Beberapa grafik menunjukkan siklus bull run Bitcoin mungkin belum berakhir. Laporan ini datang di tengah kekhawatiran pasar yang lebih luas. Sebagai pengingat, BTC telah berhasil menorehkan rekor harga tertinggi sepanjang masa (all-time high / ATH) di angka US$73.777 di Binance pertengahan Maret lalu. Adapun serangkaian upaya untuk merebut kembali puncak ini telah diusahakan, namun belum membuahkan hasil.
Bersamaan dengan koreksi harga Bitcoin terbaru, aksi jual ekuitas global, lebih dari US$1 triliun terhapus dari pasar saham. Sementara S&P serta NASDAQ mencatat penurunan terburuk mereka sejak tahun 2022 silam. Kondisi ini lantas mengguncang pasar.
Alasan Bull Run Bitcoin Masih Akan Berlanjut
Empat grafik menunjukkan bahwa bull run Bitcoin masih akan bergulir walau ada kekhawatiran pasar dan aksi harga BTC yang kian menjauh dari puncak tahun 2024.
MVRV Momentum
Indikator Market Value to Realized Value (MVRV) Momentum memantau ketahanan, kekuatan, dan arah tren pasar. Selama indikator ini (oranye) tetap nangkring di atas moving average (MA) 365 hari (biru), maka tren naik harga Bitcoin akan tetap bertahan.
Oleh karena itu, analis yang mencari sinyal ini untuk tujuan menambah kepemilikan mereka bisa memanfaatkan koreksi harga yang tersaji untuk membeli BTC. Dengan catatan kondisi di atas terpenuhi.
Namun demikian, jika MVRV melintas ke bawah rata-rata 365 hari, itu berarti holder token menderita kerugian yang belum terealisasi. Di kondisi seperti itu, mereka kerap mempertimbangkan untuk keluar dari posisi mereka guna mencegah kerugian yang lebih parah.
“Pada awal Juli, rasio MVRV turun kembali dan menemukan support di dekat moving average 365 hari. Ini terjadi di dekat level terendah koreksi, dan menunjukkan bahwa tren naik tahun 2024 tetap utuh, dengan profitabilitas investor tetap positif,” tulis James Check, Analis Utama di Glassnode.
Arus Masuk ETF BTC vs. Penerbitan Baru ETF Spot
Alasan lain mengapa bull run Bitcoin kemungkinan masih utuh adalah permintaan untuk ETF BTC spot. Menyusul keputusan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS untuk menyetujui instrumen keuangan ini, artinya investor institusional kini resmi bergabung dengan investor ritel di pasar BTC.
Terlebih, permintaan yang terjadi selanjutnya terus memberikan angin segar bagi harga Bitcoin. Perbandingan antara arus ETF Bitcoin spot dengan pasokan baru dari kalangan miner sejak instrumen keuangan ini mulai diperdagangkan pada 11 Januari menunjukkan bahwa permintaan atas ETF telah secara signifikan melampaui penerbitannya.
Pelacak data kripto dan makro-keuangan SoSo Value menguak temuan bahwa total arus masuk bersih kumulatif sejak tanggal11 Januari bernilai US$17,50 miliar.
Kinerja Harga BTC sejak Halving
Kinerja harga Bitcoin sejak halving keempat juga turut memperkuat skenario soal kelangsungan bull market BTC. Dengan kata lain, masih ada peluang untuk terjadinya reli harga. Jika kita melihat ke belakang, aset kripto perintis ini telah bergerak mendatar alias sideways setelah setiap siklus halving, sebelum kemudian melesat naik secara substansial dalam satu tahun.
- Setelah halving pertama (garis oranye): Bitcoin naik lebih dari 1.000% dalam 12 bulan pertama.
- Setelah halving kedua (garis pirus/warna biru kehijauan): Bitcoin naik 200% dalam 12 bulan pertama.
- Setelah halving ketiga (garis hijau): Bitcoin naik lebih dari 600% dalam 12 bulan pertama.
Sejak halving keempat (garis hitam) pada 19 April 2024, harga Bitcoin sudah turun 2%. BTC berpotensi melangsungkan reli harga yang signifikan jika sejarah terulang lagi; di mana, masih tersisa waktu hampir sembilan bulan untuk price discovery.
Kinerja Kelas Aset
Kinerja Bitcoin menurut sejarah juga mendukung potensi bull run. Jika kita tarik ke belakang, Bitcoin telah menjadi aset berkinerja terbaik dalam delapan dari 11 tahun terakhir. Bitcoin hanya mengukir performa buruk pada tahun 2014, 2018, dan 2022, dengan tren turun besar-besaran.
Adapun peluang Bitcoin untuk berkinerja buruk di tahun 2024 sepertinya kecil. Ini mengacu pada tren masa lalu, seperti kinerja bulanan. November seringkali menjadi bulan terbaik untuk Bitcoin, dan kuartal keempat juga cenderung perkasa. Dari tahun 2013 hingga 2022, rata-rata imbal hasil bulanan Bitcoin adalah 5,91% pada Q1, 32,83% pada Q2, 4,21% pada Q3, dan 93,38% pada Q4.
Statistik Coinglass mengungkap, Bitcoin mendapatkan momentum antara Q2 hingga Q4, di mana Q4 terbukti menjadi periode paling impresif dengan kenaikan rata-rata 93,38%. Adapun tabel yang tersaji di atas memperkuat narasi ini, mengindikasikan bahwa Q2, khususnya Oktober dan November, juga memiliki potensi menjanjikan.
Meskipun demikian, sementara momentum Bitcoin bisa membawa harganya ke level yang lebih tinggi, BTC mungkin tak luput pula dari rintangan yang menghadang. Faktanya, perkembangan regulasi, peristiwa ekonomi makro, kemajuan teknologi, dan sentimen pasar turut memengaruhi lintasannya di masa depan.
Bagaimana pendapat Anda tentang 4 grafik kunci yang katakan bull run Bitcoin masih berlanjut ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.