Strike, sebuah aplikasi pembayaran berbasis Bitcoin, baru saja menggandeng kerja sama dengan perusahaan pembayaran global Visa. Mereka akan menghadirkan kartu debit bernama Strike Card yang memungkinkan setiap penggunanya bisa beraktivitas dengan Bitcoin.
Kerja sama yang Strike dan Visa lakukan semakin mengukuhkan pandangan bahwa tidak ada batasan antara dunia tradisional dan virtual untuk berkolaborasi.
Di samping itu, jalinan kongsi antara Strike dan Visa juga dapat menjadi pertanda bahwa permintaan akan kripto sudah begitu tinggi. Oleh karena itu, banyak lembaga keuangan tradisional yang bisa masuk dan ikut menjadi bagian dari ekosistem digital tersebut.
Pada akun Twitter resminya, Strike menyebutkan bahwa kartu yang akan mereka luncurkan tersebut bisa pengguna pakai untuk menerima pembayaran dalam bentuk Bitcoin, sekaligus juga membeli Bitcoin. Ke depannya, setiap penggunanya kelak juga bisa mengirim, menerima uang, maupun membelanjakannya dengan menggunakan Apple Pay atau Google Pay.
“Pengguna juga bisa menggunakan kartu baru tersebut untuk setoran langsung,” kata perusahaan dalam sebuah utas Twitter.
- Baca juga: Bitcoin 2022 Conference Hari Ke-2: CEO Strike Jack Mallers Umumkan Kolaborasi dengan Shopify
Strike Sudah Lebih Dulu Jalin Kerja Sama dengan Shopify
Strike berniat mempercepat adopsi kripto lewat sinergitasnya bersama Visa. Maka dari itu, 1% dari semua keuntungan yang berasal dari transaksi kartu anyar itu akan mereka donasikan untuk pengembangan open source Bitcoin.
Ini bukanlah kali pertama Strike memiilih dunia tradisional untuk melancarkan ekspansinya. Sebelumnya, perusahaan juga sudah mengandeng Shopify untuk memfasilitasi para pedagang agar bisa menerima pembayaran dalam bentuk Bitcoin.
Integrasi yang Strike lakukan dengan Shopify bertujuan untuk mendiversifikasi opsi pembayaran, sembari merangkul pasar global yang selama ini sudah akrab dengan aset kripto. Chief Executive Officer (CEO) Strike, Jack Mallers, mengatakan bahwa dengan sinergitas tersebut, akan membuat pedagang lebih cepat menerima dolar AS (USD). Karena, lewat teknologi Bitcoin, proses transaksi bisa berjalan lebih cepat. Selain itu, konsumen maupun pedagang juga bisa memiliki opsi pembayaran yang lebih lengkap.
“Kerjasama ini bisa meningkatkan inklusi keuangan dan juga mendorong inovasi di sektor keuangan,” tambahnya.
Banyak Orang Sudah Memiliki Bitcoin
Kehadiran Bitcoin sebagai aset investasi juga sudah dibuktikan oleh banyak investor. Belakangan ini, bukan hanya pihak swasta yang mengoleksi Bitcoin, dari pihak pemerintahan juga ada yang sudah memiliki Bitcoin.
Adalah pemerintah Amerika Serikat (AS) yang diketahui pada Februari lalu menyimpan Bitcoin senilai US$4,08 miliar. Co-founder Glassnode membagikan sebuah data yang menyebutkan, jika Amerika Serikat memutuskan untuk melepas kepemilikannya, pemain besar akan mendapatkan peluang untuk membeli dalam jumlah besar.
Dari data yang ia sajikan, terlihat bahwa pemerintah AS memiliki lebih banyak Bitcoin ketimbang Tesla. Namun, dikatakan bahwa dana yang terkumpul dalam bentuk Bitcoin di pemerintah AS merupakan hasil sitaan dari aktivitas peretasan. Oleh karena itu, nantinya Bitcoin dan aset kripto lainnya tersebut akan dilelang.
Sebagai informasi, US Marshals Service, lembaga negara yang bertanggung jawab untuk melelang aset kripto pemerintah setempat, pada Desember lalu saja telah menyita dan melelang lebih dari 185.000 Bitcoin yang bernilai sekitar US$8,6 miliar pada saat itu.
Teknologi Blockchain yang Sangat Menggoda
Mayoritas perusahaan tradisional yang masuk ke dunia kripto terpincut oleh teknologi blockchain yang industri kripto tawarkan. Franklin Templeton, sebuah perusahaan manajemen aset internasional, juga mengakui hal itu.
CEO Franklin Templeton, Jenny Johnson, mengatakan bahwa pihaknya saat ini sudah menawarkan investasi aset kripto pada pada kliennya. Meski begitu, ia tetap pesimistis bahwa pemerintah bisa memberikan lampu hijau bagi Bitcoin untuk menjadi mata uang yang mendominasi.
“Bitcoin akan terus diperdebatkan oleh banyak orang. Tetapi, blockchain adalah hal yang berbeda, blockchain merupakan teknologi yang dampaknya cukup dramatis untuk dirasakan industri lainnya,” jelasnya.
Pemimpin perusahaan yang mengelola aset keuangan senilai US$1,4 triliun itu juga mengatakan bahwa penggunaan teknologi blockchain bisa menekan biaya dalam jumlah banyak. Pasalnya, perusahaan dapat menjadi lebih efisien dengan adanya kontrak pintar. Selain itu, dari sudut pandang dunia digital, blockchain juga lebih aman, karena sifatnya yang terdistribusi.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.