Di saat Rusia tengah bersiap untuk meluncurkan mata uang digital bank sentralnya (CBDC), sebuah survei terbaru justru menunjukkan skeptisisme di kalangan warganya. Pasalnya, survei yang dilakukan oleh Bankinform ini mengungkapkan bahwa sebagian besar responden melihat rubel digital sebagai potensi penipuan.
Presiden Vladimir Putin resmi meneken RUU rubel digital ini pada bulan lalu, yang menandai langkah maju Rusia dalam meluncurkan CBDC besutannya.
Survei Ungkap Reaksi Beragam
Secara rinci, survei yang diadakan oleh Bankinform ini mengungkapkan bahwa 13% partisipan berkeinginan menggunakan rubel digital. Namun, 34% responden lainnya hanya sebatas menyatakan ketertarikan mereka pada rubel digital, tanpa adanya niat untuk menggunakannya.
Sementara itu, sebanyak 21% responden lainnya mengaku tidak tertarik sama sekali pada CBDC ini.
Namun, yang paling menonjol, 32% dari mereka yang disurvei yakin bahwa rubel digital mungkin merupakan penipuan. Opsi yang mereka pilih berbunyi, “Ini semacam penipuan, Anda harus berhati-hati.”
Platform tersebut mengemukakan bahwa hasil survei ini tidak bisa dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan atau dikorelasikan dengan tingkat kesadaran. Sebaliknya, mereka mendesak adanya studi yang lebih mendalam dan berskala lebih besar.
Sejumlah negara saat ini tengah gencar mengeksplorasi penerbitan CBDC di wilayahnya, termasuk Indonesia. Temukan penjelasan selengkapnya tentang proyek CBDC Tanah Air di Bedah White Paper Rupiah Digital: Utilitas hingga Roadmap CBDC Indonesia.
Langkah Rusia Menuju CBDC
Penandatanganan RUU rubel digital oleh Presiden Vladimir Putin bulan lalu telah menandai langkah resmi Rusia dalam mengadopsi CBDC. Menyusul hal ini, Bank of Russia (BoR) kemudian merilis logo resmi untuk rubel digital pada bulan Agustus. Adapun logo resminya sendiri digambarkan sebagai simbol rubel yang ditempatkan di dalam sebuah lingkaran.
CBDC ini dirancang untuk dijadikan sebagai instrumen pembayaran tambahan dan akan gratis untuk transaksi antar individu serta pembayaran mereka kepada perusahaan. Akan tetapi, mulai tahun 2025, transfer tertentu dari konsumen ke bisnis (C2B) akan dikenakan biaya sebesar 0,3% dari total transfer, dengan batas maksimal 1.500 rubel per transfer.
Adapun transfer antar perusahaan legal tertentu akan dikenakan biaya 15 rubel per transfer setelah tahun 2024.
Kendati demikian, terlepas dari momentumnya yang meningkat, rubel digital masih belum mendapatkan kejelasan penuh dalam hal definisi dan juga eksekusinya.
Para Bankir Minta Kejelasan
Sejumlah laporan lokal mengungkapkan bahwa para bankir Rusia telah meminta klarifikasi dari regulator mengenai status rubel digital. Menurut informasi yang diperoleh oleh Kommersant, Asosiasi Bank Rusia (ARB) bertanya apakah ini merupakan bentuk uang ketiga, ataukah mata uang non-tunai.
Di samping itu, pertanyaan lainnya juga telah diajukan tentang apakah lembaga kredit akan mendapatkan kompensasi karena menyediakan akses ke platform rubel digital.
Yang menarik, hukum Rusia terkadang mengaitkan aset kripto dengan pembayaran dan properti. Terlebih, baru-baru ini, Mahkamah Agung Rusia juga membatalkan putusan sebelumnya yang mengategorikan konversi aset kripto ke rubel sebagai tindak pencucian uang.
Oleh karena itu, mengatasi permasalahan utama terkait rubel digital akan menjadi hal yang krusial bagi bank sentral.
Bagaimana pendapat Anda tentang hasil survei dari Bankinform tentang CBDC Rusia ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.