Hari kedua Indonesia Bitcoin Conference (IDBC) 2023 sukses digelar dengan meriah, bersama kehadiran Jack Dorsey secara virtual.
Sejumlah pembicara yang tidak kalah tenar di komunitas global turut hadir langsung dalam konferensi Bitcoin yang pertama kali digelar secara fisik di Indonesia.
Acara di hari kedua, Jumat (27/10), dibuka dengan pembahasan mengenai bagaimana cara mengelola dana Bitcoin untuk keluarga atau bisnis.
Beragam aspek dibedah, seperti cara mengedukasi keluarga atau orang terdekat tentang pentingnya Bitcoin, hingga memberi contoh bagaimana mengajak rekanan bisnis dalam mengelola working capital mereka di Bitcoin.
Jake Woodhouse, pembawa acara di konferensi Bitcoin Indonesia ini, menceritakan bagaimana dia bersama saudara-saudaranya dan ibunya mengalokasikan sebagian dana warisan dari ayah mereka ke Bitcoin. Sosok yang berperan sebagai Partner di The Bitcoin Adviser ini menegaskan pentingnya memperkenalkan Bitcoin ke orang-orang terdekat.
Sementara itu, Louis Liu, pendiri Mimesis Capital yang berinvestasi di proyek-proyek Bitcoin, mengatakan ada berbagai cara mengenalkan Bitcoin ke orang-orang terdekat, dan setiap orang memiliki pendekatan yang berbeda.
Pada intinya, sebagai orang Taiwan, Louis Liu menjelaskan bahwa keluarganya paham seberapa pentingnya Bitcoin di tengah situasi geopolitik yang nyata di hadapan mereka.
Menurutnya, “Bitcoin adalah tentang memindahkan kekayaan dari teritori dunia nyata atau physical space ke cyberspace atau dunia siber.”
- Baca Juga: Indonesia Bitcoin Conference 2023: Ketika Bitcoiners dari Penjuru Dunia Berkumpul di Bali
Jack Dorsey Hadir di Indonesia Bitcoin Conference 2023
Para peserta Indonesia Bitcoin Conference 2023 penuh suka cita ketika monitor besar di Main Stage menampilkan video live Jack Dorsey.
Co-founder dan mantan CEO Twitter serta pemimpin Block Inc. yang mendukung keras adopsi Bitcoin ini menjadi salah satu pembicara utama yang dinantikan kehadirannya.
Semula, Jack Dorsey berniat hadir secara langsung di Bali. Namun, karena berbenturan dengan jadwal kegiatannya yang padat, dia hanya dapat hadir langsung secara virtual.
Adapun bincang-bincang dengan Jack Dorsey dipandu oleh Gita Wirjawan, Mantan Menteri Perdagangan Indonesia periode 2011 – 2014 yang sekarang lebih sering aktif lewat podcast Endgame dan tampak cukup antusias dengan Bitcoin.
Di Indonesia Bitcoin Conference 2023, Jack Dorsey bercerita bagaimana pentingnya Bitcoin sebagai internet money. Dia juga membahas upayanya dalam mendukung berbagai macam proyek berbasis Bitcoin, serta inisiatif yang muncul dari negara-negara berkembang termasuk di Afrika.
“Tidak ada inovasi yang lebih hebat dari Bitcoin, yang memberikan orang-orang sesuatu untuk digunakan dan dipercaya secara langsung. [Ini] sesuatu yang bertahan dan berlangsung selama beberapa generasi. Itu cukup kuat,” ungkap Jack Dorsey.
Dalam kesempatan ini, Jack Dorsey menekankan bahwa revolusi lebih baik daripada disruption atau gangguan.
“Bitcoin bukanlah disrupsi, ini adalah sebuah revolusi, ia memiliki tujuan yang tertulis di blok Genesis [Bitcoin]. Saya tidak suka istilah disrupsi yang digunakan di Silicon Valley,” jelas Jack Dorsey.
Bangkit Melawan Hidden Repression
Berlanjut ke sesi berikutnya, Alex Gladstein, Chief Strategy Officer (CSO) Human Rights Foundation, menguasai panggung Main Stage seorang diri.
Dia bercerita bagaimana Dana Moneter Internasional (IMF) mendanai para diktator di negara berkembang, termasuk di Indonesia pada era Presiden Soeharto.
Alex Gladstein membongkar secara mendalam borok IMF yang meminjamkan utang ke para diktator, tetapi tidak memberikan dampak secara berarti kepada masyarakat di negara-negara berkembang.
Di akhir sesi, Alex Gladstein menegaskan bagaimana pentingnya Bitcoin sebagai antitesis untuk bangkit dan melawan hidden repression atau penindasan tersembunyi yang ada di sistem fiat.
Keliling Dunia dengan Bitcoin
Kemudian, sesi selanjutnya adalah kesempatan bagi Paco de La India untuk menceritakan pengalamannya keliling dunia dengan Bitcoin.
Punya julukan Running with Bitcoin, Paco terinspirasi buku The Bitcoin Standard untuk memulai traveling ke negara-negara dunia ketiga. Dengan modal yang tidak terlalu banyak dan mengandalkan donasi dari Bitcoiners, dia menjelajah benua Afrika sampai ke Amerika Tengah dan Amerika Latin.
Paco adalah sosok riang yang suka bercanda, cepat memahami bahasa lokal, dan sudah pasti mudah bergaul dengan orang baru.
Lewat dokumentasinya di media sosial X (Twitter) dan platform berbagi video YouTube, dia ingin menyingkap perspektif lain tentang adopsi Bitcoin. Tidak hanya keep hodl Bitcoin seperti yang digaungkan para Bitcoiners di negara-negara maju, tetapi bagaimana menggunakan Bitcoin sebagai alat pembayaran dalam kehidupan sehari-hari di global south.
Paco curhat bahwa dia sempat ditelanjangi di perbatasan antar negara Afrika oleh petugas korup untuk mencari uang sogokan agar bisa melewati perbatasan.
Namun, pada saat itu, Paco tidak memiliki uang fiat kertas sama sekali karena sebagian besar dananya disimpan di 9 Bitcoin wallet, di samping juga karena modalnya yang terbatas. Untungnya, petugas itu hanya mengetahui isi dari 1 Bitcoin wallet Paco hanya bernilai kurang dari 4 dolar AS (USD).
Paco punya target mengunjungi 40 negara. Di bawah payung Run with Bitcoin, saat ini dia sudah menginjakkan kaki di sekitar 39 negara berbeda.
Pria asal India ini berbagi tips sederhana ke Bitcoiners agar sebuah bisnis mau menerima pembayaran dalam bentuk Bitcoin. Paco menyarankan, “Beri tahu mereka bahwa kehidupan akan runtuh dalam beberapa hari, dan Bitcoin turun dari langit sebagai penyelamat.” Gelak tawa pun pecah mendengar sarannya.
Beberapa kali, dia berpesan kepada para Bitcoin Maximalist agar jangan terlalu keras kepada orang-orang yang belum memahami Bitcoin dengan baik.
Lightning Network, Alat Pembayaran Bertenaga Bitcoin
Di sela-sela break Indonesia Bitcoin Conference 2023, tim BeInCrypto Indonesia sempat membeli air kelapa segar dan membayarnya lewat Lightning Network (LN), layer-2 (L2) yang membuat pembayaran Bitcoin menjadi super cepat dengan biaya murah.
Adapun mesin Point of Sale (PoS) LN itu disediakan oleh LifPay, salah satu partisipan bazaar Indonesia Bitcoin Conference 2023 yang berasal dari Hong Kong. Alat PoS LN ini dipinjamkan ke penjual liquor dan sejumlah merchant lainnya.
Menariknya, sang penjual liquor sebelumnya tidak begitu tahu tentang apa itu Bitcoin dan kripto, meski dia hadir di sini karena diajak oleh pelanggannya yang merupakan Bitcoiners.
Siapa sangka, Indonesia Bitcoin Conference 2023 membantu penjual liquor itu sadar bahwa metode pembayaran Bitcoin benar-benar dapat diskalakan dan kemampuannya tidak kalah dengan alat pembayaran konvensional.
Belum berhenti sampai di situ, uniknya lagi ada seorang pengusaha lokal yang penasaran dan tertarik menerapkan metode pembayaran Lightning Network ke bisnisnya sendiri.
Singkat cerita, pengusaha lokal itu asik berdiskusi dengan tim LifePay; dan tim BeInCrypto Indonesia yang memancing obrolan sederhana ini kembali ke ruangan Main Stage untuk mengikuti sejumlah panel diskusi lainnya di Indonesia Bitcoin Conference 2023.
Menyemai dan Menguatkan Ekosistem Bitcoin
Satoshi Stage tidak kalah meriah dengan Main Stage karena terdapat beragam pembahasan menarik.
Materi yang dibahas di Satoshi Stage, termasuk mengulas cara membuat aplikasi Lightning Network, hingga bagaimana cara mendapat pendanaan dari venture capital (VC) yang berfokus pada Bitcoin.
Selain itu, ada juga ulasan tentang menyingkap kode di balik Bitcoin, atau mencari tahu bagaimana cara membuat antarmuka aplikasi Bitcoin yang user-friendly.
Dalam kesempatan ini, juga hadir Will Casarin, yang terkenal di komunitas Bitcoin karena mengembangkan aplikasi Damus yang berbasis pada protokol media sosial terdesentralisasi Nostr.
Anna dari Hodl Hodl, yang merupakan peer-to-peer (P2P) Bitcoin trading & lending platform, turut mengisi sebuah sesi tentang memberdayakan privasi finansial.
Di Satoshi Stage pun membahas tentang bagaimana berpartisipasi dalam proyek open-source. Sebagai catatan, Bitcoin, Lightning Network, hingga Nostr, adalah protokol open-source.
Secara keseluruhan, komunitas Bitcoin dari Jepang ikut berpartisipasi dalam sejumlah sesi diskusi di Satoshi Stage.
Bitcoin Membuka Banyak Pintu
Kembali ke Main Stage, para akademisi dari Singapura, Filipina, dan Indonesia, membahas tentang Bitcoin dari kaca mata mereka sebagai seorang dosen.
Andrew M. Bailey, associate professor di Yale-NUS College, merasa harus ada ilmu lintas disiplin yang mengulas tentang Bitcoin. Hal itu juga berarti bahwa para peneliti dari berbagai bidang yang mengkaji tentang Bitcoin perlu didukung.
Florin Hilbay, sarjana hukum terkenal dan mantan Jaksa Agung Filipina, berpandangan harus ada jurusan Bitcoin di universitas. Dia pun melihat adopsi Bitcoin ke depannya dapat mengubah hubungan masyarakat dengan negara.

Editor-in-Chief BeInCrypto Indonesia, Lynn Wang, berkesempatan menjadi moderator dalam pembahasan potensi kehadiran exchange-traded fund (ETF) Bitcoin spot di Indonesia.
Secara singkat, panelis sadar minat produk ETF di Indonesia tidak setinggi bila dibandingkan dengan negara-negara maju, meski peluang kehadiran ETF Bitcoin di Tanah Air tetap terbuka lebar di tahun-tahun mendatang.
Kemudian, panel diskusi di Main Stage dilanjutkan dengan mengulas potensi Bitcoin bagi content creator. Dalam kesempatan ini, Mary Victoria Imasuen, selaku Global Marketing Manager Fedi, menceritakan pengalamannya sebagai seorang streamer di Twitch yang memainkan game khusus Bitcoin.
Di sini, Will Casarin mengulas tentang aplikasi streamer khusus bagi Bitcoiners, Zap,Stream, yang memungkinkan mereka bisa menerima donasi dalam bentuk Satoshi yang merupakan satuan terkecil dari Bitcoin.
Lalu, Roland Bewick dari Alby, yang memungkinkan Bitcoiners me-monetize konten mereka, juga berpartisipasi dalam panel ini. Dia menjelaskan tentang pertumbuhan eksponensial Alby, dan mengapa lebih memilih fokus mengembangkan web app daripada mengerjakan aplikasi khusus bagi sistem operasi Android atau iOS.
Dalam sesi terakhir, para panelis membahas tentang ‘Moralitas Bitcoin: Eksplorasi Spiritual dan Filosofis’.
Salah satu panelis adalah Prem Govinda, yang merupakan co-founder dari innovator plant-based lifestyle Alchemy Ubud dan co-founder Bitcoin Jungle yang merupakan proyek ekonomi sirkular berbasis Bitcoin Lighting Network di Kosta Rika.
Dalam sesi ini, Erik Cason yang seorang Anarchist Bitcoin sampai pada realisasi bahwa fiat membuat orang teralienasi. Baginya, Bitcoin menyadarkan orang-orang dan mendorong sebuah global movement yang datang dari berbagai latar belakang.
Tiba pada akhir acara, para partisipan Indonesia Bitcoin Conference 2023 saling mengapresiasi satu sama lain dan berbahagia bisa bertemu di Bali. Gelaran acara diakhir dengan melakukan sesi foto bersama di Main Stage.
Sebagai penutup, penyelenggara acara mengumumkan bahwa Indonesia Bitcoin Conference akan kembali diselenggarakan pada September tahun depan 2024.
BeInCrypto adalah salah satu media partner dari Indonesia Bitcoin Conference 2023. Bagaimana pendapat Anda tentang acara ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.
