Gelombang adopsi kripto yang terjadi di banyak negara, ternyata masih memiliki hambatan mendasar, edukasi. Riset terbaru dari salah satu crypto exchange yang berbasis di Australia, Swyftx mengungkap, banyak orang yang masih belum mengerti tentang bagaimana cara kerja blockchain, dan bagaimana cara menggunakannya untuk investasi.
Kondisi itu memperlihatkan situasi yang anomali. Pasalnya di tengah tren pertumbuhan minat terhadap kripto, masih banyak pihak yang belum tersentuh oleh industri anyar tersebut. Setidaknya sekitar 43% dari responden mengaku tidak mengetahui bagaimana blockchain bekerja.
Selain itu, 17% dari responden mengaku tidak mengetahui bagaimana cara untuk membeli aset kripto. 2% lainnya bahkan tidak pernah mendengar tentang kripto beserta teknologi yang mendukungnya, blockchain.
Kondisi itu memperlihatkan beratnya tantangan entitas kripto untuk mendorong adopsinya menjadi kian masif. Karena harus diakui, tanpa adanya pengetahuan yang cukup, maka tingginya minat akan terhalang oleh keraguan untuk masuk ke ekosistem tersebut.
Sementara itu laporan dari CryptoLiteracy.org menyebutkan, dari 3.000 responden yang tersebar di Amerika Serikat (AS) dan belahan dunia lainnya, 28% diantaranya mengaku tidak memiliki kripto karena mereka tidak memiliki pemahaman tentang kelas aset baru tersebut.
Literasi Harga Mati Dalam Adopsi Kripto
Melihat hal itu, beberapa entitas global dan juga regulator mulai menggenjot literasi kripto ke masyarakat. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) misalnya, otoritas yang bertanggung jawab terhadap pengawasan industri aset digital di Indonesia itu menggelar Bulan Literasi Kripto (BLK) ke berbagai wilayah di tanah air.
Selain itu, inisiatif juga datang dari pihak swasta. Belum lama ini, Reku bersama dengan Tether, penerbit stablecoin Tether USD (USDT) menjalin kolaborasi untuk bersama-sama mendorong literasi kripto dan blockchain untuk masyarakat Indonesia.
CEO Tether, Paolo Ardoino menjelaskan, aktivitas ini bertujuan untuk memastikan agar semua orang bisa membuat keputusan finansial yang tepat di lanskap digital yang dinamis.
Wilayah lainnya, Argentina, menjalankan program edukasi yang lebih masif lagi. Kementerian Pendidikan di sana bekerja sama dengan ETH Kipu untuk memasukkan pengetahuan tentang Ethereum ke dalam kurikulum sekolah menengah atas di Buenos Aires.
Bagaimana pendapat Anda tentang hambatan edukasi dalam gelombang adopsi kripto global ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.