Riot Blockchain, perusahaan pertambangan Bitcoin (BTC), terlihat tertekan dalam kinerja keuangannya selama 9 bulan di tahun ini. Riot Blockchain mendapatkan rapor merah dengan mencatatkan kerugian bersih sebesar US$353,77 juta atau sekitar Rp5,52 triliun (asumsi kurs Rp15.638). Turunnya produksi BTC perusahaan yang didukung oleh amblasnya harga pasar Bitcoin dituding menjadi biang keladi dalam hilangnya laba perusahaan.
Pada periode Januari sampai September di 2021, Riot Blockchain masih sanggup mendulang keuntungan sebesar US$11,52 juta. Sepanjang periode tersebut harga Bitcoin masih mentereng. Nilainya melonjak 39,71% dari US$29.352 di awal Januari, menjadi US$41.010 di September 2021.
Sementara pada periode yang sama tahun ini, harga Bitcoin malah berjalan sebaliknya. Crypto winter membuat harga jawara aset virtual tersebut tertekan 60,02%. Dari US$47.816 di awal tahun ini meringkuk ke level US$19.116 di akhir September.
“Selama periode tersebut penurunan Bitcoin mencapai US$132,07 juta. Sementara pada Januari hingga September 2021, penurunannya hanya mencapai US$17,50 juta,” jelas manajemen perusahaan dalam laporan ke SEC di hari Selasa (8/11).
Riot Blockchain mengakui bahwa operasi penambangan aset kriptonya bisa berhasil, jika biaya penambangan lebih rendah dari nilai Bitcoin itu sendiri. Namun, volatilitas harga membuat perusahaan sulit untuk memproyeksikan prospek bisnis secara akurat. Di samping itu, faktor risiko lain yang ada di luar kemampuan perusahaan; seperti keterlambatan pengiriman rig ataupun suku cadang, juga turut menambah kesulitan mereka.
Pendapatan dari bisnis pertambangan perusahaan sejatinya berhasil meningkat menjadi US$126,16 juta dari periode Januari hingga September tahun lalu, yang hanya sebesar US$108,21 juta. Namun, hal tersebut juga dibarengi dengan peningkatan biaya pertambangan yang hampir mencapai setengah dari pendapatan atau sebesar US$51,7 juta.
Dari situ terlihat bahwa margin perusahaan tergerus cukup dalam. Jika diperhatikan sekilas pada biaya pertambangan di periode yang sama tahun lalu, Riot Blockchain masih mampu menjaga marginnya di kisaran 20% dari pendapatan pertambangan atau sekitar US$29,89 juta.
Jual Rugi Bitcoin Sebesar US$25,44 Juta
Lantaran bisnis perusahaan mengandalkan harga pasar dari Bitcoin, di tengah kondisi pasar yang melemah seperti sekarang Riot Blockchain tetap harus melego hasil tambangnya untuk menutupi biaya operasional.
Namun, perusahaan malah mengalami rugi akibat realisasi penjualan Bitcoin sebesar US$25,44 juta. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibanding nilai kerugian penjualan Bitcoin di periode yang sama tahun lalu, yakni US$94 ribu.
“Selama Januari sampai September, perusahaan sudah menjual 1.925 bitcoin dan menghasilkan pendapatan US$52,5 juta. Perseroan percaya diri bahwa uang tunai dan Bitcoin yang ada saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional dan modal setidaknya untuk satu tahun,” tambah perusahaan.
Adapun nilai wajar per 1 bitcoin di 30 September 2022 diakui Riot Blockchain berada di kisaran US$19.432. Sementara nilai wajar per satu bitcoin perusahaan di 31 Desember tahun lalu berada di kisaran US$46.306.
Sejauh ini Riot Blockchain masih memiliki 6.766 BTC. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan dengan jumlah BTC di akhir tahun lalu yang mencapai 4.884 BTC.
Meskipun membukukan kerugian yang cukup besar, perusahaan tetap akan melanjutkan rencana ekspansinya untuk memperluas area penambangan dan kemampuan hosting pusat data di Navarro County, Texas. Di sana, perusahaan mengakuisisi situs pertambangan seluas 265 hektar yang akan digunakan untuk membangun fasilitas Corsicana.
Sampai saat ini, Riot Blockchain mengaku telah menghabiskan dana hingga US$30 juta.
Riot Blockchain Sudah Produksi 3.842 BTC selama 2022
Selama Januari sampai September 2022, Riot Blockchain mengaku sudah menambang sebanyak 3.842 BTC. Jumlah tersebut meningkat 36% dari produksi di periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 2.458 BTC.
Jumlah tersebut didapatkan dengan mengandalkan 55.728 penambang ASIC berkapasitas 5,6 exahash per detik (EH/s). Namun, jika dilihat secara kuartalan, angka produksi bitcoin perusahaan turun menjadi 1.042 BTC dari periode yang sama tahun lalu 1.292 BTC.
“Rendahnya angka produksi merupakan strategi perusahaan untuk mengurangi biaya listrik secara signifikan di area pertambangan,” tutup manajemen Riot Blockchain.
Bagaimana pendapat Anda tentang kerugian yang dialami Riot Blockchain sejauh ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.