Everscale, perusahaan pengembang infrastruktur blockchain, akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu target utama dalam pengembangan bisnisnya. Untuk itu, mereka berencana merilis aset kripto berupa stablecoin yang dipatok dalam mata uang fiat setempat untuk memudahkan adopsi.
Demi memuluskan aksinya, Everscale telah menggandeng salah satu perusahaan kripto lokal, yaitu IndoCoin. Sebagai informasi, IndoCoin merupakan platform yang dimiliki oleh PT Nusantara Trust Indonesia. Hal ini merupakan bagian dari rencana pengembangan bisnis kripto untuk wilayah Asia Tenggara.
Sebelumnya, Everscale telah merambah pasar Filipina dengan menggandeng mitra lokal, DA5, untuk menjalankan bisnsis remitansi berbasis blockchain.
Menyambut hal ini, co-founder Everscale, Sergey Shasev, mengatakan bahwa Indonesia merupakan pasar terbesar ketiga bagi perusahaannya setelah Korea Selatan. Everscale menjalin kerja sama dengan IndoCoin untuk bersama-sama merilis stablecoin yang dipatok 1:1 dalam mata uang rupiah (IDR).
Untuk menjaga nilai patokannya tetap stabil, Everscale mengaku akan menggunakan produk bank sebagai cadangan utamanya. Hal yang sama turut dilakukan ketika mereka mengembangkan stablecoin di Filipina yang dipatok dengan mata uang peso.
“Dalam kerja sama tersebut, IndoCoin yang akan mengurus dari sisi legal framework. Sedangkan Everscale akan bertanggung jawab dari sisi teknis produk,” jelas co-founder Everscale kepada BeInCrypto.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa Indonesia merupakan pasar yang potensial untuk pengembangan kripto. Pasalnya, dengan jumlah penduduk yang besar dan tingkat pendidikan yang lumayan terus bertambah, membuat Tanah Air menjadi ladang yang menarik untuk bisnis aset digital.
Selain itu, pemanfaatan teknologi kripto, seperti stablecoin, bisa digunakan untuk mempercepat proses pengiriman uang secara lintas batas alias remitansi. Lewat teknologi tersebut, masyarakat tidak perlu lagi datang ke bank atau menggunakan layanan produk keuangan pihak ketiga yang mahal untuk menerima dan mengirim uang ke luar negeri.
- Baca Juga: Akuisisi Khyber Money Exchange, Future FinTech Genjot Pendapatan di Segmen Pengiriman Uang
Biaya Remitansi di Indonesia Masih Tinggi
Berdasarkan data Bank Dunia, biaya remitansi Indonesia per Juni tahun ini berada di level 5,37% dari nilai pengiriman. Meskipun berada di bawah 6%, tetapi jika dibandingkan dengan Meksiko dan India yang memiliki biaya remitansi masing-masing sebesar 4,53% dan 4,70%, biaya pengiriman uang di Tanah Air masih tergolong mahal.
Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan tingkat remitansi terbesar di Asia. Data Trading Economics menyebutkan pada kuartal II/2022 bahwa remitansi di Indonesia meningkat ke level US$2,38 miliar dibandingkan kuartal I/2022 senilai US$2,34 miliar.
Oleh karena itu, dengan adanya pemanfaatan stablecoin untuk pengiriman uang, diharapkan dapat mempersempit biaya yang dibutuhkan. Untuk dipahami, pengembangan bisnis stablecoin Everscale merupakan bagian dari rencana besar mereka untuk mengembangkan teknologi central bank digital currency (CBDC) yang tengah dirancang banyak negara.
“Dalam 5 tahun ke depan, ditargetkan kami sudah bisa membangun proyek CBDC di wilayah Emirates dan Filipina,” tambah Sergey Shasev.
Namun, memang harus diakui bahwa terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan dalam penerapan CBDC. Hal itu termasuk akses yang hanya bisa digunakan oleh pengguna dan kebebasan untuk melakukan transaksi dengan mata uang yang berbeda.
Di sisi lain, pihak pemerintah tidak ingin kehilangan kontrol atas mata uang digital mereka. Oleh karena itu, dengan penerapan teknologi yang mengedepankan ekosistem terbuka, Everscale percaya diri dapat memberikan layanan pada negara yang ingin merilis CBDC sebagai salah satu opsi dalam transaksi pembayaran.
- Baca Juga: Survei Toluna: Indonesia Masuk dalam Jajaran Market Kripto Teratas dalam 6 Bulan ke Depan
Everscale Berniat Bangun Trading System Kripto & NFT
Tidak hanya stablecoin, Everscale juga berniat mengembangkan ekosistem blockchain Indonesia menjadi lebih matang lagi. Oleh karena itu, mereka berniat mengembangkan layanan lain termasuk di dalamnya non-fungible token (NFT) dan sistem perdagangan kripto. Co-founder Everscale menguraikan untuk setiap rencana bisnis yang akan dijalankan, mereka akan menggandeng satu partner yang berasal dari Indonesia.
Crypto winter yang masih menyelimuti industri kripto akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melebarkan sayap bisnisnya. Sergey Shasev menuturkan bahwa fase crypto winter paling tidak baru akan selesai dalam 2 tahun kedepan. Menurutnya, saat ini, justru masih masuk dalam permulaan crypto winter. Ancaman resesi dan perlambatan ekonomi global dinilai akan menambah berat perjalanan industri ini. Namun, bagi Everscale, mereka akan menggunakan momentum ini untuk memperbesar bisnis.
“Mulai dari kerja sama business-to-business (B2B) yang akan terus digalakkan, proses memperkuat sumber daya manusia dan menjalankan berbagai inisiatif guna memperkuat adopsi turut akan digenjot oleh perusahaan,” pungkas sang co-founder Everscale.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.