice. Selama beberapa bulan, pembatasan ini dilonggarkan, memungkinkan perjalanan singkat yang dikendalikan ke Uni Emirat Arab tidak lebih dari dua minggu. Namun, dia tetap di bawah yurisdiksi Perancis hingga saat ini.
Menurut France 24, Durov memenuhi semua persyaratan selama satu tahun sebelum pihak berwenang mencabut pembatasan perjalanan dan pengadilan. Akibatnya, kewajiban melapor ke polisi dan semua batasan geografis atas pergerakannya dihapuskan.
Durov menghadapi tiga kali interogasi oleh pihak berwenang Perancis. Pengacaranya secara konsisten menantang legitimasi dan metode penyelidikan, dengan alasan bahwa mereka melanggar hukum domestik dan Eropa.
Penyelidikan Kriminal Tetap Aktif saat Pembatasan Berakhir
Meski Durov bebas bepergian, penyelidikan kriminal masih berlangsung. Pihak berwenang Perancis sedang menyelidiki dugaan peran Telegram dalam memfasilitasi transaksi ilegal, distribusi gambar pelecehan seksual anak, dan memfasilitasi konten ilegal. Tuduhan ini berfokus pada keterlibatan dalam kejahatan terorganisir, bukan keterlibatan langsung.
SponsoredKasus ini menggambarkan Telegram sebagai platform yang rentan terhadap penyalahgunaan kriminal karena moderasi kontennya yang terbatas. Selama pemeriksaan pada Desember 2024, Durov mengakui meningkatnya penyalahgunaan kriminal di Telegram dan menjanjikan pengawasan yang lebih kuat. Platform tersebut sejak itu telah memperkenalkan alat moderasi tambahan.
Telegram menerapkan sistem moderasi canggih berbasis AI pada awal 2024, menurut dokumentasi perusahaan. Pada 2025, platform ini melaporkan telah memblokir lebih dari 34 juta grup dan saluran, menunjukkan penegakan hukum yang meningkat. Langkah-langkah ini menanggapi kritik yang berdampak bahwa Telegram memfasilitasi jaringan kriminal.
Meskipun melakukan upaya kepatuhan, Durov tetap menghadapi risiko 10 tahun penjara dan denda hingga US$550.000 jika terbukti bersalah. Penyelidikan ini bisa menjadi preseden penting bagi akuntabilitas platform di Eropa, terutama bagi layanan pesan terenkripsi yang populer di kalangan komunitas cryptocurrency.
Durov Kritik Otoritas Prancis, Suarakan Kekhawatiran Kebebasan Berekspresi
Selama penyelidikan, Durov secara publik mengkritik otoritas Perancis dan menyatakan kekhawatirannya terhadap campur tangan pemerintah yang berlebihan. Dia menuduh para jaksa melakukan kesalahan prosedural dan berargumen bahwa penangkapannya merusak reputasi Perancis sebagai pendukung kebebasan. Durov menggambarkan proses ini sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara dan enkripsi.
Pembelaannya berpendapat bahwa Telegram bertindak sebagai platform netral, bukan sarana untuk kejahatan. Durov menempatkan dirinya sebagai pembela privasi dan kebebasan berekspresi, melawan apa yang dia anggap sebagai sensor Eropa. Pandangan ini resonan dengan advokat cryptocurrency dan privasi yang menganggap komunikasi terenkripsi penting untuk kebebasan digital.
Reaksi media sosial atas penghapusan larangan perjalanan ini positif di kalangan pendukung Durov. Meski demikian, implikasi hukum yang lebih luas belum terselesaikan. Baik jaksa Paris maupun tim hukum Durov enggan memberikan komentar publik mengenai status saat ini, sehingga pertanyaan tentang waktu persidangan dan hasil masih ada.
Kasus ini menyoroti ketegangan yang terus berlanjut antara platform teknologi yang berfokus pada privasi dan penegakan peraturan. Seiring penyelidikan Perancis berlanjut, hasilnya bisa memengaruhi regulasi layanan messaging dan akuntabilitas platform terhadap konten pengguna di seluruh Eropa. Untuk saat ini, kebebasan bergerak yang dikembalikan bagi Durov mewakili kemenangan sebagian, namun sengketa hukum ini masih jauh dari usai.