Kembali

Utang AS Membengkak US$1 Triliun, Apa Dampaknya ke Crypto?

author avatar

Ditulis oleh
Lockridge Okoth

editor avatar

Diedit oleh
Zummia Fakhriani

25 Agustus 2025 17.35 WIB
Tepercaya
  • AS menambah utang sebesar US$1 triliun hanya dalam 48 hari, dongkrak totalnya mendekati US$38 triliun dan memicu kekhawatiran soal ketidakstabilan fiskal jangka panjang.
  • Analis wanti-wanti soal defisit tetap tidak berkelanjutan bahkan jika suku bunga turun, dengan belanja pemerintah melonjak ke 44% dari PDB — level yang terakhir kali terjadi saat Perang Dunia II.
  • Lonjakan utang memperkuat narasi Bitcoin sebagai “emas digital”, di mana aset kripto dengan suplai terbatas dipandang sebagai lindung nilai terhadap erosi fiat dan salah urus fiskal.
Promo

Dua bulan setelah Elon Musk mengkritik cara pemerintahan Trump menangani utang nasional, laporan terbaru menguak Amerika Serikat kembali menambah beban utang sebesar US$1 triliun hanya dalam 48 hari.

Pembelanjaan defisit kini menjadi pendorong makro terbesar yang justru jarang mendapat sorotan utama. Dalam konteks ini, Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), hingga ekosistem decentralized finance (DeFi) tidak lagi sekadar instrumen spekulasi — melainkan instrumen lindung nilai struktural terhadap sistem fiskal yang rapuh.

Spiral Utang: Masalah Belanja atau Suku Bunga?

Sponsored
Sponsored

Bengkaknya utang setara dengan sekitar US$21 miliar per hari. Elon Musk dan sejumlah investor lain sebelumnya telah menekankan bahwa sistem fiat saat ini terkunci dalam jalur yang tidak berkelanjutan. Walhasil, aset digital kian dipandang sebagai hedge (lindung nilai).

Musk secara khusus menyoroti dampak One Big Beautiful Bill Act, undang-undang yang disebutnya memperburuk defisit. Hasilnya terlihat jelas. Sejak 11 Agustus, utang nasional AS telah bertambah US$200 miliar, membuat totalnya nyaris menyentuh US$38 triliun.

Baru per bulan Juli saja, Washington sudah mencatat defisit US$291 miliar. Ini menjadi angka terbesar kedua sepanjang sejarah untuk bulan tersebut. Sepanjang tahun fiskal 2025, defisit telah mencapai US$1,63 triliun. Itu artinya naik 7,4% secara tahunan (year-over-year / YoY) dan berada di jalur untuk menembus US$2 triliun.

Demikian pula, belanja pemerintah kini meledak hingga 44% dari Produk Domestik Bruto (PDB), level yang hanya pernah tercatat saat Perang Dunia II dan krisis keuangan tahun 2008 silam.

Sponsored
Sponsored

Meski Federal Reserve (The Fed) masih menjanjikan “soft landing, data fiskal faktanya menunjukkan realita yang lebih pahit. Pendapatan negara hanya tumbuh 2,5% per tahun, sementara belanja melesat hampir 10% dalam sebulan terakhir.

“…Ini masalah belanja, BUKAN masalah suku bunga… Ini krisis belanja,” papar analis di Kobeissi Letter.

Komentar itu menegaskan bahwa defisit tahunan tetap akan berada di level triliunan dolar bahkan jika The Fed memangkas suku bunga sekalipun.

Implikasi bagi Crypto dan Pasar Keuangan

Pasar obligasi mulai menunjukkan tanda bahaya. Investor kini menuntut imbal hasil yang lebih tinggi untuk surat utang pemerintah AS (US Treasury), dengan lelang terbaru tembus di atas 5% — level yang jarang terjadi dalam sejarah modern.

Sponsored
Sponsored

Seiring percepatan pembiayaan kembali atau refinancing utang pada suku bunga lebih tinggi, lubang fiskal pun kian dalam. Kondisi ini menciptakan prospek teknis yang rumit bagi pasar saham, komoditas, dan terutama crypto.

Dalam jangka pendek, imbal hasil yang lebih tinggi bisa menguras likuiditas dari aset berisiko. Namun, dalam jangka panjang, defisit yang terus-menerus justru menggerus kepercayaan pada mata uang fiat. Tren semacam ini secara historis menjadi katalis bagi Bitcoin dan aset digital dengan pasokan terbatas.

Walau Bitcoin kerap dijuluki sebagai emas digital, narasi tersebut kian solid ketika rezim fiat memperlihatkan ketidakberlanjutan fiskal.

“Dengan jalur fiskal saat ini, kebangkrutan AS dalam jangka panjang adalah 100% pasti,” imbuh analis Kobeissi Letter.

Sponsored
Sponsored

Bagi banyak pelaku kripto, jalur utang Amerika justru memperkuat tesis bahwa aset terdesentralisasi menawarkan perlindungan terhadap salah urus fiskal negara.

Dengan total utang yang mendekati US$38 triliun serta defisit terkunci di atas US$1,5 triliun per tahun, godaan bagi pembuat kebijakan masa depan untuk menginflasi utang sangatlah besar. Risiko itu bullish bagi narasi kelangkaan Bitcoin.

Altcoin pun berpotensi ikut diuntungkan secara tidak langsung, seiring institusi mulai mencari alternatif dari US Treasuries yang terhimpit imbal hasil. Stablecoin dan obligasi tokenisasi (tokenized Treasury) sudah menyerap aliran modal, namun likuiditas berlebih bisa meluber ke pasar kripto yang lebih luas.

Ke depan, arah pasar sangat bergantung pada dua hal: apakah Kongres mampu menekan belanja (yang kecil kemungkinan terjadi di tahun pemilu), dan seberapa agresif The Fed menyeimbangkan kebijakan suku bunga dengan keberlanjutan utang. Walau bagaimanapun, kedua skenario sama-sama menyimpan risiko.

Bagaimana pendapat Anda tentang membengkaknya utang AS serta efeknya ke pasar crypto? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Penyangkalan

"Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris."