Bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed secara resmi telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25% hingga 4,50%. Sentimen yang seharusnya bullish terhadap pasar kripto itu nyatanya hanya memantik sedikit euforia hingga akhirnya tenggelam kembali. Harga Bitcoin memang sempat naik ke kisaran US$117.000 sebelum akhirnya kembali terkoreksi tipis ke kisaran US$116.000. Lantas kebijakan apa yang sebenarnya mampu menggerakkan pasar?
Pada saat penulisan, harga Bitcoin (BTC) sudah kembali berada di level US$117.000 denagan mencatatkan apresiasi 0,6% dalam 24 jam terakhir. Pasar sepertinya masih menunggu data ekonomi lain untuk memantapkan pilihan investasinya.
SponsoredTerlepas dari hal itu, sejumlah analis menilai kebijakan moneter yang lebih longgar berpeluang mendorong penguatan harga Bitcoin hingga akhir tahun. Adanya permintaan tambahan dari produk investasi seperti obligasi perusahaan maupun ETF Bitcoin juga akan memberikan katalis positif di pasar,
ETF Bitcoin spot di AS mencatat arus masuk bersih sebesar 20.685 BTC di pekan lalu. Tertinggi sejak Juli kemarin. Kondisi itu juga membuat total kepemilikan ETF meningkat menjadi 1,32 juta BTC. Menunjukkan sentimen institusional yang semakin kuat.
Fokus Investor Bergeser ke Kebijakan Selanjutnya
Merespons hal itu, analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan, stabilitas harga Bitcoin pasca keputusan The Fed menunjukkan bahwa pasar sudah mengantisipasi langkah Powell. Menurutnya, fokus investor kini bergeser pada arah kebijakan selanjutnya.
Yakni, apakah The Fed akan kembali memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya. Jika itu terjadi lanjut Fyqieh, maka likuiditas global akan meningkat dan berpotensi mendorong Bitcoin menuju level resistance baru di kisaran US$120.000 atau sekitar Rp1,98 miliar.
Rekam jejak pergerakan Bitcoin menunjukkan bahwa pemotongan suku bunga tidak selalu berujung pada reli harga. Justru, euforia pasar kerap diikuti aksi jual besar-besaran.
Sponsored“Terakhir kali The Fed memangkas suku bunga di 18 Desember 2024. Ketika itu harga BTC berada di kisaran US$106.000 sebelum merosot 30% dalam beberapa minggu sebelumnya,” jelas Fyqieh.
Nah sekarang, dengan kondisi BTC kembali bertengger di atas US$117.000, pelaku pasar tetap berhati-hati terhadap risiko terulangnya pola serupa.
Tren Arus Masuk ETF Bitcoin Spot Bisa Jadi Penentu
Fyqieh menambahkan, tren arus masuk ke ETF Bitcoin spot dapat menjadi faktor penentu pergerakan jangka menengah. Dalam analisisnya, mnat institusi lewat ETF menjadi bukti bahwa Bitcoin semakin dilihat sebagai aset lindung nilai terhadap pelemahan dolar dan inflasi.
Selama sentimen makro tetap dovish, ruang kenaikan BTC masih terbuka lebar. Sebagai catatan, The Fed memproyeksikan suku bunga bisa turun ke 3,6% pada akhir 2025, dengan kemungkinan dua kali pemangkasan tambahan dalam beberapa bulan ke depan.
Jika proyeksi ini terealisasi, aset berisiko termasuk kripto bakal mendapat dorongan positif. Namun, ketidakpastian geopolitik dan tekanan politik domestik di AS tetap menjadi variabel yang perlu dicermati investor.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!