Sebuah laporan dari perusahaan analitik on-chain Chainalysis mengungkapkan bahwa hampir seluruh dari serangan hacker di pasar kripto ditujukan pada protokol decentralized finance (DeFi).
Menurut studi yang diterbitkan di hari Kamis (12/5) minggu lalu, kehadiran kejahatan dalam protokol DeFi yang melibatkan cryptocurrency telah meningkat tajam selama 3 tahun terakhir. Pencucian uang dan peretasan DeFi merupakan 2 kegiatan kriminal utama yang terjadi di protokol DeFi.
Protokol DeFi Jadi Favorit Para Hacker
Dari sejak meledaknya DeFi di pertengahan tahun 2020, transaksi terlarang dalam medium itu telah meningkat secara bertahap.
Secara keseluruhan, cryptocurrency senilai US$1,68 miliar telah dicuri melalui aksi peretasan di tahun 2022, yang mana 97% persen di antaranya datang dari protokol DeFi. Dua kasus yang memiliki kontribusi terbesar dalam angka tersebut adalah peretasan Ronin Bridge di akhir Maret (~US$600 juta) dan serangan pada Wormhole Network (~US$320 juta) pada bulan Februari lalu.
Laporan tersebut juga menggarisbawahi jika sebagian besar dana yang tercuri dari DeFi di tahun 2022 masuk ke kantong para hacker Korea Utara.
Di samping peretasan, pencucian uang juga menjadi masalah besar lainnya. Pemanfaatan protokol DeFi untuk mengirimkan dana melalui alamat dompet terlarang juga bertumbuh secara signifikan selama beberapa tahun terakhir. Protokol DeFi menyerap 69% dana berbasis cryptocurrency yang terkait dengan kegiatan kriminal.
Laporan dari Chainalysis ini menemukan bahwa protokol DeFi yang kerap digunakan untuk aktivitas pencucian uang memiliki ciri umum, yaitu sulit melacak pergerakan aset digital dan kurangnya syarat KYC (know-your-customer) pada sebagian besar proyek. Sehingga, protokol seperti demikian jadi lebih menarik bagi para penjahat untuk menggunakannya dalam kegiatan ilegal mereka.
Sebagai contoh, Lazarus Group, grup hacker ternama asal Korea Utara yang telah mencuci cryptocurrency senilai US$91 juta sepanjang tahun 2021 pada berbagai protokol, menukarkan token curian mereka untuk BTC dan ETH; kemudian mentransfernya ke akun di centralized exchange untuk menarik aset tersebut.
Market NFT Juga Jadi Tempat Pencucian Uang
Laporan itu menemukan pula adanya praktik wash trading dalam negosiasi di pasar non-fungible token (NFT). Meski dalam operasi wash trading perlu mengeluarkan dana untuk membayar biaya gas (gas fee), namun bila operasinya sukses, mereka bisa meraup profit besar dengan merekayasa peningkatan nilai NFT mereka dan mentransfernya ke pengguna yang tidak dicurigai.
Dalam laporannya, Chainalysis mengutip sebuah contoh praktik wash trading yang berhasil menghasilkan lebih dari 650.000 wETH pada volume transaksinya melalui manipulasi. Portofolio dikendalikan oleh entitas yang sama dan saling memperdagangkan NFT mereka satu sama lain, lalu menerima imbalan di tiap perdagangannya dalam bentuk token asli (native token) dari platform terkait.
Pada kasus platform yang dianalisis, pengguna memperoleh token tambahan hanya dengan bertransaksi lebih sering antar akun. Tindakan tersebut akan mengelabui para kolektor NFT, sehingga menganggap market memiliki aktivitas transaksi yang lebih banyak dari sebenarnya.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.