Aksi harga Bitcoin (BTC) memicu Death Cross pada hari Minggu, 16 November, setelah rata-rata pergerakan 50 hari berada di bawah rata-rata pergerakan 200 hari.
Secara historis dianggap sebagai sinyal teknis bearish, peristiwa ini memicu perdebatan baru di kalangan trader dan analis. Pertanyaan utamanya: apakah ini menandai titik dasar lokal, ataukah penurunan lebih lanjut sedang mengintai?
SponsoredApa Itu Death Cross dan Mengapa Itu Penting Sekarang untuk Harga Bitcoin
Dalam analisis teknikal, Death Cross terjadi ketika momentum harga jangka pendek jatuh di bawah tren jangka panjang, menandakan potensi tekanan ke bawah. Pada saat penulisan, Bitcoin diperdagangkan sekitar US$93.646, setelah jatuh di bawah US$94.000 untuk pertama kalinya sejak 5 Mei.
Sentimen pasar sangat bearish, dengan Fear & Greed Index jatuh ke 10, menunjukkan ketakutan yang ekstrem. Sementara itu, penjualan whale dan arus keluar ETF spot mempercepat penurunan baru-baru ini.
Di tengah sentimen negatif ini dan ketakutan akan penurunan lebih lanjut, analis mengatakan bahwa Death Cross tidak secara otomatis memprediksi crash.
Data historis dari 2014 hingga 2025 menunjukkan hasil jangka pendek yang beragam tapi rebound yang kuat dalam banyak siklus jangka menengah hingga panjang.
Sponsored SponsoredPerforma Historis: Kerugian Jangka Pendek, Keuntungan Jangka Menengah
Data yang dibagikan oleh Mario Nawfal dan analis on-chain menunjukkan:
- 1–3 minggu setelah cross: Pengembalian hampir 50/50 antara keuntungan dan kerugian; pengembalian median sedikit positif (~0,25–2,35%).
- 2–3 bulan setelah cross: Keuntungan rata-rata melonjak ke 15–26%, menunjukkan potensi pemulihan jika pola historis bertahan.
- 12 bulan kemudian: Hasil sangat bervariasi; beberapa siklus menghasilkan keuntungan lebih dari 85%, yang lain mengalami penurunan tajam, tergantung pada konteks makro.
Benjamin Cowen dan Rekt Fencer berpendapat bahwa Death Cross sebelumnya sering menandai titik rendah lokal, bukan puncak pasar. Waktu untuk reli berikutnya bisa jadi kritis. Jika BTC tidak reli dalam 7 hari, analis memperingatkan ada kemungkinan penurunan lebih lanjut sebelum pemulihan besar.
Selanjutnya untuk Investor Bitcoin? Level Kunci dan Sinyal Pasar
Indikator teknikal dan makro menyoroti ambang batas penting:
- Rentang support: US$60.000–US$70.000, potensi dasar jika tekanan jual meningkat.
- Konfirmasi bullish: Mencapai kembali rata-rata pergerakan 200 hari sebagai support dapat menandakan momentum naik yang baru.
Analis Brett mencatat bahwa MA 50-minggu tetap menjadi indikator jangka panjang yang lebih menentukan dibandingkan dengan Death Cross saja.
Siklus historis menunjukkan bahwa Death Cross selama pasar bullish seringkali mendahului reli menuju puncak tertinggi baru. Sebaliknya, selama pasar bearish, Death Cross cenderung singkat.
Namu demikian, investor harus mengawasi aksi harga jangka pendek dengan seksama karena data historis menunjukkan:
- Reli dalam seminggu bisa menandakan siklus bullish tetap utuh.
- Kegagalan untuk reli mungkin memicu penurunan lain, menciptakan makro lower high sebelum reli yang lebih besar.
Sementara itu, proyeksi jangka menengah menunjukkan potensi keuntungan pemulihan sebesar 15–27% selama 2–3 bulan ke depan jika BTC mengikuti perilaku median historis.
Potensi kenaikan jangka panjang tetap mungkin terjadi, tetapi ada variabilitas yang tinggi, menyoroti pentingnya menggabungkan analisis teknikal, on-chain, dan makro untuk keputusan strategis yang tepat.
Meski Death Cross memberi sinyal hati-hati, sejarah menunjukkan bahwa Bitcoin seringkali rebound setelah peristiwa serupa. Trader sebaiknya tetap waspada, memonitor level support kunci, dan bersiap untuk volatilitas jangka pendek, meskipun potensi keuntungan jangka menengah dan panjang tetap terbuka.