Venture capital adalah darah kehidupan di dunia startup Web3 dan aset kripto. Para pengusaha perlu mengumpulkan dana untuk proyek agar bisa merekrut orang-orang berbakat, membayar biaya operasional, dan melakukan pemasaran demi menumbuhkan bisnis.
VC tentu saja senang melakukan investasi ini, sebab mereka juga mendapatkan bagian dari keuntungan jangka panjang—jika memang keuntungan itu benar-benar ada. Sebagian besar startup gagal, dan bisnis ini sangat bergantung pada lahirnya unicorn untuk mendorong pertumbuhan dana ventura.
Pasar aset kripto memiliki keunikan tersendiri, karena banyak startup juga meluncurkan token sebagai bagian utama. Namun, performa pasar aset digital sendiri akhir-akhir ini kurang begitu baik.
Sejak Oktober, saat harga per 1 BTC mencatat rekor US$126.000, aset oranye ini telah turun 25%.
Harga kripto sangat mempengaruhi pasar VC, dan dinamika pengumpulan dana untuk startup pun jelas sudah berubah. Lalu, bagaimana gambaran keadaan saat ini?
Sponsored“Siklus pasar bisa memengaruhi sentimen investasi dan dapat memperlambat atau mempercepat proses penutupan kesepakatan,” terang Stefan Deiss, CEO Hashgraph Group, yang fokus pada investasi VC di ekosistem Hedera.
Ekspektasi Lebih Rendah dari Venture Capital
Salah satu hal pertama yang terjadi ketika tren kripto bergerak menurun adalah valuasi startup ikut turun.
Mungkin kesannya tidak berhubungan langsung, tapi konsep “hot rounds” atau ronde pendanaan untuk startup yang sedang populer jadi menurun, dan VC tidak terlalu tertarik lagi dengan valuasi selangit, tutur Artem Gordadze, investor malaikat di NEAR Foundation serta penasihat di akselerator startup Techstars.
“Saat Bitcoin diperdagangkan pada level tinggi, misalnya saat dianggap di posisi US$100.000, valuasi startup juga ikut tinggi,” ucap Gordadze. “Ini memunculkan dinamika yang menantang: VC mesti membenarkan valuasi awal berdasarkan potensi harga masa depan yang harus benar-benar tercapai dalam jangka waktu investasinya demi menghasilkan imbal hasil yang layak.”
Teori bahwa harga Bitcoin selalu naik sepertinya bukan sesuatu yang dipercaya para investor VC. Karena investasi VC memang cenderung jangka panjang, mereka sudah mengalami banyak siklus, terutama bersama Bitcoin.
Selain itu, banyak VC biasanya menyebut bulan November dan Desember sebagai “bulan write-off”. Maksudnya, mereka tidak terlalu berharap banyak kerjaan di kuartal keempat dan musim liburan, sehingga lebih memilih mulai berinvestasi lagi setelah tahun baru.
Sponsored SponsoredPandangan Pragmatis
Dilihat dari sudut pandang “helikopter”, khususnya di sektor kripto, trennya adalah pengeluaran tetap ada namun volumenya lebih kecil.
Sebagai contoh: Polymarket, platform prediksi, berhasil mengumpulkan US$1 miliar, sedangkan Kraken meraih pendanaan sebesar US$800 juta pada kuartal ini.
Pada kuartal ketiga, total pendanaan mencapai US$4,59 miliar, tapi setengahnya hanya terkonsentrasi pada tujuh kesepakatan, papar Alex Thorne, kepala riset di Galaxy.
“Saat pasar turun, yang paling diperhatikan bukan lagi pergerakan harga tapi lebih pada ketahanan dalam pelaksanaan dan produk sebagai indikator utama,” ujar Deiss dari Hashgraph Group. “Kondisi downtrend justru mendorong investor untuk lebih fokus pada fundamental daripada momentum jangka pendek.”
Momentum jangka pendek itu memang seringkali hanya sekadar hype. Dan banyak proyek besar yang mendapat dukungan VC dan melakukan TGE ternyata performanya kurang baik tahun ini. Beberapa di antaranya adalah PUMP (turun lebih dari 50% selama 2025) dan Berachain (turun 91% semenjak diluncurkan Februari lalu).
Sponsored“Volatilitas tinggi dan valuasi di tahap awal yang masih tidak pasti menyebabkan pergeseran strategi distribusi modal yang cukup besar. Para investor kini lebih memilih strategi dengan siklus likuiditas lebih cepat dan kontrol harga lebih baik,” papar Gordadze.
Lock-up dan Likuiditas
Salah satu aspek paling unik dari industri aset kripto adalah token generation event, atau TGE.
Pengganti ICO di masa lalu, Coinbase sekarang memfasilitasi TGE setelah mengakuisisi platform investor Echo seharga US$375 juta.
Monad menjadi proyek pertama yang meluncur di sana dan mengumpulkan dana US$296 juta, serta pasti akan ada proyek lain menyusul.
Namun, setelah sebuah token meluncur, ada beberapa metrik yang khas di dunia kripto dan wajib investor ventura pantau dengan cermat.
Salah satunya adalah lock-up, di mana saat TGE, tidak semua token langsung beredar di pasar; ada periode di mana aset-aset ini disimpan terlebih dahulu. Tujuannya agar mendorong partisipasi jaringan, mulai dari anggota tim, airdrop komunitas, hingga upaya foundation.
Lalu, ada juga fully diluted value, atau FDV – yaitu jumlah total token dikali harga token – pada dasarnya seperti market cap semua token, meskipun belum semuanya unlocked.
Dan ketika pasar bergerak liar, sungguh sulit memprediksi potensi exit token bagi VC sehingga ini bisa menjadi dilema.
Belakangan ini, Arthur Hayes dari Maelstrom Capital mengungkapkan kekecewaannya soal lock-up, terutama yang berkaitan dengan Monad. Sebagai seorang trader, Hayes jelas tidak suka jenis token yang likuiditasnya rendah ini.
“Given the average token or equity vesting/lock-up period of 12 to 48 months, VCs must model the market’s likely condition when these lock-ups end,” ujar Gordadze, mentor Techstars. “The entry price must be strategically set to ensure a profitable exit, making long-term market forecasts crucial for deal finalization.
Masa Depan Investasi VC Aset Kripto di 2026 dan Seterusnya
Mengenai prediksi pasar, para VC memang suka membahas masa depan. Untuk dunia kripto, bila melihat kebijakan regulator AS yang lebih ramah di 2025, sepertinya tahun depan bisa jauh lebih positif. Apa itu cuma investor yang sedang berharap?
Mungkin. Tapi para VC biasanya memang selalu optimistis. Optimisme, pada akhirnya, memang selalu jadi pemenang.
“Tahun 2026 nampaknya akan menjadi fase utilitas nyata – DeFi bakal bangkit dengan momentum dan kedewasaan lebih baik, sementara stablecoin akan jadi background,” terang Deiss. Stablecoin memang mendapat sorotan tahun ini, walaupun pada dasarnya menjadi infrastruktur membosankan yang akan menopang, misalnya, Polymarket berikutnya yang memakai USDC di Polygon sebagai koin serta chain utama.
“Kini setelah stablecoin benar-benar masuk arus utama dan bank mulai berlomba masuk, level selanjutnya adalah layanan untuk pengguna yang dipacu oleh aset-aset ini di balik layar,” papar Gordadze.
Area pertumbuhan paling signifikan kemungkinan besar ada di persimpangan AI/Blockchain dan RWA/Blockchain, karena di situlah peluang dampak dunia nyata serta pendapatan institusi paling besar tercipta.”