Seorang analis kripto bernama Sminston With memprediksi harga Bitcoin (BTC) mampu melampaui angka US$200.000. Prediksi ini muncul di hari yang sama ketika harga Bitcoin gagal menyentuh target yang diantisipasi banyak pihak, yakni level US$70.000.
Terlepas dari itu, With mewanti-wanti bahwa prediksi ini bisa saja tidak terwujud tahun ini maupun tahun depan. Dalam analisis ini, platform akan membeberkan bagaimana sang analis mencapai kesimpulan tersebut. Juga, apakah Bitcoin benar-benar punya peluang mencapai target harga tersebut.
Model Decay Beri Isyarat Rekor Harga Baru
Pada Senin, 21 Oktober, With memposting di X (sebelumnya Twitter), menyatakan bahwa BTC berpotensi mencetak kisaran harga US$199.106 hingga US$207.623. Analis ini mengkaji model Decay Channel untuk sampai pada kesimpulan ini.
Adapun model Decay sendiri sengaja dirancang untuk menantang model prediksi sebelumnya, terutama Rainbow Chart dan Stock-to-Flow (S2F), yang keduanya telah lama menjadi acuan dalam memprediksi pergerakan harga Bitcoin.
Di sisi lain, model Decay lahir untuk menyuguhkan perspektif baru dengan memasukkan faktor-faktor seperti imbal hasil yang menyusut serta pertumbuhan yang melambat seiring dengan kian matangnya aset. Yang menarik, prediksi ini merupakan salah satu dari beberapa proyeksi sang analis untuk Bitcoin, yang memprediksi koin ini bisa mencapai US$200.000 di tahun 2025 mendatang.
“Bergantung pada metode regresi yang digunakan, baik linear maupun non-linear, batas atas Decay pada 1 Januari 2026 nampaknya berada di kisaran US$199.106 hingga US$207.623. Bahkan dengan drop setajam ini, proyeksinya tetap bullish!” ujar With.
Hanya saja, data on-chain dari indikator puncak siklus (Cycle Top) Bitcoin mengatakan bahwa harga puncak BTC mungkin tidak akan mencapai level setinggi itu. Alasannya, Simple Moving Average (SMA) 350 hari, yang mendeteksi harga tertinggi siklus, mengungkap bahwa puncak BTC mungkin hanya akan berkitar di US$114.256.
Dalam perkembangan terkait, Jurrien Timmer menuturkan bahwa harga Bitcoin mungkin akan terus bergerak sideways untuk jangka waktu yang lebih lama lagi.
Dalam postingannya, Timmer membeberkan bahwa kurva adopsi Bitcoin saat ini tertinggal dibandingkan emas. Alhasil, ini membuat BTC sulit mengalami akselerasi cepat dalam waktu dekat. Terlebih, laju adopsi yang kian lambat ini bisa menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan harga Bitcoin. Hal ini terlepas dari fakta bahwa BTC punya potensi sebagai aset penyimpan nilai alias “store of value“.
Prediksi Sebut BTC Bisa Terjun ke Bawah US$63.000 Terlebih Dahulu
Menurut grafik harian, harga Bitcoin sempat mencoba menembus US$70.000, dengan sumbu candle hijau terakhir menyentuh US$69.126.
Namun, seperti yang terlihat, BTC gagal breakout dari saluran paralel naik. Padahal, berhasilnya aksi ini bisa mendongkrak harganya melesat naik lebih tinggi. Imbas gagalnya aksi breakout, BTC saat ini berkisar di bawah US$67.000. Di sisi lain, temuan pada indikator Relative Strength Index (RSI) mendapati bahwa nilai RSI telah bergerak melandai.
Sebagai informasi, RSI membantu mengukur momentum menggunakan ukuran dan kecepatan perubahan harga. Ketika RSI meningkat, itu artinya momentum yang ada sedang bullish. Sementara turunnya nilai ini menjadi sinyal momentum bearish yang kian menguat, seperti yang saat ini terjadi pada BTC.
Jika kondisi ini tetap bertahan, harga Bitcoin berisiko turun hingga US$62.995. Sebaliknya, jika momentum bullish kembali datang dan tekanan beli melambung, BTC bisa naik ke US$69.400 dan bahkan mungkin melampaui US$73.000 dalam jangka pendek. Hal ini selaras dengan prediksi sang analis untuk Bitcoin.
Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi harga Bitcoin ke depannya mengacu analisis di atas? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.