Hanya dalam 24 jam setelah debut, equity perpetuals (equity perps) milik Hyperliquid membukukan volume trading hampir US$100 juta, namun open interest hanya mencapai US$66 juta.
Peluncuran ini memicu perdebatan panas di komunitas aset kripto dan DeFi, banyak yang bertanya apakah ini “golden opportunity” bagi pasar equity perps on-chain. Di sisi lain, ada yang mempertanyakan apakah ini cuma eksperimen berisiko tinggi dengan asumsi yang rapuh.
SponsoredPeluang baru: likuiditas 24/7 dan evolusi opsi zero-day
Peluncuran equity perpetuals Hyperliquid yang impresif memantik perdebatan di komunitas investasi. Yang membuat equity perps menonjol adalah kemampuannya mengubah pasar saham tradisional menjadi ekosistem trading 24/7 yang sepenuhnya on-chain.
Tidak seperti bursa saham konvensional yang hanya beroperasi beberapa jam per hari, derivatif saham on-chain memungkinkan trading yang terus menerus, tanpa batas, dan transparan, serta sejalan dengan etos DeFi tentang pasar yang open dan permissionless.
Para analis menilai equity perps tidak bertujuan menggantikan futures saham tradisional, melainkan mengganggu zero-day options (0DTE) — produk favorit spekulan jangka pendek yang mencari leverage. Seperti Kirbyongeo ujar, equity perps “don’t replace equity futures, they replace zero-day options.”
Pergeseran ini sejalan dengan selera leverage di pasar modern. José Maria Macedo menunjukkan bahwa Robinhood meraup hampir US$1 miliar per tahun, sekitar 25% dari total pendapatannya, hanya dari trading opsi, yang menunjukkan besarnya permintaan eksposur berleverage. Equity perps bisa mengisi celah ini di ranah on-chain dengan menawarkan alternatif yang lebih sederhana dan terdesentralisasi.
Sejumlah pengamat industri bahkan yakin equity perps bisa menyaingi crypto perps atau stablecoin dari sisi skala. Ryan Watkins memprediksi bahwa equity perps global mungkin menjadi peluang pertumbuhan terbesar kripto dalam 12–18 bulan ke depan, bahkan bisa melampaui stablecoin. Menggemakan pandangan ini, Dylan G. Bane menyarankan bahwa total addressable market (TAM) untuk equity perps pada akhirnya bisa “outgrow stablecoins” ketika adopsi arus utama dimulai.
SponsoredRisiko dan realitas: celah hukum dan kedalaman pasar
Di tengah euforia, beberapa suara terkemuka justru memberi peringatan. DCinvestor mengkritik kontrak perpetual yang menurutnya bias secara inheren, sambil mengingatkan bahwa exchange sering bisa melihat titik likuidasi para trader, sehingga memicu “liquidation hunts” saat likuiditas tipis. Dinamika seperti ini bisa makin bermasalah di pasar equity on-chain tahap awal, ketika likuiditas dan volatilitas masih dangkal.
“Perps are effectively a rigged game. Even if they weren’t actually rigged, the rules practically guarantee you will eventually lose and lose big unless you have extreme risk management and portfolio management skills,” tulis dia.
Selain itu, saham berbeda secara fundamental dari aset kripto. Saham membawa dividen, hak pemegang saham, dan perlindungan hukum, yang tidak mudah diterapkan ke derivatif terdesentralisasi. Seorang analis memperingatkan bahwa melepaskan saham dari kerangka hukumnya bisa berbenturan dengan kepentingan investasi jangka panjang, sementara Sam mengingatkan bahwa ekspektasi adopsi saat ini “much higher than reality.”
“Equity perps could be a defining moment for Hyperliquid. But the path to adoption is murky, and today’s expectations are much higher than reality.” komentar Sam.
Dari sisi operasional, tantangan utama terletak pada membangun sistem manajemen risiko yang transparan, perlindungan dari likuidasi, dan keselarasan dengan regulasi. Tanpa pagar pengaman ini, mirip “circuit breakers” di exchange tradisional, equity perps on-chain bisa cepat menghadapi skeptisisme serta pengawasan lebih ketat dari regulator di seluruh dunia.
Singkatnya, equity perps on-chain menawarkan inovasi strategis dengan potensi besar, karena menjembatani keuangan tradisional dan trading terdesentralisasi. Daya tariknya jelas: likuiditas 24/7, permintaan leverage yang tinggi, dan infrastruktur yang dapat diakses secara global. Meski begitu, kesuksesan bergantung pada penyelesaian masalah krusial lebih dulu: likuiditas, transparansi, kepatuhan, dan perlindungan investor.