crvUSD, stablecoin baru yang diterbitkan oleh Curve Finance, kini menjadi satu langkah lebih dekat untuk dapat diakses oleh komunitas kripto secara luas.
Protokol decentralized finance (DeFi) yang dikenal sebagai stablecoin exchange terdesentralisasi itu pada hari Rabu (3/5) mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan native stablecoin mereka di mainnet Ethereum.
Data blockchain dari Etherscan menunjukan bahwa kontrak itu telah mencetak sekitar 20 juta crvUSD pada 5 transaksi.
Setelah crvUSD pertama dicetak, crypto wallet yang diberi label sebagai oleh firma intelijen blockchain Arkham Intelligence menciptakan pinjaman 1 juta crvUSD menggunakan jaminan 1,8 juta dari frxETH. Sebagai informasi, frxETH merupakan sejenis derivative kripto dari Ether (ETH) yang diterbitkan oleh protokol DeFi Frax Finance.
Temuan ini telah dikonfirmasi oleh pihak Curve di Twitter. Terkait kabar tersebut, native token dari Curve, yaitu CRV, tercatat sempat melonjak hingga 7% dalam 24 jam terakhir.
Satu Langkah Lebih Dekat Peluncuran crvUSD
Namun, stablecoin crvUSD masih tidak akan dapat diakses publik hingga nanti. Sebab, token ini belum terintegrasi di user interface (UI) pada platform Curve.
Admin di channel Telegram Curve mengatakan rilis publik dari stablecoin crvUSD sedang menunggu di front-end yang akan datang segera.
Kabar ini menandai tonggak utama terkait peluncuran native stablecoin Curve yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh komunitas kripto.
Pada sekitar Juli 2022, muncul kabar bahwa Curve Finance mulai mengembangkan proyek mereka sendiri terkait stablecoin yang dipatok terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Sekilas tentang Stablecoin crvUSD
crvUSD sendiri adalah overcollateralized stablecoin yang didukung oleh aset kripto lain, menurut whitepaper yang dirilis pada Oktober 2022.
Curve akan mengontrol pasokan crvUSD dengan mekanisme mint-and-burn. Konsep ini mirip dengan yang diterapkan oleh stablecoin DAI dari MakerDAO yang telah eksis dan GHO dari Aave yang juga baru akan meluncur.
Pengguna dapat menerbitkan crvUSD dengan menjaminkan sejumlah aset kripto dalam smart contract Curve. Saat peminjam menutup posisi utangnya untuk mengklaim kembali jaminan itu, Curve akan melakukan burning terhadap crvUSD terkait.
Hal yang membedakan crvUSD dengan stablecoin pesaing lainnya adalah, lending-liquidating algorithm atau yang disebut LLAMA. Tujuannya untuk terus-menerus menyeimbangkan jaminan dari pengguna terkait crvUSD, karena harga kripto yang berfluktuasi.
Misalnya, ketika harga aset kripto yang ditempatkan sebagai jaminan untuk meminjam crvUSD turun di bawah tingkat likuidasi, protokol Curve Finance terkait stablecoin itu akan secara bertahap mengubat aset jaminan tersebut menjadi crvUSD, dan kemudian akan mengubahnya kembali menjadi aset jaminan (de-likuidasi) saat harganya pulih.
Mekanisme ini dinilai menawarkan proses likuidasi yang lebih lancar dan berkelanjutan dibandingkan dengan satu peristiwa yang terkadang menyebabkan gejolak dan kerugian besar pada protokol peminjaman saat harga sejumlah aset kripto jatuh.
Selain itu, jaminan dari peminjam crvUSD disimpan dalam pool market maker otomatis (AMM) yang menyediakan likuiditas bagi orang-orang untuk trading, daripada disimpan di vault atau kumpulan pinjaman (lending pool).
Urgensi Stablecoin Terdesentralisasi
Tidak hanya Curve, Aave yang juga merupakan protokol DeFi telah men-deploy native stablecoin mereka bernama GHO di testnet Ethereum pada 9 Februari lalu. Selain itu, protokol peminjaman MakerDAO juga telah lebih dulu meluncurkan stablecoin bernama DAI.
Sentimen positif terkait gagasan untuk menghadirkan stablecoin yang terdesentralisasi meningkat, ketika pada 13 Februari lalu regulator New York telah mengarahkan Paxos untuk mengakhiri hubungannya dengan Binance terkait stablecoin dengan nama brand BUSD.
Arahan itu diberikan setelah regulator New York menegaskan mereka hanya memberi wewenang kepada Paxos untuk menerbitkan BUSD pada blockchain Ethereum, bukan termasuk Binance-Peg BUSD pada blockchain BSC.
Hal ini tentu saja mendorong sentimen negatif dan ketidakjelasan bagi masa depan BUSD. Sejak saat itu, market cap atau kapitalisasi pasar BUSD berangsur menurun secara dramatis. Sebaliknya, drama itu justru membuat volume perdagangan di platform Curve meningkat.
Dari kasus tersebut, dapat ditafsirkan bahwa komunitas kripto saat ini menilai mitra terdesentralisasi memiliki nilai lebih unggul di tengah ketidakpastian regulasi, dengan pandangan kemungkinan kecil akan menghadapi konsekuensi hukum di masa mendatang.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.