Y Combinator, inkubator startup yang berbasis di Silicon Valley, mendorong industri startup untuk lebih getol mengembangkan stablecoin. Menurutnya, jenis aset kripto yang umumnya memiliki paritas dalam mata uang fiat itu memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan guna mengejar efektivitas transaksi.
Dalam laporan terbarunya, Group Partner Y Combinator, Brad Flora, mengatakan bahwa selama ini, Y Combinator (YC) telah efektif memasukkan stablecoin ke dalam operasionalnya. Kehadirannya terbukti mampu menjembatani rumitnya transfer lintas batas dan membantu pengguna untuk melindungi dana tabungannya dari hiperinflasi.
“Meskipun terdapat banyak perdebatan terkait penggunaan teknologi blockchain, tetapi jelas terlihat bahwa stablecoin akan menjadi bagian besar dari masa depan uang. Utilitasnya sangat jelas sehingga sepertinya industri yang ada di jalur keuangan tradisional juga akan mengikuti jejak stablecoin.”
Brad Flora, Group Partner Y Combinator
Lebih lanjut, Flora mengatakan dengan stablecoin, setiap transaksi akan dicatat di digital ledger dan bisa diperdagangkan kapan saja. Selain itu, proses transaksinya juga diselesaikan dalam hitungan detik, dengan biaya yang jauh lebih kecil dibanding menggunakan sistem keuangan tradisional.
Oleh karena itu, pihaknya menegaskan bahwa Y Combinator bakal terus mendorong pengembangan stablecoin dengan mengincar entitas yang membangun produk dengan segmentasi business-to-business (B2B) dan konsumen di atas stablecoin maupun platform yang memungkinkan keuangan stablecoin dan protokol stablecoin.
Jumlah Pengguna Stablecoin Disebut Hanya Capai 7 Juta Orang
Membincang stablecoin, secara global, saat ini, pangsa pasar stablecoin sendiri relatif masih sangat kecil dibanding keseluruhan aset kripto. Berdasarkan data CoinGecko, kapitalisasi pasar stablecoin per hari ini (20/2) mencapai US$139,93 miliar. Jumlah tersebut kurang dari 10% dari total kapitalisasi pasar seluruh mata uang kripto yang mencapai US$2,08 triliun.
Melihat kondisi itu, Flora pun berpendapat bahwa peluang stablecoin masih terbuka sangat lebar. Di samping itu, dalam catatan Y Combinator, sampai saat ini, hanya terdapat 7 juta orang yang bertransaksi menggunakan stablecoin.
Tak hanya Y Combinator, entitas keuangan tradisional (TradFi) pun nampaknya telah menangkap peluang dari stablecoin. Beberapa raksasa TradFi, seperti Societe Generale dan PayPal, sudah menelurkan stablecoin besutannya.
“Kita sudah melihat tanda-tanda akan terjadinya hal itu. PayPal baru saja mengeluarkan stablecoin miliknya sendiri dan bank-bank besar juga sudah mulai menawarkan layanan kustodian dan mengglorifikasi penerbitannya [stablecoin] sendiri,” tambah Flora.
Metaverse Juga Masuk dalam Fokus
Selain stablecoin, Y Combinator juga menaruh fokus pada pengembangan di segmen metaverse. Partner YC lainnya, Diana Hu, menjelaskan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) telah dikembangkan selama lebih dari satu dekade. Namun, hal itu semakin terlihat jelas setelah dua raksasa teknologi, yaitu Apple dan Meta, merilis headset VR buatannya.
Menurut Hu, dirinya ingin melihat adanya sekelompok startup baru yang membangun perangkat lunak pada perangkat tersebut. Dengan begitu, diharapkan akan hadir solusi dalam penggunaan praktis dari hanya sekedar game.
“Masih banyak tantangan yang harus diselesaikan untuk menemukan kasus penggunaan terbaik, praktik UX/UI terbaik dan solusi lainnya,” ungkap Hu.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
