Lihat lebih banyak

Greenpeace Tuding Mining Bitcoin Sebabkan Pemanasan Global, Apakah Ini FUD?

3 mins
Oleh Martin Young
Diterjemahkan Zummia Fakhriani
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Penggunaan gas suar dalam mining Bitcoin menuai kritikan pedas dari Greenpeace.
  • Bitcoin mengonsumsi sekitar setengah dari jumlah total energi yang terbuang setiap tahunnya di Amerika Serikat.
  • Sementara konsumsi energi Bitcoin secara global hanya sebesar 0,48%, yang jauh lebih sedikit daripada kebanyakan industri lainnya.
  • promo

Perdebatan sengit seputar mining Bitcoin beserta penggunaan energi jaringannya masih terus berlanjut hingga detik ini. Kali ini, giliran Greenpeace yang baru saja melontarkan narasi bernuansa FUD tanpa adanya dasar yang jelas.

Sebagai tanggapan dari artikel yang terbit pada tahun lalu, organisasi aktivis lingkungan Greenpeace telah mengecam industri kripto beserta jaringan Bitcoin.

Greenpeace menerbitkan sebuah artikel tentang topik tersebut pada 17 Oktober dengan judul “Mining Bitcoin mendorong jutaan ton emisi pemanasan global tambahan di AS.”

Secara khusus, hal yang menjadi keluhan utama Greenpeace adalah fakta bahwa mesin mining Bitcoin ditenagai oleh energi limbah yang dihasilkan dari gas suar. Greenpeace mengklaim bahwa pembakaran gas (gas flaring) ini sama sekali “tidak [akan] mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dan bahkan membuat sumur gas tua tetap terbuka.”

Baca juga: Bitcoin Maximalist Kecam Video World Economic Forum tentang “Ubah Kode Bitcoin Jadi Proof of Stake

Narasi yang Tidak Benar tentang Mining Bitcoin

Faktanya, pembakaran gas suar akan tetap terjadi bagaimanapun caranya. Jadi, karbon ini akhirnya akan tetap terlepas ke lingkungan. Sebaliknya, miner Bitcoin justru mengubah energi yang terbuang ini menjadi operasi yang produktif dan menguntungkan daripada hanya membiarkannya terbakar begitu saja lalu menjadi asap.

Terlebih lagi, Greenpeace juga tidak menyertakan sumber valid apa pun untuk mendukung klaim mereka bahwa Bitcoin menyebabkan “jutaan ton polusi.” Bisa jadi, hal ini disebabkan karena memang tidak mungkin untuk mengukur jejak karbon dari aktivitas mining secara akurat.

Terkait hal itu, salah seorang analis pasar, Willy Woo, turut memberikan komentarnya:

“Akan lebih baik jika Anda mendukung pernyataan Anda dengan hard data dan sains, ketimbang mengutip sebuah narasi, yang sejujurnya sama [saja] seperti kebanyakan orang saat ini.”

Menurut Cambridge University Electricity Consumption Index, seluruh jaringan Bitcoin di seluruh dunia saat ini mengonsumsi sekitar 106 terawatt jam (TWh) listrik setiap tahunnya. Di sisi lain, tahun ini jumlah permintaannya sebenarnya juga sudah turun akibat bear market dan juga peningkatan efisiensi peralatan mining.

Sebagai perbandingan, jumlah ini hampir setara dengan setengah dari kerugian transmisi dan distribusi listrik di AS sendiri, yang diperkirakan mencapai 206 TWh per tahunnya. Badan Administrasi Informasi Energi (EIA) memperkirakan bahwa kerugian ini sebanding dengan sekitar 5% dari listrik yang didistribusikan di AS mulai dari tahun 2016 hingga 2020.

Lebih lanjut, Cambridge University memperkirakan bahwa sekitar 105 TWh energi dari sumber terbarukan menjadi terbuang sia-sia di China setiap tahunnya. Hal itu karena jumlah yang masif tersebut tidak dapat mencapai jaringan listrik akibat pasokannya yang terlalu banyak.

Jadi, sudah cukup jelas bahwa keduanya merupakan sumber energi yang sama sekali tidak efisien. Bahkan jika keduanya digabungkan, maka akan mengonsumsi energi tiga kali lipat lebih banyak daripada jaringan Bitcoin sendiri.

Baca juga: Block dan Blockstream Garap Mining Farm Bitcoin 100% Bertenaga Surya

Memberdayakan Sistem Moneter Global

Kembali pada pembahasan pembakaran gas suar, Cambridge University memperkirakan bahwa aktivitas ini memiliki potensi pemulihan global sebesar 688 TW/jam. Sekali lagi, ini sepenuhnya adalah energi yang terbuang dari pembakaran bahan bakar fosil yang dapat memberi daya pada seluruh jaringan BTC sampai dengan 6,5 kali lipat.

Sementara itu, ketika kita membandingkan konsumsi energi Bitcoin dengan bisnis lain, menjadi semakin jelas betapa sedikitnya konsumsi Bitcoin yang sebenarnya:

Spesifiknya, jumlah total konsumsi energi Bitcoin hanya sebesar 0,48% dari seluruh energi yang tersedia di bumi. Energi ini digunakan untuk memberi daya pada jaringan moneter permissionless yang terdesentralisasi. Kemudian, yang jauh lebih penting, Bitcoin tidak pernah mengalami peretasan. Selain itu, siapa pun di negara mana pun dapat secara instan mengakses Bitcoin kapan pun mereka mau.

Bagaimana pendapat Anda tentang klaim dari Greenpeace ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | April 2024

Trusted

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori