Di tahun 2022 ini, Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) sudah menemukan bahwa warga Negeri Kanguru mengalami kerugian akibat penipuan investasi kripto mencapai sekitar US$81,5 juta (Rp1,1 triliun). Sementara itu, Komisi Perdagangan Federal (FTC) Amerika Serikat (AS) menjelaskan bahwa lebih dari 46.000 warga Paman Sam kehilangan US$329 juta (Rp4,7 triliun).
Dalam laporan berjudul ‘Orang Australia Kehilangan Lebih Banyak Uang karena Penipuan Investasi’ yang terbit pada hari Senin (6/6), ACCC menjelaskan bahwa warga Australia secara total kehilangan lebih dari AU$205 juta (sekitar US$148 juta) karena penipuan antara 1 Januari dan 1 Mei 2022.
Mayoritas kerugian selama periode ini adalah penipuan investasi dengan kerugian AU$158 juta (sekitar US$114 juta), atau meningkat 314% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Lebih spesifik lagi, mayoritas kerugian penipuan investasi yang dialami oleh warga Australia itu melibatkan investasi kripto. Dana sebanyak AU$ 113 juta (sekitar US$81,5 juta) dilaporkan hilang tahun ini. Selain itu, cryptocurrency juga merupakan metode pembayaran paling umum untuk penipuan investasi.
ACCC memperkirakan bahwa kerugian sebenarnya dari penipuan cenderung jauh lebih tinggi, karena penelitian mereka menunjukkan bahwa hanya sekitar 13% orang Australia yang melaporkan kerugian mereka kepada layanan Scamwatch.
Wakil Ketua ACCC, Delia Rickard, mengatakan bahwa pihaknya melihat lebih banyak uang hilang karena penipuan investasi dan mendesak semua warga Australia untuk tidak mempercayai peluang investasi yang tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.
“Warga Australia harus sangat waspada terhadap siapa pun yang meminta mereka untuk berinvestasi atau mentransfer uang menggunakan cryptocurrency, terutama jika itu adalah seseorang yang hanya Anda temui secara online. Banyak konsumen yang tidak terbiasa dengan kompleksitas cryptocurrency dan ini dapat membuat mereka lebih rentan terhadap penipuan,” kata Delia Rickard.
Warga AS Kehilangan US$1 Miliar Terkait Kripto Sejak 2021
Peringatan dari ACCC ini muncul menyusul laporan terbaru Komisi Perdagangan Federal (FTC) AS yang mengatakan bahwa lebih dari 46.000 warga Paman Sam juga telah kehilangan lebih dari US$1 miliar (Rp14,4 triliun) secara gabungan dalam penipuan terkait kripto sejak awal tahun 2021 hingga kuartal I/2022.
“Dari iklan Super Bowl hingga ATM Bitcoin, cryptocurrency tampaknya ada di mana-mana akhir-akhir ini. Meskipun belum menjadi metode pembayaran utama, laporan kepada kami menunjukkan bahwa itu adalah metode umum yang mengkhawatirkan bagi scammers untuk mendapatkan uang orang-orang,” jelas laporan yang terbit pada 3 Juni 2022 itu.
Kerugian yang terkait kripto dilaporkan mencapai sekitar US$680 juta pada tahun 2021. Kemudian pada kuartal I/2022, diperkirakan kerugian terkait kripto mencapai US$329 juta. Melihat capaian pada kuartal I/2022 yang sudah hampir melewati setengah kerugian terkait kripto secara total pada tahun 2021, ini dapat berarti bahwa potensi kerugian tahun ini bisa saja jauh lebih tinggi.
Bitcoin (70%), Tether (10%), dan Ethereum (9%) dilaporkan merupakan cryptocurrency yang paling sering dicuri, menurut laporan tersebut. Adapun orang-orang berusia 20 hingga 49 tahun 3 kali lebih mungkin daripada kelompok usia yang lebih tua untuk melaporkan kehilangan cryptocurrency karena sebuah praktik penipuan.
Laporan FTC menunjukkan bahwa orang-orang berusia 30-an sebagai yang paling terpukul. Sebanyak 35% dari kerugian penipuan yang dilaporkan sejak tahun 2021 berada dalam kripto. Sementara itu, rata-rata kerugian yang dilaporkan individu cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.
Tips Menghindari Penipuan Kripto
FTC juga berbagi beberapa tips agar masyarakat dapat menghindari penipuan kripto. Mereka menjelaskan bahwa hanya scammers yang akan menjamin keuntungan atau pengembalian yang besar.
Kemudian, tidak ada investasi kripto yang dijamin menghasilkan uang, apalagi uang yang besar. FTC juga menegaskan agar jangan pernah mencapur antara kencan online dan nasihat investasi.
“Jika orang yang baru Anda kenal dan kencani secara online menunjukkan cara berinvestasi di kripto atau meminta mengirim kripto ke mereka, itu scam,” tegas FTC.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.