FTX Digital Markets Ltd. (FDM), entitas FTX Group yang berbasis di Bahama, pada hari Rabu (16/11) dilaporkan telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 15.
Langkah tersebut dicatat Reuters memungkinkan debitur asing untuk melindungi aset di dalam negeri. Perusahaan non-Amerika Serikat (AS) menggunakan tindakan tersebut untuk memblokir kreditur yang ingin mengajukan tuntutan hukum atau mengikat aset di AS.
Sementara itu, Bloomberg menjelaskan bahwa pengajuan Bab 15 (Chapter 15 bankruptcy) dirancang untuk memfasilitasi kebangkrutan perusahaan yang melibatkan aset dan ekuitas yang menjangkau lebih dari satu negara.
Pengajuan FDM yang dipimpin oleh Ryan Salame itu berada di bawah undang-undang (UU) ‘proses asing’ ketika aset dan urusan debitur tunduk pada kontrol atau pengawasan oleh pengadilan asing, untuk tujuan reorganisasi atau likuidasi.
“Ini akan memungkinkan likuidator sementara yang dapat bertindak sebagai perwakilan asing mendapatkan ‘penemuan luas mengenai properti dan urusan debitur’,” jelas pihak FTX dalam dokumen yang diajukan di Pengadilan Distrik Selatan New York, AS.
Pengajuan ini mengikuti petisi tiba-tiba oleh sekitar 130 entitas terkait FTX Group, termasuk FTX Trading Ltd. (FTX.com), Realm Shires Services Inc. (FTX US), hingga Alameda Research. Berdasarkan pantauan, FDM tidak termasuk dalam entitas yang mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 (Chapter 11 bankruptcy) pada hari Jumat (11/11) lalu.
Pengajuan berkas ini ‘mendesak’ pengadilan kebangkrutan di New York untuk menyetujui petisi ‘mengakui Likuidasi Bahama akan membantu administrasi tertib likuidasi FDM, konsisten dengan kebijakan publik AS yang diwujudkan oleh Kode Kebangkrutan.
Sebagai informasi, FTX diperkirakan memiliki sekitar lebih dari satu juta kreditur dan tim restrukturisasinya terlibat dengan lusinan otoritas regulator di berbagai negara untuk mengamankan akun pelanggan.
Mahkamah Agung Bahama Setujui Likuidator Sementara untuk Awasi Aset FDM
Sebelumnya, Komisi Sekuritas Bahama pada hari Senin (14/11) melaporkan bahwa Mahkamah Agung Bahama menyetujui likuidator sementara untuk mengawasi aset FTX Digital Markets Ltd. (FDM).
Brian Simms telah disetujui sebagai likuidator sementara yang diawasi pengadilan; sementara Kevin Cambridge dan Peter Greaves dari PricewaterhouseCoopers (PwC) disetujui sebagai likuidator sementara bersama.
“Mengingat besarnya, urgensi, dan implikasi internasional dari peristiwa yang sedang berlangsung sehubungan dengan FTX, kami menyadari bahwa hal ini harus dan bergerak cepat untuk menggunakan kekuatan peraturan di bawah Undang-Undang Aset Digital dan Exchange yang Terdaftar (DARE Act) untuk lebih melindungi kepentingan para klien, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya secara global dari FDM,” jelas Komisi Sekuritas Bahama.
Sifat multi yurisdiksi dari situasi FTX group, yang melibatkan FDM, FTX.com, Alameda Research, dan entitas lainnya, turut disoroti dalam pernyataan ini. Otoritas Bahama berbagi harapan untuk terlibat dengan otoritas pengawasan dari negara lainnya dengan landasan regulator-to-regulator.
Kabar ini mengikuti rilis dari kepolisian Bahama pada hari Minggu (13/11) yang menyatakan bahwa tim penyelidik keuangan dari Cabang Investigasi Kejahatan Keuangan sedang menyelidiki FTX jika ada pelanggaran pidana yang terjadi.
FTX Group Telah Ajukan Kebangkrutan Bab 11
Sebelumnya, dalam kebangkrutan Bab 11, FTX mengatakan sedang mencari perlindungan kebangkrutan di Delaware, AS. Meski telah mengundurkan diri dari kursi CEO FTX, Sam Bankman-Fried (SBF) disebut akan tetap membantu dalam transisi yang tertib.
John J. Ray III mengatakan bahwa pembebasan segera dari Bab 11 tepat untuk memberikan FTX Group kesempatan menilai situasinya dan mengembangkan proses untuk memaksimalkan pemulihan bagi para pemangku kepentingan.
“FTX Group memiliki aset berharga yang hanya dapat secara efektif dikelola dalam suatu proses bersama yang terorganisir. Saya ingin memastikan kepada setiap karyawan, pelanggan, kreditur, contract party, pemegang saham, investor, otoritas pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya, bahwa kita akan melakukan upaya ini dengan ketekunan, ketelitian, dan transparansi,” jelas CEO FTX yang baru itu.
Dia menambahkan bahwa para pemangku kepentingan harus memahami bahwa peristiwa ini telah bergerak cepat dan ‘tim baru’ terlibat hanya baru-baru ini. Pemangku kepentingan diminta harus meninjau materi yang diajukan FTX di berkas persidangan selama beberapa hari mendatang untuk informasi lebih lanjut.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.