Salah satu pemegang saham Core Scientific, yaitu B. Riley Financial, memiliki penawaran khusus untuk bisa menyelamatkan perusahaan penambang Bitcoin itu dari jurang kebangkrutan.
Dalam surat kepada pemegang saham, disebutkan bahwa B. Riley berniat merestrukturisasi utang Core Scientific dengan cara memberikan pembiayaan sebesar US$72 juta atau sekitar Rp1,12 triliun. Kucuran dana tersebut dikatakan B.Riley bisa digunakan untuk memacu operasional Core Scientific sampai 2 tahun ke depan hingga mendapat profit.
Terkait hal ini, Chairman dan Co-CEO B. Riley, Bryant Riley, mengatakan bahwa sejak Core Scientific menyatakan melakukan penangguhan semua pembayaran utang pokok dan bunga, termasuk memasukkan opsi kebangkrutan, membuat harga sahamnya ambruk hingga 86%.
“Selaku salah satu kreditur terbesar Core Scientific, hal itu mengejutkan. Pasalnya, kebangkrutan bukanlah jawaban dan hanya akan merugikan investor perusahaan. Ditambah lagi, sebagian besar masalah yang dihadap oleh mereka terlalu dipaksakan dan mash bisa diperbaiki dengan diskusi secara terbuka,” jelas Bryant Riley.
Untuk itu, B. Riley mengusulkan pada Dewan Direksi pembiayaan baru yang menguntungkan dan sebagai upaya menghindari kebangkrutan Core Scientific.
Bryant Riley mengatakan bahwa Core Scientific memiliki aset dan utang senilai total US$300 juta. Adapun utang ke B. Riley mencapai US$42 juta. Memang, utang itu adalah utang jangka pendek dan dibuat ketika harga Bitcoin (BTC) sedang pada masa jaya-jayanya.
Selain itu, utang tersebut juga dimaksudkan untuk membangun fasilitas listrik dan memperluas area penambangan Bitcoin sebagai salah satu strategi yang agresif untuk mendulang keuntungan. Namun, kondisi pasar malah membuat Core Scientific tertekan luar biasa dalam kinerja keuangannya.
Strategi yang Ditawarkan B. Riley untuk Core Scientific
Analis B. Riley, Lucas Pipe, disebut terus mengikuti perkembangan Core Scientific. Berdasarkan model yang sudah dibuatnya dengan asumsi harga Bitcoin US$18.000 sekalipun, Core Scientific masih sanggup menghasilkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang disesuaikan -US$140 juta.
Jika perusahaan membangun fasilitas Denton di Texas dengan tambahan modal US$40 juta, maka Core Scientific bisa mendapatkan tambahan EBITDA sebesar US$25 juta. Dari sini terlihat, bila terjadi kenaikan harga Bitcoin sebesar US$1.000, hal itu akan memengaruhi EBITDA perusahaan secara positif.
“Jika asumsi harga Bitcoin naik menjadi US$20.000, maka EBITDA yang disesuikan bisa mencapai lebih dari US$200 juta berdasarkan run-rate. Sedangkan bila harga BTC kembali ke harga US$24.500, maka B. Riley memproyeksikan bahwa Core Scientific akan menghasilkan hampir US$275 juta EBITDA,” ungkap Analis B. Riley.
Untuk itu, B. Riley mengaku siap menyediakan likuiditas dalam pembiayaan pertama tanpa ‘kontinjensi’ (situasi yang diperkirakan akan terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi) sebesar US$40 juta. Namun, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh Core Scientific, yaitu ketika harga Bitcon lebih rendah dari US$18.500, maka mereka harus menangguhkan seluruh pembayaran pokok pada kreditur yang menyediakan peralatan penambangan.
Nantinya, ketika harga BTC kembali naik ke level US$18.500 dan seterusnya, pembayaran bunga dan sebagian pembayaran pokok bisa dilakukan sampai selesai. Untuk pembayaran bunga dapat dibayarkan dalam bentuk natura (pemberian) selama 1 tahun guna menyediakan fondasi keuangan yang kuat bagi perusahaan.
Tidak Ada Kepastian Kapan Harga Bitcoin Akan Pulih
Dalam asumsi B. Riley, disebutkan bahwa harga Bitcoin berada di kisaran US$18.500. Namun, sejatinya tidak ada yang bisa memastikan kapan BTC akan kembali ke harga yang menarik. Jika melihat pergerakan harga BTC selama 90 hari kebelakang, Bitcoin sempat diperdagangkan di level US$21.414 pada 5 November lalu.
Namun, itu pun tidak bertahan lama lantaran harga BTC harus rela tersungkur ke bawah US$19 ribu. Pada perdagangan hari ini, BTC berada di kisaran US$17.718. Pandangan dari pelaku usaha yang ada di industri kripto menyebutkan bahwa masa crypto winter masih cukup panjang.
CEO Divi Labs, Nick Saporano menyebutkan bahwa sebelumnya bear market terjadi selama 2 tahun, dan saat ini baru memasuki tahun pertama dalam crypto winter. Diprediksi, harga BTC saat mengakhiri tahun 2022 akan berada di kisaran US$16.800, atau lebih rendah dari harga Bitcoin sebelum terjadi krisis FTX sekitar US$19.500.
Sementara itu, analis JP Morgan Chase & Co menyebutkan harga BTC saat ini belum menyentuh harga bottom atau harga terendahnya. Bahkan, tim analis dari lembaga perbankan Amerika Seriikat (AS) itu menyebutkan bahwa dengan rangkaian margin call yang terjadi di seluruh pasar, harga BTC bisa mencapai US$13.000.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.