Dunia cryptocurrency terus berubah sejak jaringan Bitcoin meluncur. Kini, tidak hanya Proof of Work (PoW) dan Proof of Stake (PoS) yang terkenal, banyak mekanisme konsensus blockchain yang berjalan. Salah satunya adalah Proof of Authority (PoA) yang berupaya memperbaiki skalabilitas dari PoW tetapi dengan karakter desentralisasi yang berbeda dari PoS. Berikut ulasannya.
Crypto Exchange terbaik untuk beli token kripto
Beli Crypto Pakai Rupiah
Biaya Trading GratisBonus USDT 3200
Trading, Leverage, EarnHadiah hingga US$30.000
Trading dengan fitur lengkapApa itu Proof of Authority?
Proof of Authority (PoA) adalah sebuah mekanisme konsensus dalam teknologi blockchain untuk memastikan validitas transaksi yang mengutamakan identitas validator. Orang yang pertama kali mengajukan istilah ini pada 2017 adalah Gavin Wood, salah satu pendiri dan mantan CTO Ethereum.
Pada algoritma PoA, penambahan blok baru ke blockchain oleh entitas yang telah terotorisasi dan mendapat kepercayaan untuk melakukan tugas tersebut. Sebutan untuk entitas-entitas ini adalah “authority nodes” atau “validator nodes.” Mereka mendapat kepercayaan karena memiliki reputasi yang baik, keamanan yang tinggi, atau status otoritas dalam jaringan blockchain.
Kunci dari PoA adalah bahwa proses validasi dan pembuatan blok ini berjalan oleh pihak-pihak yang telah teridentifikasi dan memiliki otorisasi. Berbeda dengan mekanisme pemilihan secara acak seperti yang terjadi pada Proof of Work (PoW) atau Proof of Stake (PoS). PoA menekankan pada identitas dan reputasi daripada daya komputasi atau stake token.
Mungkin kamu sudah paham dengan mekanisme konsensus PoS, yaitu validator harus melakukan staking koin agar bisa melakukan verifikasi transaksi. Akan tetapi, dalam PoA, validator melakukan stakin reputasi atau identitas mereka, bukannya koin. Makanya blockchain dengan mekanisme PoA dapat terjaga keamanannya karena validasi melalui pihak yang sudah terbukti reputasinya.
Salah satu keuntungan utama dari PoA adalah skalabilitasnya. Karena tidak memerlukan penambangan yang intensif, PoA dapat memproses transaksi lebih cepat dan dengan biaya yang lebih rendah. Namun, PoA lebih terpusat daripada PoW dan PoS, karena otoritas untuk memvalidasi transaksi dan membuat blok baru terpusat pada sejumlah kecil validator.
Cara kerja Proof of Authority
Cara kerja Proof of Authority (PoA) dalam sebuah blockchain cukup sederhana dan melibatkan beberapa tahap berikut:
1. Identifikasi dan Otorisasi Validator Nodes:
Tahap pertama adalah menentukan siapa saja entitas atau node yang akan berperan sebagai validator dalam jaringan. Biasanya, validator nodes ini adalah pihak-pihak yang mendapat kepercayaan dan memiliki reputasi baik dalam komunitas atau proyek blockchain tersebut. Proses identifikasi dan otorisasi ini dapat berlaku secara sentral oleh entitas yang bertanggung jawab atas pengelolaan blockchain atau melalui mekanisme tertentu, seperti pemegang token dalam jaringan.
2. Validasi Transaksi:
Setiap kali ada transaksi baru yang diajukan untuk dimasukkan ke dalam blok, validator nodes akan melakukan validasi terhadap transaksi tersebut. Validasi ini biasanya melibatkan verifikasi keabsahan transaksi, termasuk memastikan bahwa pengirim memiliki cukup kredit atau dana untuk melakukan transaksi.
3. Pembuatan dan Penambahan Blok:
Setelah validasi transaksi berhasil, salah satu validator nodes akan bertindak sebagai “block proposer” atau “pembuat blok.” Mereka bertugas untuk mengumpulkan beberapa transaksi yang telah mengalami validasi dan merangkainya menjadi satu blok. Setelah blok dibuat, blok tersebut akan ditandatangani digital oleh validator yang membuatnya menggunakan kunci privatnya. Tandatangan ini memastikan bahwa blok berasal dari validator yang sah dan tidak pihak lain tidak bisa mengubahnya.
4. Verifikasi dan Persetujuan Blok:
Setelah blok baru dibuat, validator nodes lainnya akan memverifikasi keabsahan blok tersebut. Jika mayoritas validator setuju bahwa blok tersebut valid, maka blok tersebut akan ditambahkan ke blockchain dan menjadi bagian dari sejarah transaksi yang tidak bisa diubah.
5. Reward dan Sanksi (Opsional):
Beberapa implementasi PoA mungkin memberikan imbalan (reward) bagi validator yang berhasil membuat dan memvalidasi blok secara benar. Selain itu, dalam beberapa kasus, jika validator melakukan tindakan yang tidak etis atau berusaha memalsukan transaksi, mereka dapat terkena sanksi atau kehilangan status sebagai validator dalam jaringan.
Contoh Blockchain Pengguna Proof of Authority
PoA adalah algoritma konsensus blockchain yang lebih efisien daripada proof of work (PoW), karena tidak memerlukan banyak daya komputasi. Hal ini membuat PoA ideal untuk digunakan dalam aplikasi blockchain yang membutuhkan skalabilitas dan kinerja tinggi, seperti aplikasi keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Algoritma konsensus PoA dapat berguna dalam berbagai skenario dan bisa menjadi opsi bernilai tinggi untuk aplikasi logistik. Ketika berbicara tentang rantai pasok, misalnya, PoA berpotensi menjadi solusi yang efektif dan wajar.
VeChain dengan native token VET merupakan salah satu blockchain yang menggunakan mekanisme PoA. VeChain adalah blockchain yang bertujuan untuk meningkatkan manajemen rantai pasok, termasuk di dalamnya pelacakan dan monitoring produk, verifikasi kualitas produk, dan pengelolaan tingkat persediaan. Jaringan terdesentralisasi VeChain memungkinkan integrasi Internet of Things (IoT), sehingga proses pembagian dan analisis data dapat terjadi secara real-time, meningkatkan efisiensi, dan transparansi yang lebih baik bagi bisnis.
Di samping VeChain (VET), blockchain lain yang juga menggunakan mekanisme konsensus serupa PoA adalah TomoChain (TOMO) dan GoChain (GO). Meski penyebutannya berbeda — GoChain menyebut Proof of Reputation dan TomoChain memakai Proof of Stake Voting — secara garis besar cara kerjanya mirip.
Sementara itu, model Proof of Authority memungkinkan perusahaan untuk menjaga privasi mereka sambil memanfaatkan manfaat teknologi blockchain. Microsoft Azure adalah contoh lain implementasi dari PoA. Dalam kata lain, platform Azure menyediakan solusi untuk jaringan swasta, dengan sistem yang tidak memerlukan mata uang asli seperti ‘gas’ ether, karena tidak ada kebutuhan untuk penambangan.
Keunggulan Proof of Authority
Keunggulan yang menjadi keuntungan PoA antara lain:
- Kecepatan Transaksi: Karena hanya beberapa entitas yang berpartisipasi dalam validasi, proses ini dapat menjadi lebih cepat daripada dengan PoW atau PoS, yang melibatkan banyak peserta.
- Efisiensi Energi: PoA tidak memerlukan daya komputasi yang intensif seperti PoW, sehingga lebih efisien dari segi energi.
- Skalabilitas: Dengan jumlah validator yang terbatas, PoA cenderung lebih mudah untuk skala lebih besar.
Kekurangan dan Risiko
- Sentralisasi: Karena penentuan entitas-entitas yang mengoperasikan node validator berlaku secara sentral, PoA bisa menjadi lebih terpusat daripada PoW atau PoS.
- Kepercayaan: PoA mengandalkan kepercayaan terhadap validator nodes yang mendapat otoritas. Jika salah satu dari mereka bermasalah atau mengalami penyerangan, integritas jaringan bisa terpengaruh.
- Risiko Pengesahan Buruk: Jika validator yang berwenang tidak bertindak secara jujur atau mendapat pengaruh oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, blockchain dapat menghadapi masalah keamanan dan validasi transaksi yang tidak andal.
Ingat, setiap jenis algoritma konsensus memiliki kelebihan dan kelemahan, dan pilihan algoritma yang tepat harus menjadi pertimbangan berdasarkan kebutuhan khusus suatu proyek blockchain.
Perbedaan POA vs PoS vs PoW
Proof of authority (PoA), proof of stake (PoS), dan proof of work (PoW) adalah tiga algoritma konsensus dalam blockchain untuk mengamankan jaringan dan mengkonfirmasi transaksi. Ketiganya memiliki karakter masing-masing terkait dengan keamanan jaringan, desentralisasi dan skalabilitas.
Pertama, PoA adalah algoritma konsensus yang menggunakan sejumlah kecil node yang mendapat izin untuk memvalidasi transaksi. Node-node ini bernama validator, dan mereka terpilih berdasarkan kriteria tertentu, seperti reputasi, kepemilikan token, atau otoritas dari jaringan.
Sementara itu, PoS adalah algoritma konsensus yang menggunakan sejumlah besar node yang mendapat izin untuk memvalidasi transaksi. Node-node ini adalah validator, dan mereka terpilih berdasarkan jumlah token yang mereka pertaruhkan (stake).
Di sisi lain, PoW adalah algoritma konsensus yang menggunakan sejumlah besar node yang mendapat izin untuk memvalidasi transaksi. Node-node ini bernama miner, dan mereka terpilih berdasarkan kemampuan mereka untuk memecahkan masalah matematika yang sulit.
PoA, PoS, dan PoW memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. PoA lebih efisien daripada PoW dan PoS, tetapi juga kurang terdesentralisasi. PoS lebih terdesentralisasi daripada PoA dan PoW, tetapi juga kurang efisien. PoW paling terdesentralisasi, tetapi juga paling tidak efisien.
Tabel Perbedaan PoA vs PoS dan PoW
Karakteristik | Proof of Authority (PoA) | Proof of Stake (PoS) | Proof of Work (PoW) |
---|---|---|---|
Cara memilih validator | Berdasarkan kriteria tertentu | Berdasarkan jumlah token untuk pertaruhan (staking) | Berdasarkan kemampuan untuk memecahkan masalah matematika yang sulit |
Keamanan | Dianggap lebih aman | Dianggap kurang aman | Dianggap paling aman |
Desentralisasi | Dianggap kurang terdesentralisasi | Dianggap lebih terdesentralisasi | Paling terdesentralisasi |
Efisiensi | Lebih efisien dalam hal daya komputasi | Kurang efisien dalam hal daya komputasi | Paling tidak efisien dalam hal daya komputasi |
Kompatibilitas | Untuk blockchain yang membutuhkan keamanan dan efisiensi | Untuk blockchain yang membutuhkan desentralisasi | Untuk blockchain yang membutuhkan keamanan dan desentralisasi |
Contoh blockchain yang menggunakan | VeChain, TomoChain, GoChain | Cardano, Solana, Binance Smart Chain, Ethereum | Bitcoin, Litecoin |
Algoritma konsensus terbaik untuk blockchain tertentu tergantung pada persyaratan spesifik blockchain tersebut. Misalnya, blockchain yang membutuhkan keamanan dan efisiensi tinggi mungkin lebih cocok untuk PoA. Sementara itu, blockchain yang membutuhkan desentralisasi lebih tinggi mungkin lebih cocok untuk PoS.
BACA JUGA
Kesimpulan
Proof of Authority (PoA) adalah mekanisme konsensus dalam teknologi blockchain yang mengutamakan identitas validator. Validator terpilih berdasarkan reputasi dan identitas, dan bertanggung jawab untuk memvalidasi transaksi dan membuat blok baru. PoA lebih efisien dan memiliki keuntungan skalabilitas daripada PoW dan PoS, tetapi lebih terpusat. PoA cocok untuk aplikasi blockchain yang membutuhkan kecepatan dan efisiensi tinggi, seperti aplikasi keuangan terdesentralisasi (DeFi). Beberapa blockchain yang menggunakan PoA adalah VeChain dan Microsoft Azure.
Pertanyaan yang sering muncul
Apa beda proof of authority (PoA) dan proof of stake (PoS)?
Apa yang dimaksud dengan proof of stake?
Koin apa saja yang menggunakan proof of authority?
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Prioritas kami adalah menyediakan informasi berkualitas tinggi. Kami meluangkan waktu untuk mengidentifikasi, meriset, dan membuat konten edukasi yang sekiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menerima komisi dari para mitra kami untuk penempatan produk atau jasa mereka dalam artikel kami, supaya kami bisa tetap menjaga standar mutu dan terus memproduksi konten yang luar biasa. Meski demikian, pemberian komisi ini tidak akan memengaruhi proses kami dalam membuat konten yang tidak bias, jujur, dan bermanfaat.