Trusted

McKinsey Sebut AI Berpotensi Mendisrupsi Sebagian Besar Pekerjaan dengan Gaji Tinggi di Tahun 2045

3 mins
Diperbarui oleh Lynn Wang
Gabung Komunitas Trading Kami di Telegram

Ringkasan

  • McKinsey memprediksi bahwa terobosan dalam pemrosesan bahasa alami akan membuat AI mentransformasi pekerjaan-pekerjaan dengan gaji tinggi.
  • Menurut mereka, AI bakal meningkatkan produktivitas dalam 16 fungsi bisnis.
  • Regulator harus segera bertindak untuk mengatasi risiko yang ada.
  • promo

Menurut perusahaan konsultan McKinsey, artificial intelligence (AI) bakal “menggondol” 60-70% waktu kerja karyawan di tahun 2045 mendatang.

Sebelumnya, perusahaan tersebut juga sempat mengatakan bahwa AI sanggup mengotomatisasi setengah dari pekerjaan manusia, kecuali posisi manajemen tingkat puncak serta posisi intelektual.

Prediksi sebelumnya yang menyebutkan bahwa AI bisa mengambil alih 50% dari pekerjaan manusia kini semakin meningkat pesat berkat kemajuan dalam pemrosesan bahasa alami. Sekarang, McKinsey bahkan mengatakan bahwa AI berpotensi mengambil alih antara 60 hingga 70% pekerjaan antara tahun 2030 hingga 2060.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa setiap perusahaan perlu berinvestasi dalam peningkatan keterampilan karyawannya sembari menikmati manfaat dari peningkatan produktivitas yang dihadirkan oleh AI.

Generative AI Bakal Mentransformasi Praktik Kerja di Pekerjaan Level Tinggi

Pasalnya, generative AI dan teknologi lainnya dapat meningkatkan pertumbuhan tahunan perusahaan di 16 fungsi bisnis menjadi antara US$2,6 triliun hingga US$4,4 triliun.

16 Fungsi Bisnis Penggerak Artificial Intelligence (AI) di Korporasi
16 Fungsi Bisnis Penggerak Artificial Intelligence di Korporasi | Sumber: McKinsey.com

Generative AI berhasil mengungguli pembelajaran mesin (machine learning) tradisional melalui pemahamannya yang lebih maju tentang bahasa alami manusia. Kemampuannya dalam menginterpretasikan prompt input memungkinkannya menghasilkan output yang menyerupai ucapan alami.

Menurut McKinsey, kemampuan ini akan merevolusi cara tim mengakses data internal untuk pengambilan keputusan yang cepat.

Para knowledge worker (pekerja intelektual) juga bisa memanfaatkan teknologi AI untuk memproses data yang besar menjadi kesimpulan yang bisa mempercepat output kreatif mereka. Jadi, energi mereka bisa diarahkan ke tugas-tugas yang bernilai lebih tinggi.

Contohnya saja, Google punya Bard yang sudah semakin canggih, yang bisa membuat kode Python dari prompt bahasa alami. Di samping itu, OpenAI juga punya model bahasa GPT-4 yang baru-baru ini sudah terintegrasi dengan GitHub Copilot. Dengan integrasi ini, para developer sekarang bisa meminta potongan atau cuplikan kode yang AI hasilkan menggunakan permintaan bahasa alami.

Pembuat Kebijakan Harus Bertindak Cepat

Laporan McKinsey mengungkapkan bahwa pengadopsian artificial intelligence akan mendesak pihak pemangku kepentingan untuk segera mengatasi risiko-risiko yang muncul.

Bahkan, para pengacara sudah mulai bergulat dengan perusahaan-perusahaan artificial intelligence yang menggunakan kekayaan intelektual untuk melatih large language model (LLM), seperti GPT-4. Tapi, apakah perusahaan seperti OpenAI perlu membayar untuk menggunakan data ini?

Selain itu, apakah karya yang generative AI hasilkan dari pelatihannya dilindungi hak cipta? Undang-undang AS saat ini mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak cipta, tetapi hal ini masih dalam tahap awal.

Kemudian, tantangan lainnya yang harus segera diatasi adalah tingginya kecenderungan LLM untuk memberikan jawaban dengan percaya diri namun tidak tepat. Lantas, apakah perusahaan perlu melindungi anak-anak di bawah umur agar tidak mengakses respons yang berbahaya dari ChatGPT?

Pertanyaan-pertanyaan ini dan yang lainnya akan menjadi bagian dari diskusi mendesak di antara pemerintah di negara-negara maju. 

Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, dan juru bicara dari Partai Buruh Inggris, Lucy Powell, ingin menempatkan AI dalam konteks yang etis dan bermanfaat seperti fisika partikel dan tenaga nuklir.

Selain itu, Parlemen Eropa juga telah mengesahkan draf Undang-Undang AI pada hari Rabu (14/6) untuk mengurangi dampak dari aplikasi AI yang paling berisiko, seperti pengenalan wajah.

Undang-undang ini juga akan mewajibkan alat-alat artificial intelligence untuk memberikan lebih banyak informasi tentang data yang digunakan dalam pelatihan. Rencananya, draf final undang-undang ini akan disahkan secara resmi nantinya pada tahun ini.

Bagaimana pendapat Anda tentang pandangan McKinsey tentang artificial intelligence? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Platform kripto terbaik di Indonesia | November 2024
Platform kripto terbaik di Indonesia | November 2024
Platform kripto terbaik di Indonesia | November 2024

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.

Zummia.jpg
Zummia Fakhriani
Zummia adalah seorang penulis, penerjemah, dan jurnalis dengan spesialisasi pada topik blockchain dan kripto. Ia mengawali sepak terjang di industri kripto sebagai trader kasual sejak 2015. Kemudian, mulai berkiprah sebagai penerjemah profesional di industri sejak 2018 sembari mengenyam tahun ketiganya di program studi Sastra Inggris kala itu. Menyukai topik terkait DeFi, koin privasi, dan Web3.
READ FULL BIO
Disponsori
Disponsori