Presiden AS Donald Trump semakin menggencarkan serangan terhadap independensi Federal Reserve. Tak ayal, hal itu membuat investor khawatir. Mulai dari menekan Ketua Jerome Powell untuk memangkas suku bunga hingga memecat Gubernur Lisa Cook, langkah-langkah ini telah mengguncang kepercayaan investor pada institusi Amerika dan dolar AS.
Menurut perwakilan Bitget, Jelly Labs, WeFi, dan ZIGChain, langkah Trump ini mewakili wilayah yang belum pernah disentuh dalam sejarah kebijakan moneter AS. Mereka juga percaya meski emas selalu hadir untuk meredam ketidakpastian, investor kini mungkin juga mulai hijrah ke Bitcoin guna melindungi portofolio mereka dari mata uang yang dikendalikan pemerintah.
Eskalasi Tekanan Politik pada Federal Reserve
Sejak menjabat, Presiden Trump melakukan serangkaian serangan terhadap Federal Reserve atas apa yang ia anggap sebagai kebijakan moneter yang tidak memadai.
Bahkan sebelum pelantikannya, Trump telah membuat serangkaian komentar publik yang mendesak Ketua Jerome Powell untuk menurunkan suku bunga dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Dalam berbagai unggahan media sosial, Presiden menyebut Powell sebagai “Mr. Too Late” dan “total and complete moron” (Mr. Terlambat dan benar-benar bodoh).
SponsoredTekanan terhadap independensi politik bank sentral kini mencapai level baru. Bulan lalu, Trump sendiri sempat mengumumkan pemecatan Gubernur Federal Reserve Lisa Cook atas tuduhan penipuan hipotek.
Cook kemudian menggugat Trump, menuduhnya melakukan upaya ilegal untuk merusak independensi The Fed. Dua hari lalu, seorang Hakim Distrik AS memihak Cook, sementara itu memblokir sementara upaya pemerintah untuk mencopotnya. Trump kemudian mengajukan banding atas keputusan tersebut.
Mengapa Kali Ini Berbeda
Sejarah mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya pemerintah AS menekan Federal Reserve karena perbedaan antara agenda politik dan kebijakan moneter.
Mantan Presiden Richard Nixon, misalnya, sangat bertekad menghindari perlambatan ekonomi dalam kampanye pemilihannya kembali tahun 1972 yang ia yakini membuatnya kalah dalam pemilu 1960. Percakapan Nixon, yang kemudian terungkap dalam rekaman Nixon tapes, menunjukkan dia mendesak Ketua saat itu, Arthur Burns, untuk memangkas suku bunga dan menambah jumlah uang beredar demi merangsang ekonomi.
Lebih terkenal lagi, mantan Presiden Lyndon B. Johnson secara fisik mendorong Ketua saat itu, William McChesney Martin Jr., ke dinding karena keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga di tengah Perang Vietnam.
Namun, para pakar sepakat bahwa tingkat intervensi saat ini belum pernah terjadi sebelumnya.
“Dalam sejarah 112 tahun, tidak ada Presiden AS yang mencoba mencopot seorang Gubernur Federal Reserve ataupun Ketua The Fed. Situasi Lisa Cook ini sangat memecah belah karena seorang Hakim AS kini telah memblokir Presiden untuk mencopot Gubernur The Fed. Pemerintahan Trump dikenal tidak mundur menghadapi hambatan hukum, dan negara ini mungkin belum melihat akhir dari upaya pencopotan Lisa Cook,” tutur COO Bitget, Vugar Usi Zade, kepada BeInCrypto.
Jika pemerintahan Trump memenangkan bandingnya, itu akan melemahkan fondasi hukum independensi The Fed, yang berpotensi membuat bank sentral dipandang sebagai alat politik.
Menyaksikan perkembangan ini, investor pun bertanya pada pertanyaan krusial: Apakah strategi investasi terbaik saat ini?
Bagaimana Pasar Merespons Serangan terhadap Independensi The Fed?
Sponsored SponsoredMaksym Sakharov, CEO WeFI, menilai serangan terbaru terhadap bank sentral sangat mengkhawatirkan karena, alih-alih secara diam-diam menyampaikan ketidakpuasan, Presiden justru menyerang lembaga tersebut secara terbuka di media sosial yang disaksikan seluruh dunia.
Investor sudah memperhatikannya.
“Bagi investor, ini adalah permainan yang benar-benar berbeda karena di masa lalu, pasar bisa mengabaikan kebisingan politik hanya sebagai sekadar noise. Tetapi sekarang ancamannya terlihat kredibel, dan pasar mulai menghitung risiko The Fed yang terkompromi,” ujar Sakharov.
Sementara itu, menurunnya kepercayaan investor pada pemerintah AS pada akhirnya akan merugikan dolar. Jika lingkungan penuh perpecahan ini berlanjut, ekonomi Amerika akan mengalami ketidakstabilan yang signifikan.
“Jika pembuat kebijakan gagal mengambil langkah fiskal yang bisa memulihkan kepercayaan dan malah melanjutkan kebijakan yang justru mengikisnya, konsekuensinya bisa substansial. Kita kemungkinan akan melihat inflasi yang terus-menerus, yield obligasi naik seiring investor menuntut premi risiko yang lebih tinggi, dan tekanan yang makin besar pada status dolar sebagai mata uang cadangan dunia,” terang Managing Director Jelly Labs, Santiago Sabater, seraya menambahkan, “Erosi kepercayaan ini akan memperlebar ketimpangan kekayaan, memperdalam polarisasi sosial dan politik — yang berpotensi memicu periode ketidakstabilan hingga sistem direset.”
Faktanya, data sudah menunjukkan bahwa investor kini mulai mengevaluasi kembali kepercayaan mereka terhadap dolar AS.
Pergeseran Global Menjauh dari Dolar AS
Berbagai indikator pasar mulai menunjukkan tren yang semakin kuat di kalangan investor untuk mengalokasikan ulang aset mereka dan melakukan diversifikasi menjauh dari instrumen yang terkait dengan Amerika Serikat.
Awal pekan ini, harga emas melonjak dan menembus US$3.600 per ons, mencetak rekor baru. Sebagai aset “safe haven” tradisional, kenaikan harga ini menandakan meningkatnya kecemasan investor atas ketidakstabilan ekonomi dan geopolitik.
Sementara itu, pasar obligasi juga kian memperkuat rasa cemas ini.
Sponsored“Kita sudah melihat kurva yield yang sangat terbalik, yang menandakan bahwa pasar memperkirakan adanya tekanan ekonomi ke depan. Jika hal ini diikuti oleh kenaikan yield obligasi jangka panjang meskipun ada intervensi fiskal atau moneter, itu akan menunjukkan hilangnya kepercayaan nyata terhadap kemampuan The Fed untuk mengendalikan inflasi,” ujar Sabater.
Bank sentral di seluruh dunia kini sedang gencar membeli emas. Survei Dewan Emas Dunia (World Gold Council) pada pertengahan 2025 mengindikasikan bahwa sebagian besar bank sentral berencana menambah cadangan mereka.
Faktanya, untuk pertama kalinya sejak tahun 1996, kepemilikan emas oleh bank sentral global melampaui kepemilikan Treasury AS. Faktor utama yang mendorong tren ini adalah upaya strategis untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS sebagai mata uang cadangan utama dunia.
Pada level yang lebih personal, investor juga mulai mendiversifikasi portofolio mereka.
Era Moneter Baru?
Menurut Sakharov, perkembangan terbaru ini bisa jadi akhirnya mengakhiri “kecanduan” dunia pada dolar AS.
“Selama beberapa dekade, dunia telah bergantung pada dolar sebagai mata uang cadangan global. Namun, peristiwa beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa model ini tidak berkelanjutan. AS telah menyalahgunakan posisinya dengan mencetak triliunan dolar dan menggunakan dolar sebagai senjata politik,” ujarnya, seraya menambahkan, “Saya percaya kita mungkin berada di ambang era moneter baru — di mana dunia tidak lagi bergantung pada satu mata uang, melainkan pada sekumpulan mata uang dan aset.”
Sejarah emas selama 5.000 tahun sebagai lindung nilai terhadap risiko memang tak tertandingi. Namun kini, alternatif baru yang kuat telah muncul: Bitcoin.
Bitcoin dan Emas: Diversifikasi Portofolio Masa Kini
Para ahli terbelah pendapat apakah Bitcoin pada akhirnya akan menggantikan atau hidup berdampingan dengan emas. Namun secara umum, mereka sepakat bahwa Bitcoin memiliki karakteristik unik dan berharga yang tidak bisa sepenuhnya ditiru oleh aset lain.
Sponsored Sponsored“Emas sedang naik saat ini, menegaskan perannya sebagai lindung nilai tepercaya di masa yang penuh ketidakpastian. Bitcoin menambahkan lapisan digital: ia terdesentralisasi, portabel, dan semakin diperlakukan sebagai ‘emas digital’. Bersama-sama, keduanya merepresentasikan lindung nilai ganda — emas dengan kredibilitas berabad-abad, dan Bitcoin dengan teknologi serta infrastruktur yang selaras dengan evolusi keuangan global,” ujar Co-Founder ZIGChain, Abdul Rafay Gadit, kepada BeInCrypto.
Dia meyakini investor pasti akan mempertimbangkan manfaat bawaan ini dalam jangka panjang.
“Diversifikasi struktural kemungkinan besar akan terjadi — ketergantungan yang lebih kecil pada dolar dan adopsi yang lebih luas terhadap infrastruktur keuangan yang ditokenisasi dan transparan. Peristiwa katalis dan perubahan kebijakan akan terus mengayun-ayunkan sentimen antara optimisme ‘pro-crypto’ dan kehati-hatian, dengan arus terkuat terkonsentrasi pada aset yang dipandang sebagai safe haven, seperti Bitcoin dan emas, daripada token yang lebih spekulatif,” tambah Rafay Gadit.
Menurut Sakharov, stablecoin akan menjadi penghubung penting antara keuangan tradisional dan aset digital.
“Di sisi crypto, perhatikan arus masuk stablecoin — token digital yang dipatok harga sebagai jembatan tunai menuju crypto. Lonjakan tajam menandakan uang mencari perlindungan di luar sistem perbankan; dari sana, mengalokasikan ulang ke Bitcoin hanyalah langkah kecil,” tuturnya.
Tren paralel ini menunjukkan munculnya pola pikir investor yang baru.
Akankah Dunia Beralih dari Dolar?
Walaupun krisis ekonomi dan ketidakstabilan pasar bukanlah hal baru, kecepatan luar biasa dari kemajuan teknologi adalah hal yang berbeda. Perubahan ini pada akhirnya menawarkan cara baru untuk membayangkan ulang sistem moneter yang telah lama ada.
Perlahan tapi pasti, sifat-sifat Bitcoin mulai membuktikan diri, memberi masyarakat cara alternatif untuk mengelola uang mereka — terutama dalam konteks di mana ketidakstabilan mendominasi.
“Ini adalah satu-satunya aset yang sepenuhnya terdesentralisasi, global, dan netral. Ini adalah uang milik rakyat dan untuk rakyat. Ketika Anda tidak bisa mempercayai orang-orang yang berkuasa, hal itu menjadi sesuatu yang sangat kuat,” simpul Sakharov.
Ketidakpastian politik dan ekonomi yang semakin memuncak di Amerika Serikat berpotensi mendorong pendekatan baru terhadap keuangan global yang tidak bergantung pada satu mata uang cadangan. Meski masih terlalu dini, nampaknya arah ke sana mulai terlihat.
Bagaimana pendapat Anda tentang potensi akselerasi laju reli Bitcoin imbas krisis moneter AS di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!