Ibarat buah simalakama, investor institusi yang memiliki Bitcoin (BTC) di tengah pasar yang sedang sekarat seperti sekarang, mau tidak mau harus menanggung kerugian yang cukup besar lantaran terdapat disparitas harga saat beli dan harga pasar saat ini. Meski begitu, mereka masih yakin bahwa harga Bitcoin ke depan masih akan menemukan momentum bullish. Kondisi ini tergambar jelas lewat laporan keuangan MicroStrategy.
MicroStrategy, yang disebut-sebut menjadi perusahaan pemilik Bitcoin terbesar, kini harus merana lantaran menanggung rugi bersih sebesar US$1,22 miliar sepanjang tahun 2022 hingga bulan September. Jumlah kerugian yang ditanggung perusahaan melonjak drastis dari posisi September tahun lalu, yang sebesar US$445,5 juta. Artinya dalam kurun waktu satu tahun, nilai kerugian MicroStrategy meningkat hampir 3 kali lipat.
Hancurnya harga Bitcoin menjadi salah satu penyebab membesarnya kerugian perusahaan yang digawangi oleh Michael Saylor ini. Pasalnya, nilai tercatat untuk aset digital MicroStrategy pada September 2022 mencapai US$1,9 miliar yang mencerminkan kerugian penurunan nilai secara kumulatif US$1,9 miliar sejak pertama kali mengadopsi Bitcoin.
Dalam laporan keuangan MicroStrategy juga disebutkan bahwa rugi akibat penurunan nilai aset digital dalam periode Januari sampai September 2022 meningkat signifikan menjadi US$1,08 miliar dari periode yang sama tahun lalu senilai US$684,03 juta.
“Nilai tercatat rata-rata Bitcoin kami adalah sekitar US$15.331. Sedangkan untuk original costs basis dan nilai pasar Bitcoin per 30 September 2022 masing-masing sebesar US$3,9 miliar dan US$2,5 miliar yang mencerminkan biaya rata-rata per Bitcoin sebesar US$30.639,” tulis manajemen MicroStrategy.
Namun, tampaknya mereka tetap bergeming melihat keadaan tersebut dan justru terus menambah jumlah kepemilikan Bitcoin. Chief Financial Officer (CFO) MicroStrategy, Andrew Kang, mengatakan mereka terus meningkatkan komitmen untuk menambah jumlah Bitcoin.
Sampai dengan kuartal III/2022, MicroStrategy berhasil menambah 301 Bitcoin dan menjadikan mereka sebagai perusahaan publik pemilik Bitcoin terbesar di dunia dengan jumlah kepemilikan mencapai 130.000 BTC.
“Pengeluaran biaya Bitcoin berada di angka yang minimal karena harga Bitcoin stabil pada kuartal III/2022,” ucap Andrew Kang.
MicroStrategy Adopsi Bitcoin sebagai Lindung Nilai
Untuk dipahami, MicroStrategy yang pada dasarnya merupakan perusahaan teknologi yang menyediakan produk software dan layanan berbasis cloud memiliki alasan khusus untuk memiliki eksposur ke Bitcoin.
Michael Saylor, selaku mantan CEO MicroStrategy, pernah mengatakan bahwa adopsi Bitcoin dimaksudkan untuk menjadi fasilitas lindung nilai secara jangka panjang. Dia menilai Bitcoin adalah salah satu aset yang efektif terhadap inflasi yang pada akhirnya akan mendapatkan nilainya kembali saat pasar kripto bertambah matang.
Menyoal bisnis inti perusahaan sampai dengan September 2022, total pendapatan MicroStrategy turun 2,53% menjadi US$366,71 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$376,24 juta. Turunnya angka pendapatan dari segmen bisnis product licenses dan product support menjadi salah satu alasan lemahnya pendapatan mereka secara konsolidasian.
Harga Saham MSTR Ambruk 53,93% Sepanjang YTD 2022
Untuk segmen bisnis product licenses, MicroStrategy hanya mampu meraup pendapatan sebsar US$58,92 juta. Hal tersebut lebih rendah dari capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$69,26 juta. Sementara itu, segmen bisnis product support turun ke level US$199,68 juta dari posisi sebelumnya US$212,06 juta.
Pendapatan MicroStratey terjaga dengan adanya kenaikan dari segmen bisnis subscription services yang meningkat menjadi US$43,27 juta dari periode yang sama tahun lalu senilai US$31,22 juta. Terkait hal ini, CEO MicroStrategy yang baru, Phong Le, mengungkapkan pertumbuhan segmen bisnis mereka mencapai rekor.
“Kami terus melihat adopsi platform cloud secara global oleh konsumen domestik dan internasional,” ungkap Phong Le.
Sentimen pelemahan Bitcoin rupanya ikut menerpa kinerja saham MicroStrategy. Saham dengan kode MSTR yang diperdagangkan di bursa Nasdaq sudah amblas 53,93% sepanjang year-to-date (YTD) 2022.
Padahal pada awal tahun ini, harga saham mereka masih gagah ketika bertengger di level US$558,26. Namun, terpantau pada penutupan perdagangan hari Selasa (1/11), harga saham MSTR hanya sanggup berada di level US$257,20.
Bagaimana pendapat Anda tentang kondisi rugi yang harus dialami MicroStrategy akibat kepemilikan Bitcoin-nya? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.