Peluang koreksi harga Bitcoin di bulan September bisa menjadi momen penentu dalam siklus kali ini. Analis kawakan Benjamin Cowen menegaskan, berkaca pada pola historis dari tahun 2013, 2017, dan 2021, setelah musim panas yang diwarnai kenaikan berkelanjutan, September biasanya membawa tren turun sebelum reli pamungkas.
Artikel ini mengulas secara detail logika di balik proyeksi tersebut, level teknikal yang bisa berperan sebagai support, dan pelajaran dari sejarah mengenai performa Bitcoin di fase ini.
Pola Historis yang Ramal Crash Harga Bitcoin di September
Dalam beberapa siklus, Bitcoin menunjukkan pola berulang: reli pada Juli dan Agustus, disusul dengan crash di September. Cowen mengingatkan pola ini hampir persis terulang pada tahun 2013, 2017, dan 2021 silam.
Di tiap tahun tersebut, koreksi di bulan September membawa harga terjun bebas ke area bull market support band sebelum memulai reli bullish terakhir dalam siklus.
Pola yang juga terlihat pada 2025 ini menyatakan bahwa sejarah bisa saja terulang kembali, meski pastinya tanpa jaminan mutlak. Bull market support band—yang terdiri dari 20-week simple moving average dan 21-week exponential moving average—telah menjadi acuan di berbagai siklus.
“Saat ini, bull market support band untuk Bitcoin berada di kisaran US$105.000–US$107.000. Jadi, kemungkinan pada September nanti, simple moving average 20 minggu bisa berada di sekitar US$110.000, lebih atau kurang beberapa ribu. Jadi, sekitar US$110.000 dengan margin ±US$3.000,” tutur Cowen.
Fenomena melandainya tingkat return alias imbal hasil di setiap siklus ini mengindikasikan bahwa pasar sekarang sudah semakin matang. Walaupun reli masih berpotensi perkasa, kecil kemungkinan akan menandingi besarannya di masa lalu. Data historis membeberkan menurunnya imbal hasil: 1.000% pada 2013, 500% pada 2017, dan 70% pada 2021.
Efek ke Altcoin Bisa Lebih Curam?
Cowen juga mewanti-wanti performa altcoin pada umumnya lebih tertekan saat terjadi koreksi ini. Ethereum disebut sudah mencapai titik terendah alias bottom terhadap Bitcoin, namun banyak altcoin lain kemungkinan masih akan turun lebih jauh lagi di Oktober atau November.
Hal ini berarti potensi “altseason” bisa jadi bakal tertunda, dan Bitcoin mengambil panggung utama terlebih dahulu.
Dengan demikian, analisis Cowen menyuguhkan pandangan informatif yang menggabungkan data historis dan juga acuan teknikal. Memahami faktor-faktor ini tentunya bisa membantu trader dan investor dalam membaca pasar secara lebih objektif dan bebas dari bias emosional, sambil senantiasa mengingat bahwa hasil di masa lalu tidak selalu menjamin hasil di masa depan.
Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi dan analisis sang pakar soal nasib pasar kripto selama bulan September 2025 kali ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
