Pergerakan harga Bitcoin (BTC) pada perdagangan hari ini mencapai kisaran US$95.011. Kondisi itu memperlihatkan pertumbuhan 14,5% dalam 30 hari terakhir dan 58,5% di 1 tahun ke belakang.
Hal itu menjadi menarik, lantaran sejak beberapa waktu ke belakang aktivitas sang jawara kripto itu sempat mengalami stagnasi. Terhimpit oleh sentimen yang muncul akibat kebijakan tarif dagang yang digaungkan Amerika Serikat.
Memandang hal itu, Chief Executive Officer (CEO) Bittime Ryan Lymn menuturkan kondisi itu membuat nilai aset Bitcoin berada di peringkat ke-7 untuk aset terbesar menurut kapitalisasi pasar. Berdasarkan data CompaniesMarketCap, posisinya berada di atas perak dan pemilik platform Facebook, Instagram dan Whatsapp, Meta Platforms.
Situasi itu juga sekaligus mempertegas posisi aset kripto, dalam hal ini Bitcoin sebagai diversifikasi aset investasi di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global.
Menurut Ryan, momentum tersebut bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk menggenjot literasi kripto. Utamanya terkait dengan potensi perkembangan aset digital ke depannya.
“Literasi seputar industri aset kripto bagi para investor, khususnya pemula merupakan hal yang sangat penting saat ini. Karena meningkatnya minat pasar terhadap aset kripto, wajib berbanding lurus dengan besarnya edukasi publik terkait fundamental investasi, dan keamanan aset,” jelas Ryan melalui keterangan resmi.
Kripto, Aset Digital Terdesentralisasi
Lebih jauh lanjut Ryan, sebagai aset digital terdesentralsiasi dan tidak terikat, aset kripto menjadi instrumen investasi yang menawarkan keunggulan lebih ketimbang aset tradisional lainnya. Oleh karena itu, ketersediaan informasi dan platform jual-beli yang aman, akan sangat membantu investor mengelola aset dalam kondisi seperti sekarang.
Menyoal literasi, salah satu anggota Komisi XI DPR RI, Puteri Anetta Komarudin juga pernah menyoroti hal tersebut. Dalam pandangannya, sekitar 65% investor kripto di Indonesia masuk dalam kategori pemula dan juga muda.
Oleh karena itu, ia mendorong agar regulator mampu memperkuat pelindungan investor. Termasuk dari bentuk penipuan. Menurut Puteri, generasi muda kerap terjebak dalam fenomena fear of missing out (FOMO), lantaran memulai investasi kripto hanya dengan melihat banyak influencer atau koleganya yang masuk kesana.
Tetapi di sisi lain, mereka tidak mendalami bagaimana risiko dari investasi tersebut.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
