Trusted

Israel Tangkap Tiga Tersangka dalam Dugaan Plot Spionase Iran yang Melibatkan Pembayaran Kripto

2 menit
Diperbarui oleh Harsh Notariya
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Otoritas Israel menangkap tiga penduduk yang diduga memata-matai untuk Iran, dengan dua di antaranya diduga dibayar dalam aset kripto untuk tugas mata-mata.
  • Penggunaan aset kripto dalam spionase meningkat, menimbulkan kekhawatiran atas peran mata uang digital dalam aktivitas yang disponsori negara dan serangan siber.
  • Konflik Israel-Iran yang Berlangsung Semakin Meluas ke Perang Digital, dengan Teknologi Blockchain Menjadi Front Baru untuk Ketegangan Geopolitik.
  • promo

Pihak berwenang Israel telah menangkap tiga penduduk dengan dugaan mata-mata untuk Iran. Meskipun ketiga tersangka tidak saling terkait, laporan mengungkapkan bahwa dua di antaranya diduga menerima pembayaran kripto sebagai kompensasi.

Penangkapan ini menandai babak terbaru dalam konflik yang sedang berlangsung antara kedua negara. Konflik ini semakin merambah ke ranah digital, dengan mata uang kripto muncul sebagai alat untuk spionase dan serangan siber.

Perang Siber Israel-Iran: Pembayaran Aset Kripto Memicu Spionase

Menurut laporan media lokal, polisi Israel dan Shin Bet (Badan Keamanan Israel) melaksanakan operasi tersebut. Pihak berwenang menangkap seorang penduduk Tel Aviv yang tidak disebutkan namanya karena diduga mengambil foto rumah pejabat publik, mendokumentasikan pangkalan militer, dan menyemprotkan grafiti.

Tersangka berusia 27 tahun itu ditahan pada hari Minggu. Polisi menyita beberapa perangkat elektronik dan komputer. Perangkat ini diyakini digunakan untuk berkomunikasi dengan agen Iran. Tersangka diduga menerima ribuan dolar dalam bentuk kripto untuk melaksanakan tugas.

Pada Senin pagi, pria tersebut muncul di Pengadilan Magistrat Tel Aviv, di mana seorang hakim memerintahkan penahanannya diperpanjang hingga 26 Juni.

Tersangka kedua adalah Dmitri Cohen, seorang pria berusia 28 tahun dari Haifa. Menurut laporan, dia diduga mengumpulkan intelijen tentang target berprofil tinggi, termasuk calon menantu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Amit Yardeni. 

Cohen dilaporkan mengumpulkan informasi tentang Yardeni dan keluarganya beberapa minggu menjelang pernikahannya yang kini ditunda dengan Avner Netanyahu. Dia juga memotret rumah pribadi dan area sekitarnya serta menyampaikan informasi tersebut kepada agen Iran melalui telepon khusus yang digunakan hanya untuk kegiatan spionase.

Pihak berwenang mengatakan bahwa pengendali Iran menjanjikannya US$500 per tugas. Selain itu, dia menerima ribuan dolar dalam bentuk kripto sejak kontak awalnya dengan agen tersebut.

Surat pernyataan jaksa diajukan terhadap Cohen pada hari Senin. Kantor Kejaksaan Distrik Haifa kemungkinan akan mengajukan dakwaan dalam beberapa hari mendatang.

Terakhir, tersangka ketiga adalah seorang remaja berusia 19 tahun dari wilayah Sharon. Polisi menangkap orang tersebut dengan dugaan membagikan informasi rahasia kepada seorang agen Iran selama konflik yang sedang berlangsung.

“Pada awal perang dengan Iran, pasukan keamanan menangkap dua orang Israel dengan kecurigaan yang sama. Detail identitas mereka dilarang dipublikasikan setelah perintah pembungkaman diberlakukan pada penyelidikan,” lapor The Times of Israel melaporkan.

Insiden-insiden ini bukanlah hal baru. Selama bertahun-tahun, pihak berwenang telah menangkap puluhan orang Israel untuk kegiatan serupa, dengan hanya beberapa kasus yang mencapai hukuman. 

Pada Oktober 2024, polisi lokal menahan tujuh orang Yahudi Israel dari Haifa, yang berasal dari Azerbaijan, karena melakukan lebih dari 600 misi untuk Iran, termasuk memotret pangkalan militer seperti Nevatim dan Ramat David.

Sementara itu, penggunaan kripto menimbulkan kekhawatiran yang lebih luas. Dalam sebuah wawancara dengan BeInCrypto, seorang mantan petugas CIA memperingatkan risiko yang ditimbulkan mata uang digital dalam memungkinkan spionase yang disponsori negara. Ancaman ini meluas melampaui Timur Tengah ke keamanan global.

Selain spionase, teknologi blockchain semakin menjadi medan baru dalam perang geopolitik. Baru minggu lalu, BeInCrypto melaporkan bahwa kelompok peretas pro-Israel, Gonjeshke Darande, mengeksploitasi exchange kripto terbesar Iran, Nobitex, untuk mencuri US$81,7 juta di beberapa jaringan. 

Ini menyoroti peran mata uang kripto dan blockchain yang semakin berkembang dalam konflik siber internasional, semakin menekankan penggunaannya sebagai alat dalam perang modern.

Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia
Platform kripto terbaik di Indonesia

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

kamina.bashir.png
Kamina Bashir
Kamina adalah jurnalis di BeInCrypto. Dia menggabungkan dasar jurnalistik yang kuat dengan keahlian keuangan tingkat lanjut, setelah meraih medali emas dalam MBA International Business. Dengan pengalaman dua tahun menjelajahi dunia aset kripto yang kompleks sebagai Penulis Senior di AMBCrypto, Kamina mengasah kemampuannya untuk menyederhanakan konsep rumit menjadi konten yang mudah dipahami dan menarik. Dia juga berkontribusi dalam pengawasan editorial, memastikan artikel ditulis dengan...
BACA BIO LENGKAP
Disponsori
Disponsori