Upbit, exchange aset kripto terbesar di Korea Selatan, mengumumkan rencana untuk meningkatkan rasio penyimpanan cold wallet hingga 99% setelah insiden pelanggaran keamanan besar bulan lalu.
Pengumuman ini adalah bagian dari perombakan total sistem keamanan setelah peretas mencuri sekitar 44,5 miliar won (US$31 juta) dalam bentuk aset berbasis Solana pada 27 November.
Upbit Tingkatkan Keamanan setelah Pelanggaran Kedua pada 27 November
Menurut operator Dunamu, Upbit saat ini menyimpan 98,33% aset digital nasabah dalam cold storage per akhir Oktober, dan hanya 1,67% yang tersimpan di hot wallet. Exchange tersebut menyampaikan bahwa mereka telah menyelesaikan perombakan infrastruktur wallet sepenuhnya serta menargetkan penyimpanan di hot wallet kurang dari 1% dalam beberapa bulan ke depan. Dunamu menegaskan perlindungan aset nasabah tetap menjadi prioritas utama Upbit, dan semua kerugian akibat pelanggaran sudah ditanggung oleh cadangan perusahaan.
SponsoredPeretasan ini menjadi kejadian besar kedua yang dialami Upbit di tanggal yang sama dalam enam tahun terakhir. Pada 2019, kelompok peretas Korea Utara Lazarus dan Andariel mencuri 342.000 ETH dari hot wallet exchange ini. Kali ini, para penyerang menguras 24 token berbeda di jaringan Solana hanya dalam waktu 54 menit pada dini hari.
Di bawah Undang-Undang Perlindungan Pengguna Aset Virtual Korea Selatan, exchange wajib menyimpan minimal 80% aset nasabah di cold wallet. Upbit melampaui batas minimum ini dengan selisih yang besar dan memegang rasio hot wallet terendah di antara exchange dalam negeri lainnya. Data yang dirilis oleh anggota parlemen Huh Young menunjukkan exchange Korea lainnya memiliki rasio cold wallet antara 82% hingga 90% per bulan Juni.
Upbit Lebih Cepat dari Standar Industri Global
Metode keamanan Upbit ini cukup baik jika dibandingkan dengan exchange global ternama. Coinbase menyimpan sekitar 98% dana nasabahnya di cold storage, sedangkan Kraken menyimpan 95-97% dana secara offline. OKX, Gate.io, dan MEXC masing-masing menaruh sekitar 95% dana dalam cold wallet. Binance dan Bybit belum mengungkapkan rasio spesifik, tapi menegaskan sebagian besar dana disimpan secara offline.
Exchange global kini semakin mengedepankan audit Proof of Reserves demi membuktikan solvabilitas mereka, sedangkan regulator Korea menuntut penyampaian rasio cold wallet versus hot wallet secara langsung. Target Upbit untuk menekan hot wallet di bawah 1% akan menjadi tolok ukur baru bagi industri global.
Masalah Likuiditas di Pasar yang Terisolasi
Meski demikian, beberapa analis menyoroti kemungkinan adanya kompromi antara keamanan dan likuiditas. Pasar aset kripto Korea Selatan berjalan di bawah aturan yang ketat, mewajibkan penggunaan rekening bank atas nama asli dan membatasi partisipasi asing. Struktur tertutup ini berkontribusi pada terjadinya “Kimchi premium“, yaitu selisih harga lokal yang sering berbeda dari pasar global karena peluang arbitrase yang terbatas.
Dengan cadangan hot wallet yang sangat minim, penarikan dana saat volatilitas tinggi bisa tertunda. Saat investor mencoba memindahkan aset ke luar negeri demi mencari selisih harga, lambatnya kecepatan penarikan bisa memperparah inefisiensi pasar.
Contohnya, ketika Upbit menangguhkan penarikan setelah peretasan bulan lalu, jalur arbitrase yang menghubungkan pasar Korea dan global pun terhenti total. Tanpa mekanisme untuk mengoreksi perbedaan harga, sejumlah altcoin top gainer melonjak dua hingga tiga digit dalam hitungan jam karena likuiditas yang terjebak makin mempertebal volatilitas pasar.
Upbit tetap menegaskan bahwa sistem yang dioptimasi dan model prediktif mereka memastikan likuiditas yang cukup agar operasional berjalan normal. Exchange ini berpendapat, melindungi aset nasabah dari pelanggaran keamanan jauh lebih penting ketimbang ketidaknyamanan kecil akibat penundaan proses pada kondisi pasar ekstrem.