Trusted

Lagi-lagi Tolak Panggilan Audit, Tether Masih Andalkan Atestasi untuk Laporan Q2 2023

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • Tether melaporkan angka cadangan yang mengesankan untuk kuartal kedua tahun 2023.
  • Namun, data tersebut hanya berbasis atestasi, yang jauh berbeda dengan audit tradisional.
  • Beberapa pihak, termasuk regulator pemerintah AS yang saat ini dan sebelumnya menjabat, dengan lantang mempertanyakan validitas angka-angka tersebut.
  • promo

Pada hari Senin (31/7), penerbit stablecoin Tether (USDT) merilis opini jaminan (assurance) untuk Q2 2023, yang diverifikasi oleh BDO, sebuah firma akuntansi independen. Namun, tetap muncul pertanyaan mengenai alasan mengapa penerbit stablecoin ini belum mengeluarkan laporan audit lengkap. Apakah perusahaan ini tengah menyembunyikan sesuatu?

Consolidated Reserves Report (CRR) yang dirilis pada 31 Juli tersebut adalah gambaran aset perusahaan per tanggal 30 Juni. Sementara itu, hasil penelitian BDO menunjukkan bahwa cadangan Tether masih tetap sangat likuid, dengan 85% dari investasinya disimpan dalam bentuk kas dan setara kas.

Tether Lagi-lagi Coba Hindari Audit Lengkap

Menurut atestasi baru tersebut, Tether (USDT) nampaknya memiliki kelebihan cadangan sekitar US$850 juta. Sehingga, total kelebihan cadangannya menjadi sekitar US$3,3 miliar pada akhir Q2.

Total aset terkonsolidasi Tether mencapai setidaknya US$86.499.251.218, sedangkan total kewajiban terkonsolidasinya mencapai US$83.200.775.340. Dalam hal ini, US$83.178.020.411 di antaranya terkait dengan token digital yang diterbitkan. (Semua angka dalam dolar AS).

Secara teori, atestasi tersebut mengonfirmasi keakuratan data keuangan. Namun, cakupannya lebih sempit dan hanya mengharuskan pihak eksternal perusahaan untuk memvalidasi apakah pernyataan tertentu benar. Sementara itu, sebuah audit akan menyelidiki seluruh kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh.

Tidak heran, keputusan Tether untuk terus menggunakan atestasi—dan bukan audit—untuk membuktikan stabilitas dan solvabilitasnya menuai kontroversi.

Tentu saja, taruhannya juga tinggi. Pasalnya, menurut CoinMarketCap, sejauh ini Tether adalah stablecoin yang paling populer dan menjadi aset kripto terpopuler ketiga secara keseluruhan.

USDT tidak mengalami fluktuasi yang berarti pada hari laporan tersebut dirilis | Sumber: CoinMarketCap

Terlebih lagi, prinsip transparansi seharusnya menjadi dasar bagi segenap paradigma kripto. Namun, melihat salah satu pemain terbesar industri ini justru memilih langkah setengah hati tentunya dapat mencoreng reputasi sektor kripto secara keseluruhan.

Pasalnya, kalau para pemain terbesar di industri ini tidak dapat diharapkan untuk sepenuhnya transparan, maka hal ini bisa menjadi contoh berbahaya.

Stablecoin Butuh Kepercayaan dan Transparansi

Bagi perusahaan seperti Tether, yang menerbitkan stablecoin yang didukung aset, pastinya transparansi cadangan menjadi hal yang sangat penting. Tanpa itu, penerbit tidak bisa membangun kepercayaan atas stabilitas produk mereka.

Untuk menjaga pasak stablecoin mereka, penerbit menyimpan aset non-blockchain yang setara dengan nilai pasokan stablecoin yang beredar. Dan dalam hal ini, Tether terlihat dalam kondisi yang sehat.

Namun, tanpa adanya audit, kita tidak bisa melihat gambaran lengkapnya. Fakta ini pun mengundang kritik dari regulator yang menjabat saat ini maupun sebelumnya. Bahkan, salah satunya baru-baru ini menyebut Tether sebagai “rumah kartu raksasa.”

Di sisi lain, algorithmic stablecoin beroperasi dengan sedikit perbedaan, yaitu dengan mengontrol pasokan token untuk mempertahankan harga tetap stabil.

Kendati demikian, Tether bukanlah satu-satunya pemain raksasa yang menghindari audit lengkap. Pasalnya, pada tanggal 7 Desember tahun lalu, Binance, crypto exchange terbesar di dunia, merilis laporan berdasarkan prosedur yang disepakati (agree-upon-procedure/AUP) dari Mazars untuk Proof-of-Reserves mereka.

Dengan AUP, auditor memberikan temuan faktual tanpa memberikan opini keseluruhan atas laporan keuangan. Bagi orang awam, laporan semacam itu bisa terlihat sama lengkapnya. Namun, AUP sebenarnya hanya memberikan gambaran singkat dari area tertentu yang diminta oleh klien. Sebaliknya, audit merupakan analisis yang komprehensif dan adil.

Tak lama setelahnya, tepatnya pada 16 Desember, Mazars menangguhkan semua pekerjaan yang berhubungan dengan industri kripto. Alasan dari langkah tersebut adalah “kekhawatiran mengenai cara laporan-laporan ini dipahami oleh publik.”

BeInCrypto sendiri sudah sempat menghubungi Tether untuk meminta komentar, namun hingga saat publikasi, belum menerima jawaban.

Bagaimana pendapat Anda tentang keputusan Tether untuk menolak panggilan audit ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024
🎄Platform kripto terbaik di Indonesia | December 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan Web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori