Muncul temuan mengejutkan bahwa kreditur terbesar di Celsius Network kemungkinan memiliki koneksi dengan Sam Bankman-Fried (SBF) yang merupakan tokoh penting di balik crypto exchange FTX dan perusahaan perdagangan kripto kuantitatif Alameda Research.
Sebagai informasi, Bloomberg mencatat bahwa di antara lebih dari 100.000 kreditur Celsius, Pharos USD Fund SP paling mencuri perhatian. Pasalnya, entitas ini memiliki tagihan sebesar US$81,08 juta (Rp1,21 triliun) yang harus dibayar oleh crypto lending platform setelah resmi mengajukan kebangkrutan pada kemarin.
Klaim yang dimiliki Pharos USD Fund SP ternyata 2 kali lebih besar dari kreditur terbesar kedua Celsius. Dalam dokumen yang diajukan Celsius, Pharos USD Fund SP mencantumkan alamat di Cayman Islands dan email [email protected].
Pencarian Google dengan keyword ‘Pharos USD Fund SP’ tidak memberikan hasil apa pun. Namun, sebuah unggahan lowongan pekerjaan di situs web Lantern Ventures menggambarkan bahwa entitas ini sebagai perusahaan perdagangan yang berspesialisasi dalam kripto dan berbasis di London.
Situs web dan akun LinkedIn Lantern Ventures tidak menyebutkan nama Pharos. Akan tetapi, dalam pengajuan dokumen ke Komisi Sekuritas & Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS) pada April 2022, nama Pharos dicantumkan sebagai afiliasi dari Lantern Ventures.
Lantern Ventures pada waktu itu melaporkan bahwa mereka memiliki sekitar US$400,4 juta (Rp5,76 triliun) aset yang dikelola. Lebih dari setengah aset itu dimiliki oleh para investor di luar AS.
Punya Afiliasi dengan Alameda Research & Bekas Tempat Kerja SBF?
Temuan menarik lainnya, Lantern Ventures juga memiliki beberapa karyawan yang riwayat karir pekerjaannya di LinkedIn bersinggungan dengan SBF.
CEO Lantern Ventures, Tara Mac Aulay, disebut merupakan co-founder Alameda Research berdasarkan keterangan dalam sebuah konferensi di London yang diselenggarakan Blockwork pada November 2021. Namun, akun LinkedIn Tara Mac Aulay tidak menyebutkan sama sekali perannya di Alameda Research.
Perlu diingat, Reuters melaporkan bahwa SBF mendirikan Alameda Research pada November 2017. SBF lantas meluncurkan FTX sejak Mei 2019 yang pada akhir Januari 2022 memiliki valuasi senilai US$32 miliar.
Tara Mac Aulay juga sempat bekerja untuk sebuah badan amal bernama Centre for Effective Altruism. Hal yang mengejutkan adalah, SBF menjadi direktur pengembangan di badan amal ini. Per Mei 2021, Tara Mac Aulay dilaporkan sebagai pemegang saham terbesar di Lantern Ventures menurut dokumen pencatatan perusahaan di Britania Raya Companies House.
Seorang juru bicara Alamea Research mengatakan kepada Bloomberg bahwa Tara Mac Aulay memang adalah karyawan awal di perusahaan perdagangan kripto kuantitatif itu. Namun, pihak Alameda Research mengatakan saat ini mereka tidak memiliki hubungan dengan Lantern Ventures.
Setidaknya, 3 karyawan Lantern Ventures sempat bekerja untuk badan amal Giving What We Can. Menariknya, SBF juga terdaftar sebagai anggota Giving What We Can, menurut temuan Bloomberg berdasarkan biografi karyawan Lantern Ventures di LinkedIn. Adapun karyawan Lantern Ventures lainnya, Victor Xu, merupakan head trader di Alameda Research selama 9 bulan pada tahun 2018.
FTX ‘Tidak Tertarik’ Selamatkan Celsius
Sebelumnya, dilaporkan bahwa FTX juga memiliki kesempatan untuk menyelamatkan Celsius Network, tetapi memilih untuk melewatkan kesempatan itu. Dalam laporan The Block pada 30 Juni 2022, FTX disebut sempat memulai pembicaraan dengan Celsius dalam rangka untuk memberikan dukungan keuangan atau melakukan akuisisi.
Namun, crypto exchange yang dipimpin oleh SBF ini memutuskan enggan untuk melanjutkan pembicaraan setelah melihat kondisi keuangan dari crypto lending platform yang dipimpin Alex Mashinsky itu. Salah satu alasannya, Celsius memiliki ‘lubang’ US$2 miliar (Rp29,85 triliun) pada neracanya dan FTX menemukan bahwa perusahaan itu sulit untuk ditangani.
Kini, akhirnya dapat dikonfirmasi bahwa Celsius memiliki celah atau defisit US$1,2 miliar (Rp18,05 triliun) di neraca keuangannya. Artinya, posisi liabilitas Celsius yang menyentuh US$5,5 miliar (Rp87,75 triliun) lebih besar dari aset mereka yang hanya mencapai US$4,3 miliar (Rp64,69 triliun).
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.