Dalam beberapa bulan terakhir, Solana mencatat lonjakan luar biasa di sektor decentralized finance (DeFi). Prestasi ini lantas memantik perdebatan soal kemampuannya untuk menandingi valuasi Ethereum.
Laporan terbaru dari Franklin Templeton menegaskan protokol DeFi berbasis Solana kini masuk dalam jajaran yang paling banyak digunakan dan menghasilkan pendapatan tertinggi di ranah blockchain.
Franklin Templeton: Solana Bisa Jadi Rival Ethereum
Dalam analisisnya, Franklin Templeton menyoroti ekspansi pesat serta potensi Solana di ekosistem DeFi, dengan kemungkinan menyamai valuasi Ethereum dalam waktu dekat.
Firma manajemen aset global dengan dana kelolaan senilai US$1,68 triliun ini mencatat total value locked (TVL) enam protokol berbasis Solana kini telah melampaui US$1 miliar.
Pada kuartal ketiga dan keempat 2024, Solana mengungguli Ethereum dalam sejumlah indikator utama. Volume perdagangan pada decentralized exchange (DEX) berbasis Solana melonjak jauh melampaui Ethereum serta semua DEX berbasis Ethereum Virtual Machine (EVM) bila digabungkan.

Kenaikan ini menandai pergeseran signifikan dalam lanskap DeFi, di mana Solana mulai meruntuhkan dominasi Ethereum di sektor ini. Salah satu faktor utama di balik lonjakan ini adalah Jito (JTO), protokol liquid staking yang baru saja mencetak rekor tertinggi sepanjang masa dengan TVL sebesar US$3 miliar—pencapaian pertama bagi protokol berbasis Solana.
Protokol unggulan lainnya di ekosistem DeFi Solana mencakup Jupiter (JUP), Raydium (RAY), Kamino (KMNO), Marinade (MNDE), dan Sanctum Coin (SANCTA). Bersama-sama, mereka berkontribusi pada pertumbuhan pesat jaringan ini.
Menambah daya tariknya, jumlah alamat aktif per jam di Solana tercatat 26 kali lebih tinggi ketimbang Ethereum pada Januari 2025. Lonjakan ini mencerminkan keunggulan Solana dalam skalabilitas dan efisiensi, menjadikannya destinasi utama bagi pengembang dan juga investor yang mengutamakan transaksi cepat serta biaya rendah.
Meski mencatat pertumbuhan signifikan, laporan Franklin Templeton menyoroti protokol DeFi Solana masih undervalued ketimbang proyek-proyek serupa di Ethereum.
Analisis menguak bahwa token DeFi berbasis Solana diperdagangkan pada rasio valuasi yang lebih rendah, meskipun memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi dan fundamental yang kokoh.
“Valuasi DeFi Solana saat ini masih diperdagangkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan ekosistem Ethereum, meskipun pertumbuhannya lebih agresif. Ini menunjukkan adanya kesenjangan valuasi yang mencolok di antara keduanya,” terang laporan tersebut.
Walau bagaimanapun, Franklin Templeton membeberkan bahwa ledakan aktivitas DeFi juga berkontribusi pada pertumbuhan kapitalisasi pasar Solana secara keseluruhan. Firma tersebut melihat ini sebagai peluang investasi yang menarik, mengingat pasar kemungkinan akan segera menyesuaikan valuasi untuk mencerminkan dampak Solana yang semakin besar dalam sektor DeFi.
Sejalan dengan optimisme ini, Franklin Templeton bahkan telah mengajukan proposal exchange-traded fund (ETF) Solana spot kepada SEC AS. Uniknya, ETF yang mereka usulkan ini menyertakan fitur staking—sebuah inovasi pertama untuk ETF berbasis Solana—yang memungkinkan investor mendulang reward dari proses validasi jaringan.
Solana Naik Daun—Bisakah Ungguli Ethereum?
Kendati banyak investor mulai optimistis pada potensi Solana, sebagian lainnya masih skeptis. Seorang pengguna di platform X (Twitter) menyindir perbandingan antara Solana dan Ethereum dengan nada sarkastik.
“Ini seperti membandingkan Ethereum dengan kasino Las Vegas. Ya, Vegas punya lebih banyak chip,” kelakar si pengguna.
Sejalan dengan itu, sejumlah analis industri memperingatkan agar tidak terlalu cepat menyimpulkan bahwa Solana siap melampaui Ethereum. Juan Pellicer, Senior Research Analyst di IntoTheBlock, menekankan bahwa meskipun Solana terus mempersempit kesenjangan kapitalisasi pasar dengan Ethereum, tantangan besar masih membentang di hadapannya.
“Meskipun Solana menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa dan mungkin bisa bersaing dengan Ethereum dalam aspek tertentu, untuk menggeser posisi dominan Ethereum dalam waktu dekat masih terbilang sulit. Apalagi, lanskap kompetisi terus berkembang secara dinamis,” jelas Pellicer kepada BeInCrypto.
Pellicer menyoroti bahwa Ethereum memiliki keunggulan dalam aspek kepercayaan pengguna dan ekosistem pengembang yang lebih mapan. Kedua faktor ini menjadi pilar utama yang menjaga dominasinya di sektor DeFi.
Ia juga menambahkan, agar dapat benar-benar menantang Ethereum, Solana perlu mengatasi isu sentralisasi dan meningkatkan daya tariknya di kalangan pengembang. Tanpa langkah ini, posisi Ethereum kemungkinan masih akan kokoh dalam jangka panjang.
Namun, dengan terus berinovasi dan memperluas ekosistem DeFi-nya, peluang Solana untuk mencapai valuasi yang setara dengan Ethereum semakin nyata.

Data BeInCrypto menunjukkan SOL diperdagangkan seharga US$149,77 pada waktu publikasi, naik lebih dari 5% dalam 24 jam terakhir.
Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi Franklin Templeton soal potensi Solana ungguli Ethereum ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
