Melalui sebuah utas Twitter, Changpeng Zhao (CZ), founder sekaligus CEO Binance, mengatakan bahwa perusahaannya sudah mengindentifikasi 2 tersangka dalam insiden peretasan KyberSwap.
Aksi itu dilakukan melalui penyelidikan tim intelijen Binance pasca diketahui terdapat eksploitasi di jaringan platform token swap tersebut.
Binance juga sudah memberikan informasi tersebut pada KyberSwap dan melakukan koordinasi dengan penegak hukum untuk memastikan langkah yang akan dilakukan.
Beberapa pihak menyambut positif langkah yang dilakukan Binance. Dengan sinergitas di antara perusahaan kripto, dipercaya mampu membangun ekosistem digital menjadi lebih baik. Terlebih lagi, ini juga bukan kali pertama perusahaan ikut membantu pemulihan dalam kasus peretasan.
Sebelum kasus KyberSwap, Binance pernah ikut membantu memulihkan 85% dari dana yang dicuri di jaringan Curve Finance. Peretasan tersebut menggunakan salinan palsu untuk mengumpulkan informasi seperti nama pengguna, kata sandi, dan alamat dompet. Kemudian, Binance juga berupaya untuk mengembalikan dana tersebut pada pemiliknya yang sah melalui kerjasama dengan penegak hukum.
Meski demikian, sampai saat ini, belum terdapat perkembangan informasi dari pihak KyberSwap. Namun, KyberSwap berjanji untuk mengembalikan 100% dana yang dicuri oleh peretas dan menawarkan kompensasi berupa 15% dari total dana curian, jika dana tersebut dikembalikan.
Binance Seperti “Big Brother” di Dunia Kripto
Sebuah akun anonim @TajoCrypto menyebutkan bahwa langkah yang dilakukan Binance tidak ubahnya seperti kakak laki-laki yang berupaya untuk mengamankan ekosistem. Sebagai perusahaan yang lebih dulu terjun ke dalam industri kripto, Binance merasa perlu untuk menolong perusahaan lain yang memang sedang mengalami insiden peretasan.
Kiprah Binance dalam pengembangan kripto memang berada 1 langkah dibanding perusahaan sejenis. Pasalnya, perseroan juga kerap terlibat dalam pembuatan kebijakan terkait industri kripto di beberapa negara.
Misalnya, seperti yang Binance lakukan di Kamboja beberapa waktu lalu. Perusahaan terlibat dalam memberikan masukan terkait kebijakan kripto yang akan pemerintah setempat jalankan. Beberapa lokakarya juga digelar untuk para pejabat Securities of Exchange Commission (SEC) Kamboja untuk memberikan gambaran terkait industri kripto.
Peretasan di Dunia Kripto Masih Marak
Seperti diketahui, peretasan di dunia kripto masih menjadi ancaman. Kurangnya literasi diantara para pengguna dituding menjadi salah satu penyebab masih terjadinya pembobolan akun ataupun skema penipuan yang melibatkan kripto.
Data dari Cryptoliteracy menyebutkan, 98% responden yang mengikuti kuis terkait kripto gagal. Padahal mayoritas responden adalah para internet savvy yang memang sudah terbiasa mengikuti perkembangan kripto.
Sehingga tak aneh jika sampai dengan Juli kemarin, jumlah dana kripto yang terkuras berada di kisaran US$1,9 miliar. Angka tersebut memperlihatkan kenaikan sebanyak 60%, dimana platform protokol keuangan terdesentralisasi (DeFi) menjadi idola bagi peretas untuk melancarkan aksinya.
Perusahaan analitik blockchain, Chanalysis memproyeksikan bahwa angka peretasan kemungkinan akan bertambah besar. Pasalnya di awal Agustus saja sudah terjadi pembobolan di Nomad Bridge yang mengakibatkan kerugian US$190 juta, kemudian ada juga peretasan dompet Solana yang menyebabkan kerugian hingga US$5 juta.
Jumlah tersebut belum mencatat peristiwa yang baru saja terjadi dan kemungkinan terjadi sampai penghujung tahun ini. Untuk itu, Chainalysis menyarankan bahwa cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan peretasan adalah dengan mendorong industri untuk lebih menopang sisi keamanannya dan memberikan literasi pada konsumen terkait proyek investasi yang aman.
Banyak Perusahaan yang Belum Memikirkan Serangan Kripto
Perjalanan industri kripto berjalan sangat cepat, sehingga kadang memang harus diakui bahwa ada banyak perusahaan rintisan yang memang belum siap menghadapi terjadinya serangan. Senior Vice President perusahaan keamanan siber CrowdStrike, Adam Meyer mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan kripto yang ada adalah benar-benar baru.
“Sehingga mereka belum benar-benar memikirkan vektor serangan yang mungkin terjadi,” jelasnya.
Di samping itu, ternyata terdapat banyak perusahaan keamanan yang enggan untuk terjun dalam ekosistem kripto. Padahal, dalam bisnis keuangan, keamanan dan kepercayaan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.
Alokasi dana untuk pertahanan keamanan juga sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan perusahaan keuangan tradisional. Seperti, Bank of America misalnya, yang menyediakan lebh dari US$1 miliar setiap tahunnya untuk keamanan.
Selain itu, perlu dipahami juga bahwa dunia kripto masih dianggap sebagai dunia liar; yang mana belum ada regulasi yang jelas terkait pengawasan, petunjuk teknis, hingga keamanan yang ada di dalamnya. Beberapa negara sampai saat ini masih dalam tahap pengkajian untuk bisa secara penuh mengadopsi teknologi kripto.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram Be[In]Crypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.