Setelah lama ditunggu-tunggu, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) akhirnya menerbitkan standar terkait pengungkapan kepemilikan aset kripto oleh para perusahaan.
Ketua FASB, Richard R. Jones, pada hari Rabu (13/12), mengatakan standar baru ini menanggapi umpan balik dari para pemangku kepentingan dari semua latar belakang yang mengindikasikan bahwa peningkatan akuntansi dan pengungkapan aset kripto harus menjadi prioritas utama FASB.
“Ini akan memberi investor dan pengalokasi modal lainnya informasi yang lebih relevan, yang lebih mencerminkan keekonomian yang mendasari aset kripto tertentu, serta posisi keuangan suatu entitas, sekaligus mengurangi biaya dan kompleksitas yang terkait dengan penerapan akuntansi saat ini.”
Standar yang diperbarui akan memungkinkan para perusahaan untuk menggunakan akuntansi fair value atau nilai wajar untuk aset kripto tertentu yang disimpan di neraca keuangan mereka. Fair value adalah perkiraan dari harga suatu aset yang memperhitungkan nilai market saat ini dan elemen penentu lainnya.
Aturan baru ini berlaku untuk tahun fiskal yang dimulai setelah 15 Desember 2024. Meski demikian, perusahaan akan diizinkan untuk menerapkannya lebih awal untuk laporan keuangan yang belum diterbitkan.
Ketentuan ini berlaku untuk aset tidak berwujud yang tidak memberikan pemegang aset hak yang dapat dilaksanakan atau klaim atas barang, jasa, atau aset lain yang mendasarinya; dibuat atau berada di blockchain atau teknologi serupa; diamankan melalui kriptografi; hingga dibuat atau diterbitkan oleh entitas pelapor atau pihak berelasinya.
Perbedaan Fair Value dan Aturan Akuntansi Sebelumnya
Sebagai informasi, FASB merupakan badan yang menetapkan prinsip akuntansi yang diterima secara umum (GAPP) di Amerika Serikat (AS) untuk kepentingan publik.
Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS menunjuk FASB sebagai organisasi yang bertanggung jawab dalam menetapkan standar akuntansi bagi perusahaan publik di Negeri Paman Sam.
Dalam peraturan akuntansi sebelumnya yang menggunakan nilai tercatat (carrying value), perusahaan diharuskan menyimpan kerugian dari penurunan nilai kripto di neraca keuangan mereka. Hal ini dapat terjadi ketika suatu aset tiba-tiba kehilangan nilainya. Namun, aturan itu membuat nilai aset yang turun harus tetap dipertahankan, bahkan setelah nilainya mengalami kenaikan kembali.
Aturan main itu digunakan karena sebelumnya tidak ada aturan akuntansi atau pengungkapan khusus untuk aset kripto. Sehingga, sejumlah perusahaan mengklasifikasikannya sebagai aset tidak berwujud yang berumur tidak terbatas. Klasifikasi seperti ini mirip dengan kekayaan intelektual seperti merek dagang.
Dengan carrying value, perusahaan harus meninjau nilai aset tersebut setidaknya setahun sekali dan mencatatnya bila turun di bawah harga beli. Namun, jika nilainya naik, perusahaan hanya dapat mencatat keuntungan ketika mereka menjual aset kripto tersebut, bukan jika mereka terus memegangnya.
Metode akuntansi baru, yang mengandalkan fair value, akan meningkatkan volatilitas pendapatan perusahaan dengan kepemilikan aset kripto yang besar, tetapi memungkinkan mereka mencatat pemulihan finansial dari kenaikan aset kripto tersebut.
Aturan FASB Bisa Dorong Kalangan Institusi untuk Adopsi Aset Kripto
Pada bulan September lalu, Michael Saylor, selaku co-founder & Executive Chairman MicroStrategy, mengatakan, “Akuntansi fair value akan hadir di Bitcoin. Peningkatan aturan akuntansi FASB ini menghilangkan hambatan besar bagi adopsi Bitcoin oleh para perusahaan sebagai aset perbendaharaan mereka.”
Sebelumnya, perwakilan MicroStrategy mengatakan pendekatan akuntansi untuk aset kripto yang selama ini ada mengharuskan perusahaan menyiapkan laporan keuangan dengan cara yang tidak secara akurat mencerminkan hasil operasi atau kondisi keuangan mereka.
“Kami berharap pemutusan antara nilai tercatat (carrying value) yang dilaporkan di neraca kami dan nilai wajar (fair value) dari kepemilikan Bitcoin kami tumbuh secara signifikan dari waktu ke waktu,” jelas Phong Le, CEO MicroStrategy yang sebelumnya menjabat posisi Chief Financial Officer (CFO).
Dia menambahkan, karena sifat Bitcoin yang bergejolak dan ketidakmampuan MicroStrategy untuk menyesuaikan kenaikan nilai di masa depan, sehingga aset digital harus diukur pada nilai wajarnya.
Sementara itu, Cody Carbone, selaku Vice President of Policy di asosiasi perdagangan blockchain Chamber of Digital Commerce, mengatakan bahwa kabar terbaru dari FASB adalah berita besar.
“Standar akuntansi sebelumnya adalah salah satu hambatan terbesar bagi pelaku institusional untuk memegang aset kripto. Sebab, standar itu diukur pada penurunan nilai (diukur ketika harga turun tetapi tidak ketika naik). Fair value masuk akal dan akan mendorong kepemilikan institusional terhadap aset kripto,” jelasnya.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.