Aset kripto semakin menggeser fiat. Pada 2024, volume transaksi stablecoin melampaui angka yang dibukukan oleh sistem pembayaran besar seperti Visa dan Mastercard.
Fedor Ivanov, Direktur Analitik di Shard, yakin bahwa dominasi aset kripto di pasar keuangan akan terus meningkat sepanjang tahun 2025. Ia menyebutkan beberapa aset digital yang, menurutnya, berpotensi menjadi alat pembayaran utama dalam transaksi sehari-hari.
Aset Kripto vs. Fiat
Cryptocurrency (aset kripto) semakin mempersempit ruang bagi keuangan tradisional. Fenomena ini terjadi secara global, ditandai dengan munculnya berbagai instrumen finansial baru yang terhubung dengan pasar aset digital.
Sebagian besar perkembangan ini berfokus pada investasi. Saat ini, reksa dana investasi berbasis kripto telah hadir di AS, Kanada, Australia, Brasil, serta beberapa negara Asia. Bahkan, Rusia sempat berusaha menerbitkan obligasi yang terkait dengan ETF crypto, meski akhirnya dibatalkan oleh Bank Sentral Rusia.
Di sektor pembayaran, transformasi serupa juga tengah berlangsung. Perusahaan-perusahaan besar berlomba-lomba mengintegrasikan aset digital ke dalam produk mereka agar tetap relevan dengan tren global.
Adapun dalam ranah transaksi harian, stablecoin menjadi ujung tombak inovasi. Mata uang digital ini dirancang untuk secara bertahap menggantikan sistem pembayaran fiat. Berdasarkan data dari CEX.IO, salah satu crypto exchange terbesar di dunia, volume transaksi stablecoin sepanjang tahun 2024 berhasil melampaui total transaksi yang diproses oleh Visa dan Mastercard. Namun, data ini belum mencakup volume transaksi aset kripto lain yang juga digunakan sebagai alat pembayaran.

Aset Kripto Klasik untuk Pembayaran
Berbagai aset kripto klasik, termasuk stablecoin, telah berevolusi dari sekadar aset digital eksperimental menjadi instrumen pembayaran yang kian populer. Berikut beberapa aset digital yang paling berpotensi:
Bitcoin (BTC)
Sebagai pionir di dunia kripto, Bitcoin tetap menjadi pemimpin mutlak dalam hal adopsi dan penggunaan. Sepanjang 2024, dominasi pasarnya tak pernah jatuh di bawah 50%.
Bitcoin kini semakin diakui sebagai alat pembayaran global, terutama berkat penerapan teknologi Lightning Network, yang memungkinkan transaksi lebih cepat dan lebih murah.
Banyak sektor industri yang telah menerima BTC sebagai alat pembayaran, mulai dari otomotif hingga pajak dan utilitas. Di negara-negara dengan regulasi kripto yang jelas, dealer mobil, agen real estate, serta pedagang (merchant) barang mewah sudah menerima Bitcoin dan stablecoin sebagai metode pembayaran yang sah.
Beberapa platform bahkan secara khusus melayani transaksi barang mewah dengan Bitcoin. CryptoAutos, misalnya, memungkinkan pembelian mobil premium menggunakan BTC.

Ripple (XRP)
XRP adalah aset kripto yang dikembangkan oleh Ripple dan beroperasi di blockchain miliknya sendiri. XRP menjadi komponen inti dari ekosistem penyelesaian transaksi Ripple, yang banyak digunakan oleh institusi keuangan global untuk mempercepat pembayaran lintas negara.
Hingga saat ini, XRP belum begitu populer sebagai alat pembayaran langsung. Namun, hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perselisihan hukum Ripple dengan regulator AS dalam beberapa tahun terakhir. Dengan meredanya tekanan regulasi, terutama setelah pemerintahan baru di AS, tuntutan hukum terhadap Ripple mulai dicabut. Ada spekulasi bahwa XRP bahkan dapat dimasukkan ke dalam cadangan aset kripto nasional AS.
Sebagai aset deflasi (deflationary asset) dengan suplai terbatas dan mekanisme konsensus yang unik, XRP berpotensi menjadi alat pembayaran ideal di negara-negara yang mengutamakan transparansi dan keamanan dalam regulasi kripto mereka.
Sebagai catatan penting, XRP memiliki karakteristik unik sebagai aset kripto privat. Setiap validator dalam jaringannya harus melalui prosedur KYC langsung dengan Ripple, menjadikannya salah satu token dengan tingkat keamanan tertinggi. Alhasil, XRP jarang digunakan untuk aktivitas ilegal, dan kasus pencurian atau penyalahgunaannya sangat minim dibanding aset kripto lainnya.
Menariknya, begitu tekanan regulator AS terhadap Ripple mereda, perusahaan ini langsung mendapatkan lisensi pembayaran kripto di Uni Emirat Arab (UEA). Semakin banyak institusi yang mengadopsi teknologi Ripple, semakin kuat pula posisi XRP di pasar global.
- Baca Juga: Prediksi Harga Ripple (XRP) 2025/2026/2030
Litecoin (LTC)
Litecoin, koin berbasis proof-of-work (PoW) yang memiliki kemiripan teknologi dengan Bitcoin, telah eksis di pasar kripto sejak lama. Popularitasnya tumbuh berkat keunggulannya dalam kecepatan transaksi yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah dibandingkan Bitcoin. Dukungan komunitas untuk Litecoin pun cukup kuat. Seperti halnya BTC, jaringan Litecoin juga mengalami halving secara berkala, dengan total pasokan maksimal sebesar 84 juta koin.
Litecoin memang sudah lama berada di bawah bayang-bayang Bitcoin. Namun, semakin mahal harga BTC, semakin besar pula daya tarik bagi investor untuk beralih ke aset serupa dengan ambang masuk lebih rendah. Tren ini terlihat jelas pada tahun 2024, yakni ketika harga Litecoin hampir melonjak dua kali lipat, mencapai US$135 per koin.

Seperti halnya Bitcoin, Litecoin sudah aktif digunakan sebagai alat pembayaran dan tren ini akan terus berlanjut. Berbagai platform telah mengadopsinya, termasuk raksasa pembayaran seperti PayPal dan Venmo, khususnya untuk pengguna di beberapa yurisdiksi, terutama Amerika Serikat.
Toncoin (TON)
Meski sempat mengalami volatilitas tinggi akibat penangkapan Pavel Durov di Prancis, Toncoin tetap memiliki potensi besar sebagai alat pembayaran berbasis kripto. Blockchain TON dikenal karena kecepatan pemrosesan transaksi yang tinggi dan biaya yang sangat rendah, menjadikannya pilihan menarik bagi berbagai sistem pembayaran digital.
Keunggulan utama Toncoin terletak pada keterikatannya dengan Telegram. Hal ini memastikan adopsi luas serta kemudahan penggunaan bagi pengguna messenger tersebut. Bahkan, ekosistem aplikasi dan marketplace yang terhubung dengan Telegram sebagian besar sudah menggunakan TON sebagai metode transaksi utama.
Meskipun terbilang baru, Toncoin kini telah diterima sebagai alat pembayaran di berbagai sektor. Contohnya, platform penjualan mobil mewah CryptoAutos telah mengintegrasikan TON ke dalam sistemnya.
Selain itu, Ton Foundation secara agresif mempromosikan koin ini di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) serta negara-negara CIS, yang berpotensi menstabilkan nilai Toncoin dengan menarik lebih banyak pengguna. Sementara itu, prospek jangka panjang TON semakin cerah dengan diizinkannya Pavel Durov keluar dari Prancis, menandakan adanya perkembangan positif dalam kasus hukumnya.
Crypto Menaklukkan Dunia
Tahun 2025 diprediksi akan menjadi periode penting bagi perkembangan regulasi kripto. Di Rusia, misalnya, aset digital kini secara resmi diakui sebagai properti dan dikenakan pajak. Negara ini bahkan telah meluncurkan rezim hukum eksperimental yang memungkinkan penggunaan koin secara resmi untuk transaksi lintas batas.
Di Uni Eropa, regulasi MiCA telah berlaku sepenuhnya. Meskipun ketat, regulasi ini menciptakan aturan yang jelas dan transparan bagi seluruh pelaku pasar, baik perusahaan khusus seperti crypto exchange maupun individu non-profesional.
Sementara itu, perkembangan solusi layer-2 (L2) untuk jaringan seperti Ethereum dan Bitcoin akan meningkatkan kecepatan transaksi sekaligus menekan biayanya. Hal ini menjadikan kripto semakin praktis untuk pembayaran sehari-hari. Tak hanya itu, perusahaan yang menawarkan solusi pembayaran berbasis kripto sebagai layanan juga semakin mempermudah bisnis dalam mengadopsi teknologi ini. Lalu pada gilirannya, ini juga akan mempercepat ekspansi penggunaan kripto dalam transaksi harian.
Seiring bertambahnya yurisdiksi yang melegalkan kripto, penggunaannya dalam transaksi sehari-hari juga akan meningkat. Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, Brasil, Argentina, Swiss, serta beberapa negara Uni Eropa, bahkan sudah mengizinkan pembayaran pajak dan penerimaan gaji dalam bentuk kripto.
- Baca Juga: Cara Beli PayPal Stablecoin PYUSD
Faktor-faktor yang Menentukan Kripto sebagai Alat Pembayaran Sah
Regulasi merupakan faktor utama—baik di tingkat negara maupun global. Namun, contoh di masa lalu menunjukkan bahwa adopsi kripto sebagai alat pembayaran resmi kerap mendapat tekanan dari lembaga keuangan internasional.
El Salvador, satu-satunya negara dengan kebijakan penerimaan Bitcoin yang jelas sejak 2022, terpaksa melonggarkan aturan setelah mendapat tekanan dari IMF. Lembaga ini menolak memberikan pinjaman kecuali pemerintah mencabut kewajiban semua entitas bisnis untuk menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran. Hingga kini, IMF masih bersikeras agar Bitcoin sepenuhnya dihapus dari sistem pembayaran nasional dengan alasan risiko stabilitas keuangan.
Republik Afrika Tengah juga sempat melegalkan Bitcoin sebagai alat pembayaran, tetapi dengan cepat membatalkan keputusan tersebut. Ini terjadi setelah tekanan dari Bank Negara Afrika Tengah, yang merupakan penerbit mata uang CFA franc yang digunakan di negara tersebut.
Regulator cenderung menolak ekspansi kripto dalam sistem pembayaran karena sulitnya menerapkan kontrol dan manajemen terpusat atas transaksi berbasis blockchain.
Di tingkat regional, kendala regulasi juga menjadi hambatan utama. Bahkan di negara yang melegalkan kripto, penggunaannya untuk transaksi seringkali dibatasi. Contohnya:
- Negara-negara Asia Tengah dan Belarus tidak mengizinkan kripto untuk pembayaran.
- Beberapa negara Amerika Latin menerapkan aturan yang masih ambigu. Bolivia, yang sebelumnya melarang kripto sepenuhnya, justru pada 2025 mulai mengizinkan penggunaannya dalam sektor perbankan serta pembelian bahan bakar melalui perusahaan milik negara, YPFB.
Tantangan Utama
Di sisi keamanan, ancaman terbesar berasal dari serangan phishing dan peretasan wallet pengguna. Berbeda dengan perbankan tradisional yang telah memiliki regulasi ketat dan lisensi, perusahaan kripto tidak selalu memiliki standar keamanan yang sama. Akibatnya, layanan pembayaran dan wallet digital lebih rentan terhadap serangan siber.
Namun, tantangan lain seperti keterbatasan skala jaringan blockchain telah menemukan solusi yang efektif. Teknologi L2 seperti Lightning Network berhasil mengatasi masalah skalabilitas dan membuat transaksi kripto lebih cepat serta efisien.
Bagaimana pendapat Anda tentang sederet aset kripto yang menurut pakar siap menggeser fiat ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
