Hari ini, Jumat (23/5), kontrak opsi Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) senilai lebih dari US$3,3 miliar atau sekitar Rp53,2 triliun (asumsi kurs Rp16.234 per USD) akan kedaluwarsa. Kedaluwarsa kontrak ini terjadi hanya sehari setelah BTC mencetak rekor all-time high (ATH) baru.
Kendati volumenya lebih kecil ketimbang pekan lalu, kedaluwarsa opsi kripto tetap kerap memicu lonjakan volatilitas, terutama karena posisi harga yang saat ini berada jauh dari titik-titik maximum pain.
Kedaluwarsa Opsi Bitcoin & Ethereum: Hal-hal yang Perlu Trader Tahu
Data dari Deribit mengungkapkan bahwa nilai nominal dari kontrak yang kedaluwarsa hari ini mencapai US$2,8 miliar. Jumlah open interest tercatat sebanyak 25.438 kontrak, turun tipis dari 26.543 kontrak pekan lalu.
Dari jumlah itu, 11.435 merupakan kontrak call (taruhan apresiasi harga), sedangkan 14.004 lainnya adalah kontrak put (taruhan depresiasi harga). Hal ini menciptakan rasio put-to-call sebesar 1,22—menandakan sentimen pasar yang condong bearish.

Di sisi lain, pasar Ethereum menunjukkan pola yang serupa, dengan rasio put-to-call sebesar 1,27. Jumlah kontrak ETH yang kedaluwarsa sebanyak 201.167 unit, senilai lebih dari US$542 juta.
Dari total ini, 112.565 adalah kontrak put dan 88.602 kontrak call—turun dari total 219.986 kontrak pekan sebelumnya.

Menariknya, titik maximum pain baik untuk Bitcoin maupun Ethereum berada di bawah harga pasar saat ini. Berdasarkan teori Max Pain, harga cenderung bergerak mendekati level ini menjelang kedaluwarsa, karena di sanalah jumlah kontrak opsi yang kedaluwarsa tanpa nilai paling banyak terjadi.
Untuk Bitcoin sendiri, harga max pain-nya berada di angka US$104.000. Pada waktu publikasi, BTC diperdagangkan di kisaran US$110.787. Aset ini sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa baru di level US$111.917 kemarin (22/5), namun sejak itu telah tergelincir sekitar 1,0% dari puncaknya.

Para analis dari Greek.live menyoroti bahwa koreksi sebesar 15-20% dalam jangka pendek bisa saja terjadi. Mereka menjelaskan bahwa banyak trader sedang mengamankan proteksi terhadap penurunan lewat opsi put, mengantisipasi koreksi singkat ke kisaran US$100.000–US$103.000.
Meski begitu, sentimen dominan di pasar tetap bullish. Banyak pihak memperkirakan Bitcoin akan kembali melanjutkan lajunya yang mendaki.
Kalangan analis juga menunjukkan bahwa funding rate negatif mencerminkan skeptisisme yang masih berlangsung. Banyak partisipan masih melakukan short di pasar. Ini bisa saja memicu short squeeze dan mendorong harga naik lebih tinggi lagi.
“Level kunci yang sedang diamati meliputi US$110.000 sebagai support langsung, US$120.000 sebagai target jangka pendek, dan US$150.000-200.000 sebagai target jangka panjang, dengan funding rate negatif menunjukkan banyak pihak masih pasang short meski harga terus naik,” tulis laporan tersebut.
Adapun untuk Ethereum, harga max pain berada di US$2.450. Meski diperdagangkan di US$2.693, naik 2,6% dalam 24 jam terakhir, pasar masih berpotensi bergerak mendekati level max pain seiring kedaluwarsanya kontrak opsi.
“Kinerja Ethereum yang tertinggal dibanding Bitcoin patut dicatat, dengan ETH gagal mengikuti rekor tertinggi baru BTC meskipun ekspektasi menyebut ETH bisa menyentuh US$3.000 pada bulan Juni,” tambah Greek.live.

Dengan demikian, meskipun gejolak harga jangka pendek mungkin mengikuti kedaluwarsa opsi, perlu dicatat bahwa pasar biasanya segera menemukan pijakan baru saat para trader menyesuaikan diri dengan level harga terkini.
Bagaimana pendapat Anda tentang opsi BTC dan ETH yang kedaluwarsa ini dan efeknya ke pasar? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
