Perusahaan raksasa teknologi asal Cina, ZTE, saat ini sedang mengajukan merek dagang mereka terkait metaverse.
Perusahaan yang sebagian besar dimiliki oleh pemerintah Cina ini nampaknya serius untuk masuk kedalam bisnis Web 3.0.
Terlepas dari adanya fakta bahwa Cina telah melarang aset digital di negara tersebut, namun banyak perusahaan Cina yang terus mengembangkan dan mempelajari tentang pengembangan NFT dan dunia metaverse.
Dalam sebuah diskusi “What’s Next in Tech”, ilmuwan utama ZTE, Jiashun Tu mengatakan bahwa metaverse “sedang dalam perjalanan”. Ia juga menambahkan jika metaverse tidak hanya digunakan untuk bermain game atau interaksi sosial saja, tetapi untuk “semua kegiatan manusia.”
Meskipun ZTE telah dilarang di Amerika Serikat dan dianggap sebagai ancaman, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat mereka untuk mengembangkan bisnisnya ke dunia metaverse.
Banyak Perusahaan Cina yang Ingin Terjun ke Metaverse
Dengan perkembangan teknologi yang semakin tinggi, saat ini banyak sekali perusahaan-perusahaan asal Cina yang mengajukan merek dagang terkait metaverse. Selain ZTE, ada Tencent, ByteDance, NetEase, dan Baidu yang juga melakukan hal serupa.
Seorang wakil dari Kongres Rakyat Nasional sekaligus sekretaris partai dari Koperasi Kredit Pedesaan di provinsi Jiangxi bagian selatan, Kong Falong, mengatakan kepada media lokal bahwa ia menyarankan untuk membangun sebuah lembaga penelitian nasional di metaverse. Ia menilai metaverse adalah dunia virtual yang dihubungkan dan diciptakan oleh sarana ilmiah dan teknologi. Menurut Kong, dunia virtual memetakan dan berinteraksi dengan dunia nyata, serta merupakan ruang hidup digital dengan sistem sosial baru.
Dunia metaverse umumnya dianggap sebagai bentuk inovasi teknologi. Oleh sebab itu, tak heran jika banyak sekali perusahaan di Cina mulai mengajukan hak paten mengenai dunia metaverse untuk perusahaannya. Akan tetapi, yang menjadi kekhawatiran utama adalah keamanan data dan perlindungan informasi ketika kita sudah benar-benar memasuki dunia metaverse.
Terima 16.000 Pengajuan Merek Dagang Metaverse
Keputusan ZTE untuk mendaftarkan merek dagangannya menambah panjang daftar merek dagang metaverse yang didaftarkan di Cina. Akan tetapi, menurut Administrasi Kekayaan Intelektual Nasional Cina (CNIPA), tidak semua merek dagang berembel-embel metaverse bisa langsung lolos. Tidak semua perusahaan yang mendaftarkan merek dagang dengan kata “metaverse” benar-benar menjalankan bisnisnya di dunia metaverse.
CNIPA akan menyeleksi pendaftaran merek dagang yang mengandung kata “metaverse” secara ketat. Pada akhir tahun lalu, setidaknya ada 12.000 merek dagang dengan kata “metaverse” telah diajukan. Hingga Maret 2022, jumlah merek dagang yang didaftarkan tersebut semakin meningkat hingga 16.000. Nama-nama perusahaan raksasa Cina yang telah disebutkan di atas pun termasuk di dalamnya.
Metaverse memang menjadi ladang yang subur, karena potensinya yang begitu besar. Tak heran jika banyak sekali orang yang ingin mengajukan metaverse sebagai merek dagang perusahaannya. Saat ini, banyak sekali perusahaan yang berlomba-lomba untuk mempercepat dalam penerapan metaverse ke dalam bisnis mereka. Bahkan, mereka meyakini bahwa metaverse akan masuk dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya pada dunia virtual semata.
Komisi Perbankan dan Asuransi Cina (CBIRC) juga mengingatkan bahwa saat ini banyak sekali pihak yang mendompleng popularitas metaverse. Banyak pihak yang menyalahgunakan kesempatan ini untuk melancarkan skema penggalangan dana ilegal dengan dalih proyek metaverse, game blockchain, NFT maupun mata uang crypto. Tak jarang aksi penipuan berkedok investasi aset digital seperti itu memakan banyak korban.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.