Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), jaringan komunikasi antarbank, mengaku tengah menggarap platform yang mampu menghubungkan mata uang digital bank sentral (central bank digital currency/CBDC). Langkah inovatif itu sengaja digenjot setelah melihat tingginya minat dari bank sentral untuk merilis dan mengelola mata uang digitalnya sendiri.
Aksi tersebut sekaligus menandai bahwa peta persaingan antara mata uang digital bank sentral dan mata uang virtual kelolaan pihak swasta bakal semakin ketat. Pasalnya, ada beberapa negara yang sengaja menghadirkan CBDC agar bisa mengekang pertumbuhan penggunaan aset kripto yang terus berjalan dengan masif di wilayahnya.
Reuters melaporkan dengan adanya inisiatif terbaru dari SWIFT tersebut, maka kendala yang selama ini dihadapi bank sentral terkait konektivitas antar CBDC bakal terselesaikan, mengingat peran SWIFT selama ini yang mampu menjembatani proses transfer dana antar lembaga keuangan secara lintas batas.
Kepala Inovasi SWIFT, Nick Kerigan, mengatakan dalam uji coba terbaru, pihaknya telah menggandeng 38 anggota, termasuk bank sentral, bank komersial, serta platform penyelesaian transaksi selama 6 bulan.
“Kolaborasi tersebut merupakan salah satu kerja sama global terbesar dalam CBDC dan tokenisasi aset. Melalui uji coba, perusahaan ingin memastikan penggunaan CBDC bisa digunakan secara bersama meskipun dibangun dengan protokol yang berbeda.”
Nick Kerigan, Kepala Inovasi SWIFT
Menurut Kerigan, pengembangan CBDC selama ini memiliki risiko fragmentasi dalam sistem pembayaran. Oleh karena itu, harapannya, rekam jejak SWIFT yang sudah digunakan di lebih dari 200 negara dan mampu menghubungkan lebih dari 11.500 bank mampu menghadirkan solusi yang mampu mengatasi hal tersebut.
SWIFT Sebut Roadmap Siap Diluncurkan dalam 12 hingga 24 Bulan ke Depan
Saat ini, pihak SWIFT tengah berupaya menyelesaikan peta jalan (roadmap), sehingga dapat memulai proses produksi dalam kurun waktu 12 hingga 24 bulan ke depan. Meski demikian, target tersebut masih bisa mengalami perubahan, sering dengan kepastian peluncuran CBDC di beberapa negara besar.
“Uji coba terbaru melibatkan bank sentral dari Jerman, Prancis, Australia, Singapura, Republik Ceko, Thailand, serta beberapa bank yang tidak ingin disebut namanya,” tutur Kerigan.
Menariknya, dua bank dari Cina juga ikut serta dalam kolaborasi tersebut. Selain itu, HSBC, Citibank, Deutsche Bank, Societe Generale, Standard Chartered, serta platform penyelesaian transaksi CLS FX dilaporkan turut berpartisipasi.
Rencana ini merupakan kelanjutan dari uji coba fase 2 yang sudah dilaksanakan pada September tahun lalu. Ketika itu, SWIFT bersama dengan otoritas moneter, lembaga keuangan, dan perusahaan infrastruktur pasar keuangan mulai melakukan penjajakan kasus penggunaan tambahan. Beberapa aspek yang tercakup dalam penjajakan adalah untuk pembayaran untuk platform perdagangan digital, pembuatan model valuta asing, serta penetapan mekanisme pengiriman maupun pembayaran.
Sebagai informasi, kini terdapat 130 negara, yang mewakili 98% produk domestik bruto (PDB), sedang menjajaki CBDC. Indonesia juga termasuk dalam daftar tersebut.
Bagaimana pendapat Anda tentang rencana SWIFT untuk menggarap platform CBDC? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.