Dana Moneter Internasional (IMF), dalam laporan pada hari Selasa (26/7), mengatakan bahwa krisis dalam market kripto (crypto crash) tidak berdampak pada stabilitas keuangan global. Kabar ini datang di tengah kebisingan jangka pendek dalam komunitas kripto yang membahas mengenai masa depan Bitcoin dan kripto.
Dalam laporan berjudul “World Economic Outlook Update: Gloomy and More Uncertain” itu, IMF mengakui bahwa market kripto telah mengalami aksi jual dramatis. Namun, kemudian mereka menambahkan bahwa itu belum dapat merusak sistem keuangan konvensional.
Harga Bitcoin memang sempat turun, meski kini telah berada di atas level US$21.000 kembali. Namun, cryptocurrency terbesar berdasarkan kapitalisasi pasarnya ini telah turun hampir 70% dari level tertingginya di kisaran US$69.000 pada November 2021. Tidak hanya Bitcoin, hampir semua kripto lainnya juga turun dan tidak luput dari aksi jual pada tahun ini.
Ketika para investor menghadapi ketidakpastian terkait konflik Rusia dan Ukraina serta masalah rantai pasokan di antara faktor makro ekonomi lainnya, para investor disebut memindahkan dari aset-aset yang berisiko. Adapun Bitcoin dan kripto lainnya dianggap berisiko, bersama dengan saham.
“Kripto telah mengalami aksi jual dramatis yang telah menyebabkan kerugian besar pada kendaraan investasi kripto dan menyebabkan kegagalan algorithmic stablecoin [TerraUSD (UST)] dan hedge fund kripto [Three Arrows Capital (3AC)]. Namun, limpahan ke sistem keuangan yang lebih luas telah dibatasi sejauh ini,” jelas IMF.
- Baca Juga: FSB Susun Tinjauan Rekomendasi Regulasi & Pengawasan Kripto yang Komprehensif secara Global
Pandangan IMF yang Berbeda dari Sebelumnya
Sikap IMF kali ini bertentangan dengan sentimen sebelumnya. Pada April 2019, Christine Lagarde yang saat itu menjabat sebagai kepala IMF, mengatakan bahwa cryptocurrency memiliki dampak yang jelas bagi sistem keuangan dan menjungkirbalikkan sektor perbankan. Lalu, pada Oktober 2021, IMF mengatakan bahwa cryptocurrency mengancam stabilitas keuangan global dan menyerukan standar regulasi global.
Kemudian, pada akhir Juni ini, Dewan Risiko Sistem Eropa (ESRB) mengatakan bahwa popularitas kripto yang terus meningkat dapat berarti ancaman pada pasar keuangan yang lebih luas muncul dengan cepat dan tiba-tiba.
IMF sendiri juga telah meminta lebih banyak regulasi di sektor kripto. Misalnya, pada Januari 2022 lalu, mereka memperingatkan El Salvador agar berhenti menggunakan Bitcoin sebagai sebagai legal tender di negaranya.
Crypto Winter Belum Berakhir?
Terlepas dari cara IMF memandang kripto saat ini, setidaknya laporan terbaru itu dapat menjadi sinyal bagi investor mengenai volatilitas lebih lanjut di market kripto terkait perkiraan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Laporan terbaru IMF turut menyoroti mengenai inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan kontraksi output global sebagai indikator pertumbuhan ekonomi yang buruk.
Dengan faktor makro yang telah dikaitkan dengan bear market, analis kripto Miles Deutscher memperingatkan kepada 154.000 followers-nya di Twitter untuk memperkirakan adanya volatilitas di market.
Dia mencatat, laporan kinerja keuangan terbaru dari Microsoft, Google, Apple, dan Meta Platforms, bersama dengan angka produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS), dapat menciptakan turbulensi lebih lanjut.
Investor kripto juga harus bersiap untuk kenaikan suku bunga AS pada Minggu ini. Bloomberg pada hari Selasa (26/7) melaporkan bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebanyak 75 basis poin atau 0,75% hingga 2,25% dalam upaya untuk memperketat kebijakan moneter dan menghentikan inflasi.
Ada juga pengamat industri yang memperkirakan bahwa AS secara resmi berada dalam resesi ketika angka PDB pada kuartal II/2022 mereka akan diterbitkan pada 28 Juli mendatang. Sebagai catatan, resesi simpelnya adalah kondisi ketika suatu negara mengalami pertumbuhan PDB yang negatif dalam 2 kuartal secara berturut-turut.
Sementara itu, YouTuber kripto, DustyBC, membuat cuitan yang menyatakan bahwa perlambatan global ditambah dengan angka PDB AS yang berpotensi berkurang dapat menjelaskan mengapa harga Bitcoin dalam beberapa waktu terakhir sempat turun di bawah US$21.000.
Ada pula Brent Xu selaku founder & CEO dari Umee yang merupakan Cross Chain DeFi Hub bertanya, “Apakah resesi makro sama dengan resesi kripto?”
Kemudian, crypto market analyst Elizabeth Gail menulis bahwa market Bitcoin kemungkinan baru akan pulih ketika ketidakpastian tentang keadaan ekonomi saat ini dan ketegangan geopolitik diselesaikan. Namun, tidak disebutkan berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Di tengah kebisingan jangka pendek tentang prediksi masa depan market Bitcoin dan kripto, PlanB yang merupakan pencipta model harga Bitcoin Stock-to-Flow menyatakan bahwa BTC/USD masih dapat diperdagangkan hingga di kisaran level US$100.000 sampai US$1 juta pada tahun 2027.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.