Lihat lebih banyak

Apakah Credit Suisse dan Deutsche Bank Terancam Bangkrut? Lantas, Apa Dampaknya bagi Pasar Kripto?

4 mins
Oleh Robert D Knight
Diterjemahkan Zummia Fakhriani
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Menyusul periode volatilitas ekstrim di pasar keuangan tradisional, kondisi keuangan Credit Suisse dan Deutsche Bank kabarnya tengah mengalami kesulitan.
  • Khususnya Credit Suisse, diduga sedang tertimpa masalah kritis dan kemungkinan akan melakukan pendanaan ulang dengan putaran investasi modal yang baru.
  • Terkait kemungkinan adanya restrukturisasi atau bahkan kebangkrutan bank tersebut, juga telah mengundang beragam spekulasi dari para komentator dan analis kripto.
  • promo

Dua perusahaan bank utama di Eropa, Credit Suisse dan Deutsche Bank, kabarnya tengah tertimpa masalah, serta berpotensi akan memberikan dampak besar pada industri kripto dan lingkup pasar yang lebih luas lagi.

Dengan mencuatnya problematika yang tengah kedua bank hadapi, maka hal itu menuai beragam kritik dari para analis keuangan dan komentator kripto. Baru-baru ini, sebagian analis keuangan dan komentator tersebut mempertanyakan stabilitas Credit Suisse dan Deutsche Bank, khususnya bank Swiss tersebut yang kini ramai menjadi topik diskusi publik.

Credit Suisse Hadapi Periode yang “Sulit”

Demi menenangkan ketegangan di Credit Suisse, pada pekan lalu sang Chief Executive perusahaan, Ulrich Koerner, mengirimkan memo kepada karyawannya. Namun, memo itu kemudian bocor ke Reuters pada hari Jumat (30/9) dan justru menjadi bumerang yang serius bagi perusahaan.

Dalam memo pembawa bencana itu, Koerner mengatakan bahwa, “ini adalah momen kritis bagi seluruh organisasi [kita]”, serta mengatakan bahwa saat ini adalah “periode [yang] sulit”. Tapi, memo tidak berhenti sampai di situ saja. Ada catatan tambahan yang tertulis bahwa perusahaannya akan melakukan restrukturisasi untuk menyongsong “masa depan jangka panjang dan berkelanjutan.”

Masalahnya, jika Koerner dan Credit Suisse benar-benar ingin melakukan restrukturisasi bank Swiss tersebut, perusahaan akan membutuhkan dana investasi tambahan dan juga modal segar. Pasalnya, pada saat ini, bank itu sudah tidak lagi terlihat sebagai sebuah investasi yang kuat seperti masa-masa sebelumnya.

Apalagi, pada hari Senin (3/10), harga saham Credit Suisse (CSGN) telah anjlok 11% ketika pasar dibuka. Parahnya, penurunan itu juga menambahkan jumlah penurunannya yang telah mencapai 59% sejak awal tahun ini. Di samping itu, merosotnya harga saham tersebut juga mempercepat periode penurunan yang panjang dan bertahap untuk CSGN. Kini, CSGN tercatat sudah turun 91% dari titik puncaknya di tahun 2007 silam.

Pasar dan Media Sama-sama Salah Paham

Ironisnya, bisa jadi Kroener sendiri lah yang menjadi pemicu pesatnya devaluasi saham CSGN minggu ini. Sebab, dalam memonya, Koerner berargumen bahwa sebagian besar perhatian di media dan pasar tidak terlihat seperti sinyal, tapi lebih cenderung merupakan hiruk-pikuk keributan belaka.

“Saya tahu sulit untuk tetap [bisa] fokus di tengah banyaknya cerita yang Anda baca di media, terutama mengingat banyaknya pernyataan yang secara faktual tidak akurat. Meskipun demikian, saya yakin Anda tidak menyamakan kinerja harga saham harian kami dengan basis modal dan posisi likuiditas bank yang kuat,” katanya.

Melihat adanya kemiripan dengan kejadian-kejadian sebelumnya, hal ini mendorong Spencer Jakab dari Wall Street Journal untuk membandingkan arogansi Credit Suisse dengan Lehman Brothers sebelum perusahaan akhirnya runtuh pada tahun 2008 silam.

Jakab menyatakan di Twitter, “[Kondisi] ni terlihat buruk dan kontraproduktif ketika eksekutif bank membuat pernyataan yang keliru soal pasar. Dalam industri ini, opini pasar dapat terpenuhi dengan sendirinya selama [mengalami] masa tekanan.”

Selanjutnya, Jakub mengklaim bahwa para CEO bank-bank utama di dunia memiliki kemampuan untuk meningkatkan tekanan keuangan dengan cara mengabaikan atau meremehkan sentimen serta kekhawatiran pasar yang terjadi.

Jakab menjelaskan bahwa, “Herr Korner, [baru] dua bulan penuh menjabat sebagai CEO bank besar, [berani] bermain api dengan menyatakan [bahwa] pasar salah.” 

Baik Credit Suisse maupun Deutsche Bank sekarang diperdagangkan pada valuasi yang tertekan, menurut sebuah laporan yang ditulis oleh IP Banking Research dan diterbitkan di Seeking Alpha pada hari Sabtu (1/10). Dari keduanya, Deutsche Bank berada dalam kondisi yang sedikit lebih baik daripada Credit Suisse.

“Credit Suisse (CS) saat ini diperdagangkan pada buku berwujud (TBV) 0,23x. Deutsche Bank (DB) diperdagangkan pada nilai buku berwujud 0,3x. Ini adalah valuasi yang sangat menyedihkan bagi [sebuah] bank, bahkan bagi bank-bank Eropa,” jelas IP Banking Research.

Artinya, saham kedua bank tersebut diperdagangkan di bawah nilai aset perusahaan jika nantinya mereka mengalami likuidasi.

Lantas, Bagaimana Pengaruh Berita Ini bagi Pasar Kripto?

Nampaknya, hampir tidak ada satupun topik yang mampu mengalahkan daya pikat topik mengenai masalah pasar keuangan tradisional, terutama bagi para pengguna kripto di Twitter. Tidak terkecuali oleh lembaga keuangan sendiri sekalipun, contohnya saja Credit Suisse. Padahal, lembaga ini terkenal sangat positif terhadap mata uang digital.

Oleh karena itulah, tidak mengherankan jika segenap komentator kripto juga sudah berjejer mengantri untuk mengkritik bank sekaligus masalah yang mereka hadapi saat ini selama akhir pekan lalu.

Sementara itu, Wall Street Silver merangkum sentimen umum pasar pada hari Sabtu (1/10) lalu, dan mengatakan kepada 320.000 pengikutnya di Twitter bahwa, “Credit Suisse kemungkinan akan bangkrut. Pasar menunjukkan bank [mengalami] insolvensi dan kemungkinan [segera] bangkrut.

Tidak hanya itu, komentar dengan nada yang lebih dramatis juga datang dari sebuah akun bernama Inflation Tracker. Pasalnya, pada hari Senin (3/10) lalu, ia merangkum besarnya potensi masalah yang akan timbul.

“Lehman Brothers memiliki aset US$600 miliar ketika mereka bangkrut dan mati. Credit Suisse memiliki aset US$2.800 miliar. Jika Anda mengira [tragedi] 2008 buruk, tunggu saja [nanti]. Pasar keuangan global [tengah] di ambang kehancuran. Pasar kredit akan segera runtuh,” katanya.

Di sisi lain, seorang pendiri JAN3, Samson Mow, meyakinkan pengikutnya di Twitter bahwa titik bottom atau level terendah Bitcoin sudah terbentuk.

Menurut Mow, harga Bitcoin “sudah ditekan hingga batasnya, jauh di bawah 200 WMA. Kita telah mengalami pengaruh buruk dari UST/3AC dan leverage sudah memerah. BTC [secara] masif dijadikan short untuk lindung nilai. Bahkan jika Credit Suisse / Deutsche Bank runtuh & memicu krisis keuangan [sekalipun], kita tidak [mungkin] turun lebih rendah [lagi].”

Terlepas dari keyakinannya yang tidak tergoyahkan pada BTC tersebut, Mow kemudian melengkapi utasnya dengan candaan, “Famous last words.”

Bagaimana pendapat Anda tentang kemungkinan Credit Suisse bangkrut dan dampaknya bagi industri kripto? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori