Lihat lebih banyak

Beda Koin dan Token Crypto, Jangan Bingung Lagi

5 mins
Diperbarui oleh Hanum Dewi
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Buat pemula yang baru mengenal dunia cryptocurrency mungkin mengalami kebingungan apa perbedaan antara koin kripto dan token kripto. Bahkan, banyak yang menganggap koin dan token crypto adalah sama. Padahal, ada perbedaan mendasar di antara keduanya.

Perbedaan mendasar antara koin crypto dan token crypto berkaitan dengan blockchain atau jaringan pendukungnya. Selain itu ada juga perbedaan terkait cara pembuatan, tujuan, kegunaan hingga jenis dan contohnya. Artikel ini akan membahas perbedaan coin dan token crypto.

Apa Itu Koin Kripto?

Koin kripto adalah aset digital yang berjalan di rantai blok miliknya sendiri. Pengembang protokol blockchain adalah pihak yang menerbitkan langsung aset digital ini. Sehingga, orang juga menyebut koin kripto sebagai aset kripto native, atau penduduk asli dari jaringan blockchain tersebut.

Karakteristik Koin Kripto

  • Terdesentralisasi. Artinya, tidak ada lembaga atau otoritas yang mengatur peredaran koin cryptocurrency.
  • Pembangunan koin di atas sistem blockchain, atau jenis teknologi ledger
  • Menggunakan kriptografi sebagai jaringan keamanannya

Contoh Koin Kripto

Sebagai contoh, Bitcoin (BTC) tentu sudah tidak asing lagi di dunia kripto. BTC adalah koin native yang berjalan di atas blockchain Bitcoin. Contoh lainnya adalah Ether (ETH) yang merupakan koin native dalam jaringan Ethereum.

Bitcoin adalah contoh coin crypto yang tujuan utamanya sebagai alat pembayaran

Proses Pembuatan Koin Kripto

Koin seperti Bitcoin dapat terbit dari hasil penambangan (mining) yaitu penyelesaian proses komputasi rumit. Proses penambangan ini mendapatkan validasi dari konsensus, sehingga bernama Proof of Work (POW).

Dulu, pembuatan ETH juga melalui proses mining Ethereum dengan konsensus POW. Namun, dalam jaringan Ethereum saat ini sudah tidak ada lagi konsep mining ETH. Sebab,setelah peristiwa The Merge, sifat pembuatan dan validasi koin ETH berubah dari POW menjadi Proof of Stake (POS).

Dengan POS, orang bisa menambang atau memvalidasi transaksi aset kripto sesuai dengan jumlah koin yang ia pegang. Artinya, semakin banyak Ether yang dipegang penambang, maka dia punya daya tawar yang tinggi dalam menambang aset kripto.

Kegunaan Koin

1. Alat Pembayaran

Pengembangan koin kripto tentu ada tujuannya. Sebagai contoh adalah pengembangan Bitcoin yang merupakan cryptocurrency pertama sejal 2009. Pengembang Bitcoin, yaitu Satoshi Nakamoto (bukan identitas sebenarnya), berniat menjadikan mata uang kripto ini sebagai alat tukar terdesentralisasi. Makanya, orang bisa menggunakan Bitcoin untuk membeli barang dan jasa.

Dengan kata lain, tujuan penciptaan koin kripto adalah sebagai alat pembayaran seperti layaknya mata uang fiat. Oleh karena itu, koin kripto generasi awal seperti BTC, XRP dan LTC memiliki sifat sebagai medium pembayaran.

Namun, tidak semua negara mau mengakui Bitcoin atau cryptocurrency lain sebagai alat tukar atau pembayaran. Contohnya, Bank Indonesia tidak mengakui cryptocurrency sebagai alat pembayaran sah di Indonesia. Maka dari itu, koin kripto memiliki fungsi lain saat ini, yaitu sebagai aset investasi dan penjaga sistem rantai blok.

2. Aset Investasi

Sebagai aset investasi, Bitcoin dan koin kripto lainnya bisa diperjualbelikan. Investor yang memegang bisa meraih keuntungan bila menjual aset kripto ini di harga lebih tinggi daripada harga perolehannya.
Komunitas kripto saat ini pun menganggap Bitcoin sebagai emas digital. Sebab, mata uang crypto ini punya sifat penyimpanan nilai seperti uang fiat. Akan tetapi, pasokannya terbatas hanya 21 juta keping saja. Maka, di masa depan nilai Bitcoin bisa terapresiasi dan menjadi satu tempat menaruh kekayaan.

3. Penjaga Jaringan Blockchain

Sementara itu, koin kripto juga berfungsi sebagai penjaga keberlangsungan jaringan blockchain. Ke depan, teknologi rantai blok ini terus berkembang. Tidak hanya mencatatkan transaksi secara desentralisasi, teknologi ini bisa mendukung jasa keuangan lain seperti pinjam meminjam dan menabung, berkat kehadiran smart contract.

Semakin banyak orang yang menggunakan teknologi rantai blok, mereka harus memberi kompensasi kepada pengembang untuk menjaga keandalan teknologinya. Maka, komunitas kripto wajib membayar ongkos ini ke pengembang, menggunakan koin native tersebut.

Contohnya, adalah Ethereum. Saat ini, banyak komunitas kripto yang mengembangkan aplikasi terdesentralisasi di jaringan blockchain Ethereum dengan teknologi smart contract. Pada saat yang sama, mereka harus membayar ETH ke pengembang sebagai biaya jasa atas teknologi Ethereum tersebut.

Apa Itu Token?

Token adalah aset digital yang dibangun di atas jaringan blockchain milik pihak lain. Suatu project di atas jaringan rantai blok bisa menerbitkan token sebagai alat pembayaran untuk transaksi dalam project tersebut. Ibaratnya, koin adalah penduduk asli dari sebuah blockchain, sementara token adalah penduduk pendatang di jaringan tersebut.

Contoh Token Kripto

Sejumlah token crypto yang populer termasuk BUSD, USDT, Shiba Inu, Shushi, dan lainnya. BUSD adalah token yang dibangun dalam jaringan Ethereum untuk proyek yang dimiliki Binance. Setiap 1 BUSD yang terbit, terdapat 1 dolar AS sebagai cadangan dari Binance.

Terra USD dan BUSD sebagai contoh token yang merupakan stablecoin
Terra USD dan BUSD sebagai contoh token kripto yang merupakan stablecoin

Proses Pembuatan Token Kripto

Pembuatan token kripto bisa menggunakan aplikasi terdesentralisasi (DApps) dengan hosting oleh blockchain. Hal ini bisa terjadi dengan adanya kontrak pintar, seperti yang tersedia pada platform Ethereum.

Secara umum, modifikasi token tidak bisa terlalu sulit, berbeda dengan koin kripto. Makanya, pembuatan token kripto lebih cepat dan murah ketimbang dengan coin cryptocurrency.

Kegunaan Token

Tujuan penerbitan token adalah sebagai alat tukar untuk menjalankan layanan dari proyek yang menyediakan token tersebut. Di samping itu, token kripto juga bisa berfungsi sebagai aset digital yang merepresentasikan suatu kepemilikan.

Berikut sejumlah jenis token berdasarkan kegunaannya.

1. Token Sekuritas

Merupakan representasi dari aset-aset nyata yang ada di dunia. Dalam hal ini, satu token nilainya dipatok pada sekuritas tersebut. Contohnya, instrumen surat berharga, obligasi, atau emas.

2. Token Utilitas

Aset digital ini merupakan sarana pengguna untuk mendapatkan produk atau jasa di platform/proyek yang ada dalam sebuah blockchain. Contohnya, token dalam permainan game web3. Token game ini merepresentasikan kepemilikan dan bisa untuk transaksi atau membayar item di dalam permainan.

3. Stablecoin

Token ini memiliki nilai yang ditautkan ke mata uang fiat seperti dolar AS atau Euro. Contohnya BUSD atau Binance USD, yaitu stablecoin yang dibuat oleh Binance dan Paxos pada 2019. Stablecoin ini didukung dolar AS, artinya setiap 1 BUSD yang terbit, ada cadangan 1 dolar AS. Sehingga, nilai 1 BUSD setara dengan 1 dolar AS.

4. Non-fungible Token (NFT)

Ini merupakan representasi dari benda yang unik dan hanya ada satu di dunia. NFT mewakili barang berharga atau unik dengan nilai tukar yang tidak bisa diganti, makanya disebut sebagai non-fungible. Bentuk NFT bisa berupa karya seni seperti aset game, foto, video, musik dan lain-lainya.

5. Token Pembayaran

Fungsi ini sama seperti koin kripto, karena berguna untuk transaksi pembayaran barang dan jasa.

Kesimpulan Beda Koin dan Token Kripto

Sebagai kesimpulan, berikut perbedaaan utama antara koin crypto dan token crypto.

  1. Koin diciptakan dari jaringan blockchain utama. Token berasal dari platform yang berdiri di atas jaringan rantai blok tersebut.
  2. Penggunaan koin kripto untuk transaksi pembayaran. Tujuan token tidak hanya pembayaran, tetapi juga beragam keperluan lain.
  3. Proses pembuatan koin lebih sulit daripada membuat token. Sebab, koin berasal dari blockchain sementara token hanya menumpang blockchain yang sudah ada.

Nah, dari penjelasan tersebut di atas, jangan bingung lagi antara token dan koin crypto.

Platform kripto terbaik di Indonesia | Maret 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi. Prioritas kami adalah menyediakan informasi berkualitas tinggi. Kami meluangkan waktu untuk mengidentifikasi, meriset, dan membuat konten edukasi yang sekiranya dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menerima komisi dari para mitra kami untuk penempatan produk atau jasa mereka dalam artikel kami, supaya kami bisa tetap menjaga standar mutu dan terus memproduksi konten yang luar biasa. Meski demikian, pemberian komisi ini tidak akan memengaruhi proses kami dalam membuat konten yang tidak bias, jujur, dan bermanfaat.

foto-profil-hanum.png
Hanum Dewi
Hanum Dewi adalah seorang penulis dengan spesialisasi pada topik bisnis, keuangan, dan investasi. Dengan latar belakang pendidikan di bidang komunikasi dan pengalaman 8+ tahun di pasar modal, Hanum juga melakukan riset untuk membuat konten yang menarik dan informatif di berbagai topik. Melengkapi kemampuan menulisnya, dia juga selalu mengikuti tren dan perkembangan terbaru di industri cryptocurrency, DeFi, dan web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori