Anggota dewan (board member) Signature Bank, Barney Frank, mengatakan bahwa penutupan bank ramah kripto itu oleh regulator Amerika Serikat (AS) adalah pesan anti-kripto yang sangat kuat.
Dia memberi tahu bahwa pelanggan yang ketakutan oleh keruntuhan tiba-tiba dari Silicon Valley Bank (SVB) menarik lebih dari US$10 miliar deposito dari Signature pada hari Jumat lalu. Penarikan deposito itu diperkirakan lantas dengan cepat menyebabkan kegagalan bank itu.
Lalu, regulator AS pada hari Minggu (12/3) malam waktu setempat mengumumkan bahwa Signature diambil alih untuk melindungi para deposan dan stabilitas sistem keuangan AS. Barney Frank, yang merupakan mantan DPR AS, mengatakan bahwa langkah itu tiba-tiba mengejutkan para eksekutif Signature.
“Kami tidak memiliki indikasi masalah sampai kami menerima setoran pada Jumat malam, yang murni penularan dari SVB,” kata Barney Frank kepada CNBC pada hari Senin (13/3).
Sebagai informasi, Signature diklaim merupakan sebuah lembaga perbankan berbasis di New York yang memiliki ikatan mendalam dengan industri real estat dan hukum. Signature memiliki 40 cabang, aset sebesar US$110,36 miliar, dan simpanan senilai US$88,59 miliar pada akhir tahun 2022.
Kepanikan Krisis Bank di AS
Masalah bagi bank-bank AS dengan paparan pada kelas aset yang mengalami peningkatan luar biasa sejak pandemi Covid-19, yaitu kripto dan startup teknologi, memuncak selama minggu lalu usai munculnya rangkaian kabar negatif dari Silvergate Bank yang juga ramah kripto.
Dengan kehancuran Silvergate yang telah lama diharapkan termasuk oleh investor kawakan seperti George Soros yang mengambil posisi short, hal itu membantu memicu kepanikan tentang bank dengan tingkat simpanan yang tidak diasuransikan.
Pada hari Kamis lalu, para investor modal ventura (venture capital / VC) dan para founder startup menguras dana mereka dari SVB. Hal itu kemudian mengarah pada penyitaan SVB oleh regulator AS pada hari Jumat kemarin.
Kabar krisis SVB lantas menyebabkan tekanan bagi Signature hingga First Republic Bank pada akhir pekan kemarin di tengah kekhawatiran bahwa simpanan yang tidak diasuransikan dapat dikunci atau kehilangan nilainya. Bila itu benar terjadi pada SVB, hal tersebut bisa berakibat fatal bagi para perusahaan rintisan.
Kronologi Penutupan Signature Bank oleh Regulator AS
Didirikan pada 2001, Signature mulai membuka diri ke industri kripto pada tahun 2018, yang membantu meningkatkan pertumbuhan deposit mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Signature menciptakan jaringan pembayar 24 jam / 7 hari untuk klien kripto dan memiliki deposit sekitar US$16,5 miliar dari pelanggan yang terkait dengan aset digital.
Namun, karena gelombang kekhawatiran menyebar akhir pekan lalu, pelanggan Signature memindahkan simpanan mereka ke bank yang lebih besar, termasuk JPMorgan Chase dan Citigroup.
Menurut Barney Frank, eksekutif Signature menjelajahi semua jalan untuk menopang situasi bank itu. Hal tersebut termasuk menemukan lebih banyak modal dan mengukur minat dari pengakuisisi potensial.
Dalam perkembangannya, eksodus simpanan telah melambat pada hari Minggu kemarin, dan para eksekutif yakin mereka telah menstabilkan situasi. Sebaliknya, manajer puncak Signature lantas dicopot dan bank itu akhirnya ditutup pada hari minggu oleh regulator AS.
Saat ini, regulator AS sedang melakukan proses penjualan Signature, sambil menjamin bahwa nasabah akan memiliki akses ke simpanan dan layanan yang akan terus berlanjut tanpa gangguan.
Tindakan Penutupan Signature Bank adalah Pesan Anti-Kripto?
Langkah yang dilakukan oleh regulator AS terhadap Signature membuat heran para pengamat.
Dalam pengumuman pada hari Minggu lalu, SVB dan Signature diidentifikasi oleh regulator sebagai risiko stabilitas keuangan. Pada momen itu, regulator AS mengumumkan fasilitas baru untuk menopang kepercayaan pada bank lain di Negeri Paman Sam.
Bank lain yang berada di bawah tekanan dalam beberapa hari terakhir, seperti First Republic Bank, menyatakan bahwa mereka memiliki lebih dari US$70 miliar dana yang belum dimanfaatkan dari bank sentral AS (Federal Reserve / The Fed) dan JPMorgan Chase.
Sementara itu, Barney Frank, yang membantu menyusun Undang-Undang (UU) Dodd-Frank Act yang mempromosikan stabilitas keuangan AS dengan meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam sistem keuangan, mengatakan bahwa tidak ada alasan obyektif yang nyata bahwa Signature harus disita regulator AS.
“Saya pikir, bagian dari apa yang terjadi adalah, regulator AS ingin mengirim pesan anti-kripto yang sangat kuat,” ungkap Barney Frank.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.