Lihat lebih banyak

Bitcoin (BTC) Berhasil Sentuh Titik Support Historis di 200-Week Moving Average

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Untuk keempat kalinya dalam sejarah, Bitcoin telah berhasil mencapai titik support historis pada indikator moving average selama 200-minggu (MA 200W).
  • Saat ini, MA 200W tercatat berada di level US$22.367.
  • Setelah level ini tercapai, rata-rata konsolidasi 110 hari pun dimulai.
  • promo

Baru-baru ini, tepatnya Senin kemarin (13/6), Bitcoin (BTC) berhasil mencapai salah satu area terpenting dalam sejarahnya, yaitu 200-week moving average (200W MA). Faktanya, pergerakan ini baru terjadi sebanyak 3 kali dalam sejarah dan selalu memiliki korelasi erat dengan titik terendah makro dalam harga Bitcoin.

Sejak berhasil mencetak harga tertinggi sepanjang masanya (ATH) di angka US$69.000 pada 10 November 2021, Bitcoin telah mengalami penurunan yang cukup konsisten. Penurunan tersebut kemudian mengalami akselerasi dari puncak lokal di harga US$48.200 pada tanggal 28 Maret 2022.

Setelah itu, BTC menghasilkan 9 candlestick bearish mingguan berturut-turut dan satu candlestick hijau (area oranye). BTC kemudian melanjutkan aksi penurunan harganya dan mencetak dua candlestick merah mingguan lainnya dengan masing-masing lebih dari -10% (panah biru).

Selanjutnya, candle harian kemarin saja telah menyebabkan -15,38% dan membawa harganya terus merosot ke level US$21.925 di bagian bawah wick. Pagi ini, Bitcoin melanjutkan penurunannya, yang kemudian membawanya ke level terendah di angka US$20.846.

Grafik BTC dari Tradingview

Bitcoin Akhirnya Berhasil Sentuh 200W MA

Pada grafik di atas, kita bisa melihat garis biru yang menunjukkan penurunan Bitcoin tampaknya sedang berhenti. Ini adalah kondisi yang disebut sebagai 200-week moving average (200W MA), yaitu sebuah level signifikansi historis yang sangat tinggi.

Pada grafik jangka panjang, kita bisa melihat bahwa kurva ini telah berfungsi sebagai support selama pasar bearish sebelumnya. Meskipun itu bukan support yang sempurna, karena sumbu candlestick mingguan di bawah garis ini sering juga terjadi. Namun, biasanya penutupan mingguan bisa tercapai di atas 200W MA.

Grafik BTC dari Tradingview

Kondisi kala itu adalah pertama kalinya 200W MA memainkan peran sebagai support di bear market 2015. Setelah kapitulasi secara tiba-tiba yang terjadi pada Januari 2015, Bitcoin berkonsolidasi pada levelnya (mengalami kenaikan) selama 259 hari. Kemudian, barulah pada bulan Oktober 2015, BTC melanjutkan tren naiknya.

Untuk kedua kalinya dalam sejarah, 200W MA berhasil tercapai pada akhir bear market 2018. Pada saat itu, tidak ada sumbu yang berada di bawah garis ini yang terjadi, dan masa konsolidasi berlangsung selama 63 hari.

Terakhir kali MA 200W berfungsi sebagai support adalah ketika COVID-19 crash Maret 2020 lalu. Saat itu, ada dua sumbuh bawah sangat panjang yang mencapai jauh di bawah garis ini. Selain itu, penutupan mingguan terjadi di bawah 200W MA. Menariknya, penurunan pada saat itu mengalami pemulihan V-shape yang cepat, sehingga Bitcoin bisa bergerak naik kembali setelah tujuh hari. Di sisi lain, konsolidasi tidak terjadi, baru pada bulan April hingga Juli 2020 mengalami konsolidasi lagi. Tetapi, kondisi itu sudah bergerak pada level yang jauh lebih tinggi, yaitu di level sekitar US$9.000.

Maka dari itu, dengan rata-rata nilai dari pergerakan sebelumnya di 200W MA (259 hari, 63 hari, dan 7 hari), kita dapat menyimpulkan bahwa untuk sampel statistik yang begitu rendah, Bitcoin rata-rata akan berkonsolidasi selama 110 hari setelah mencapai kurva ini. Jika perkiraan ini terbukti benar, maka pergerakan tren naik tersebut diharapkan berpotensi untuk kembali terjadi pada awal Oktober 2022 mendatang.

Mengurangi Penurunan terhadap ATH

Menurut data dari Glassnode, level terendah yang tercapai baru-bari ini telah menyebabkan nilai BTC turun sebanyak 67,27% dari capaian ATH-nya pada November 2021 lalu. Ini adalah selisih terbesar sejak keruntuhan market akibat COVID-19 pada Maret 2020, seperti yang disebutkan di atas, tepatnya ketika BTC berada -75,5% di bawah rekor sebelumnya. Pada saat itu, harga Bitcoin mencapai titik terendahnya di angka US$3.941, dengan tolok ukur ATH historis US$19.764 pada 17 Desember 2017.

Chart by Glassnode

Jika kita amati pada grafik keruntuhan harga dari ATH untuk keseluruhan pergerakan Bitcoin secara historis, kita akan melihat penurunan bertahap pada volatilitasnya. Setiap titik bawah bear market makro secara berturut-turut berada pada jarak harga yang lebih pendek dari ATH yang sama.

Oleh karena itu, kita dapat mencoba menggambar garis tren naik yang tidak akurat (lihat garis biru), yang menunjukkan bahwa penurunan dari ATH dalam siklus saat ini akan berakhir sekitar -70%. Bila nilai ini terbukti benar, maka dasar makro akan menjadi level US$20.700. Artinya, titik ini akan berimpit dengan pengujian ulang ATH historis dari tahun 2017 yang telah disebutkan di atas.

Namun, apabila Bitcoin melanjutkan aksi penurunannya dan mencapai level penurunan seperti tahun 2015 dan 2018 (sekitar -85%), maka target dasar makronya berada pada level US$10.350.

Klik di sini untuk mengetahui analisis Bitcoin (BTC) terbaru dari Be[In]Crypto.

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

91fede6fd9bb30cda0f788b1372d931a?s=120&d=wp_user_avatar&r=g
Jakub Dziadkowiec
PhD dan asisten profesor di sebuah universitas internasional di Lublin, Polandia. Menghabiskan 10 tahun mempelajari filosofi alam dan ilmu olahraga. Penulis 4 buku dan dua lusin artikel ilmiah. Sekarang, ia menggunakan pikirannya untuk kepentingan komunitas kripto. Penggemar analisis teknis, pejuang Bitcoin, dan pendukung kuat ide desentralisasi. Duc in altum!
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori