Pada tanggal 31 Agustus, Compass Mining, marketplace pertama untuk peralatan penambangan Bitcoin, telah kehilangan dua lokasi strategis yang menjadi tempat fasilitas hosting pihak ketiga untuk penambangannya di Georgia. Nasib malang tersebut menimpanya akibat naiknya tarif energi untuk keperluan penambangan yang signifikan.
Berita ini Compass Mining sampaikan kepada para pelanggannya melalui sebuah email. Pada email tersebut, Kompas menyatakan bahwa pemilik fasilitas untuk lokasi 2 dan 3 yang ada di Georgia telah memberitahu mereka untuk mengubah lokasi fasilitasnya. Dalam hal ini, mereka perlu melakukannya demi melindungi penambang dari penerapan perubahan tarif energi yang melonjak tinggi oleh pemasok utilitas.
“Akibat lonjakan 50% tarif listrik dari penyedia utilitas lokal, lokasi fasilitas 2 dan 3 Georgia kami telah ditutup oleh pemiliknya mulai hari ini,” tulis Compass Mining dalam email kepada pelanggannya itu.
Bukan Pertama Kalinya Bagi Compass Mining
Sebenarnya, perusahaan tersebut sebelumnya juga sudah pernah melakukan penutupan fasilitas penambangan mereka di berbagai kota karena tagihan listrik. Contohnya saja seperti di British Columbia dan Maine.
Kemudian, kali ini, mereka mengklaim akan merelokasikan 100 penambangnya ke hub terbuka yang ada di Texas. Namun, para penambang merasa ragu akan langkah tersebut. Sebab, menurut mereka, Texas bukanlah lokasi yang efisien, mengingat gelombang panas yang ekstrem dan rendahnya uptime dari jaringan pembangkit listriknya.
“Kami telah membuat keputusan untuk merelokasi para penambang ini, dan mereka akan bekerja kembali mulai minggu depan. Texas 1 saat ini [menyediakan] energi lebih dari 100 megawatt (MW) unit. Compass Mining sudah memiliki unit yang ditempatkan di Texas 1 dengan alokasi 25 megawatt [yang] kami harapkan akan online pada akhir September,” jelas email tersebut.
Faktanya, ini bukanlah kali pertama Compass Mining melakukan aksi penutupan fasilitas karena ketidakmampuan untuk memenuhi biaya dan kesepakatan listrik. Sebab, pada pertengahan Juni saja, Dynamics Mining, yang menjadi hosting pusat fasilitasnya di Maine, menuduh bahwa Compass telah gagal membayar tagihan listrik sebelum mengakhiri kontraknya. Namun, Compass membantah keras tuduhan tersebut, lalu menggugat Dynamics. Hal ini mereka lakukan untuk menumbuhkan kembali kepercayaan para penambang mereka terhadap Compass yang sempat hilang karena adanya tuduhan itu.
- Baca juga: Takut Kena Sanksi, Compass Mining Kalang Kabut Ingin Jual Peralatan Mining Miliknya di Rusia
Sanksi Rusia Memperburuk Tarif Energi
Namun, Compass Mining bukanlah satu-satunya perusahaan yang mengalami kesulitan dalam menghadapi dampak kenaikan harga energi listrik seperti itu. Pada bulan Maret, Chamber of Commerce AS mengatakan bahwa sejak tahun 2021, kenaikan harga yang konsumen alami mencapai 8,5%. Hal itu akhirnya menyebabkan kenaikan inflasi tertinggi selama 40 tahun terakhir. Alhasil, kondisi ini menyebabkan harga energi yang semakin meroket, dan mempengaruhi setiap sektor di Amerika Serikat.
Padahal, tarif energi ini sendiri sebenarnya sudah tinggi sebelum krisis itu terjadi. Tapi, kondisinya semakin parah akibat perang yang terjadi di Ukraina dan dampak rantai pasokan dari sanksi yang diberikan kepada Rusia. Selain itu, menurut laporan indeks data, kenaikan tarif energi itu bahkan telah mencetak angka 5,6% sejak tahun 2021.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram Be[In]Crypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.