Tim BeInCrypto berkesempatan mewawancarai Robby Jeo selaku CEO Kommunitas, yaitu crypto launchpad yang didukung oleh Polygon. Menariknya, meski sebagian timnya berasal dari Indonesia, tetapi mereka justru mengincar market global.
Robby, yang ternyata juga merupakan Group Admin & Advocates Polygon Indonesia ini, menceritakan banyak hal mengenai upaya besarnya bersama tim Kommunitas dalam menangkap peluang tingginya minat pada industri teknologi web3 yang berkembang pesat dan masih early adoption.
Banyak hal yang dia ceritakan, mulai dari konsep urun dana, termasuk perbandingan antara yang menawarkan equity dan kripto; bagaimana bull market merupakan easy money bagi bisnis launchpad; hingga menceritakan bahwa sebagian besar market mereka saat ini ternyata justru berasal dari luar Indonesia.
Menaruh Minat pada Konsep Urun Dana
Kommunitas adalah sebuah web3 launchpad terdesentralisasi dan tanpa tier yang berada di jaringan Polygon. Sebagaimana kita ketahui, Polygon adalah solusi penskalaan layer-2 untuk jaringan Ethereum. Meski begitu, Kommunitas berorientasi pada multi-chain, sehingga terbuka terhadap berbagai project yang juga diluncurkan di jaringan BNB Chain, Ethereum, Solana, Fantom, Avalanche, dan sebagainya.
Secara sederhana, Kommunitas adalah crowdfunding (urun dana) platform terdesentralisasi yang spesifikasinya untuk berbagai project web3. Sama seperti layanan urun dana konvensional, tujuan mereka adalah memungkinkan suatu project web3 atau kripto menggalang dana dari masyarakat atau investor.
Di Indonesia, ada crowdfunding platform konvensional; seperti Santara, LandX, dan Bizhare, yang memungkinkan investor berinvestasi di project bisnis; misalnya properti, F&B, dan lainnya, dengan maksimal dana yang terkumpul mencapai Rp10 miliar. Sementara itu, di luar negeri yang paling terkenal adalah Kickstarter dan Indiegogo.
“[Kommunitas] urun dana juga, tetapi spesialisasinya di web3 atau kripto. Kenapa kita bisa bangun Kommunitas? Karena, memang dasarnya saya suka dengan konsep urun dana. Saya sudah ikut berpartisipasi di Kickstarter dan Indiegogo sejak dari tahun 2014,” ungkap Robby.
Dia melanjutkan, “Mereka kan jualan produk-produk, misalnya di bidang teknologi atau yang belum jadi. Umumnya, kalau orang ikut urun dana [di] Kickstarter atau Indiegogo, kita bisa membeli produk itu bahkan sebelum produknya diluncurkan. Biasanya, harganya dikasih lebih murah. Contoh, di Kickstarter atau Indiegogo, ada project yang ingin memproduksi jam yang bisa menampilkan hologram. Nanti, suatu hari ketika produknya jadi, misal harga pasarannya itu US$500, kalau kita support sekarang, kita bisa beli hanya dengan US$300 saja.”
Robby mengakui bahwa dia mengikuti cukup banyak project urun dana di luar negeri sejak 2014 sampai 2016.
“Saya ikut masing-masing platform lebih dari 10 project. Namun, banyak ruginya atau banyak kelemahannya. Ternyata, apa yg dicita-citakan project itu tidak semuanya bisa direalisasikan. Dari 100% yang saya ikuti, paling hanya 50% saja yang barangnya benar-benar dikirim. Lalu, 50% sisanya bagaimana? Bisa dibilang scam lah. Ya, secara kasarnya kita bilang scam, karena mereka tidak bisa mewujudkan apa yang mereka cita-citakan dan uang kami tidak kembali,” jelas Robby.
Tidak berhenti sampai di sana, dari 50% yang barangnya sampai ke Robby, ternyata paling hanya 50% saja yang bisa dipakai. Lalu, sisanya tidak bisa digunakan atau tidak sesuai dengan deskripsi, karena mengalami malfungsi.
Akhirnya, Robby pun menyadari bahwa ternyata tidaklah semudah itu untuk berpartisipasi dalam proyek urun dana. Walau demikian, hal tersebut tidak melunturkan minatnya terhadap platform urun dana. Alasan Robby menyukai platform urun dana adalah bila dilihat dari sisi idealnya, urun dana merupakan salah satu metode bagi orang-orang yang punya beragam ide, tetapi tidak punya akses ke investor atau venture capital (VC).
“Ke depannya, kita enggak perlu cari dana dari pinjaman di bank, atau dari VC. Kita bisa urun dana saja, dan dukungan kita bisa lebih luas lagi, yaitu dari masyarakat,” kata Robby.
Awal Mula Mengenal Kripto & Mulai Mendirikan Crypto Launchpad
Singkat cerita pada akhirnya tahun 2017, Robby mulai ikut teman-temannya investasi di berbagai kripto.
Robby mengakui bahwa awalnya ia hanya mengetahui Bitcoin. Ia mendengar testimoni dari teman-temannya, jika membeli Bitcoin bisa mendatangkan keuntungan besar. Sama seperti kebanyakan investor ritel baru, ia pun tergiur dengan potensi keuntungan yang bisa diraup dari investasi Bitcoin dan aset kripto lainnya.
“Hampir kebanyakan orang kan masuk di dunia kripto dari teman atau influencer atau siapa pun yang tiba-tiba kaya. Mungkin sekitar 90% dari segi itunya, ya. Kira-kira hanya 10% yang mungkin masuk ke kripto karena ingin tahu ‘apa itu blockchain’.”
Namun, ketika dia mulai berinvestasi di kripto pada tahun 2017, sayangnya harganya ternyata amblas. Pada tahun 2018, Robby putuskan untuk cut loss portofolio kripto yang dia miliki.
“Dulu tidak tahu karena tidak benar-benar ikutin kripto, cuma ikut-ikutan aja. Saya cut loss, rugi banyak. Kenapa waktu itu saya cut loss, karena takut nilainya jadi zero. Baru pada tahun 2020, saya sadar lagi. Ada satu teman saya ternyata tidak cut loss. Kerugian yang dia rasakan, floating loss pada tahun 2018, itu ter-cover semua. Itu kan luar biasa,” jelas Robby.
Seiring berjalannya waktu, Robby pun mengaku bahwa dirinya kini adalah seorang Bitcoin Maximalist yang percaya dan mendukung Bitcoin.
“Tadinya yang cuma ikut-ikutan, cuma dengar orang, akhirnya saya pelajari kenapa Bitcoin itu masa depan. Setelah saya pelajari, saya makin senang, makin percaya.”
Kemudian, pada tahun 2020, barulah Robby mulai mengenal keberadaan protokol bernama launchpad di dunia kripto.
“Saya pelajari, mirip-mirip crowdfunding juga, tapi ini di sektor kripto. Ada Binance Launchpad dan juga centralized launchpad yang lain. Kita coba partisipasi di decentralized launchpad,” kenang Robby.
Meski tertarik dengan konsepnya, namun Robby menyadari ada banyak kelemahan dalam decentralized launchpad.
“Apa saja kelemahan decentralized launchpad? Pertama, di sana kita perlu minimal top up token 5.000 hingga 10.000 untuk bisa berpartisipasi. Artinya, dana yang diperlukan untuk bisa terlibat cukup besar. Masalah kedua, kita pernah ikut launchpad di CoinList. Kita memang tidak perlu beli token mereka. Namun, mereka menggunakan sistem waiting list. Jadi, yang antre itu ada 300.000-an orang, tapi yang berhasil beli itu cuma 40.000-an orang. Artinya, hanya sekitar 13% sampai 14% yang bisa beli. Sisanya hanya antre dan sia-sia. Saya pernah mengalami ini. Itulah kendala-kendala yang kita lihat,” ungkapnya.
Karena ada banyak kendala seperti itu, Robby dan timnya terinspirasi untuk mengembangkan launchpad dengan tier-less system. Secara sederhana, tier-less system adalah jumlah alokasi token yang diterima pengguna saat mengikuti suatu project sebanding dengan jumlah token yang mereka pertaruhkan. Hal ini diterapkan untuk mengurangi barrier to entry atau hambatan dalam partisipasi di launchpad. Akhirnya dari sini, lantas lahirlah Kommunitas.
Perbandingan Equity Crowdfunding & Crypto Launchpad
Dengan pengalaman yang dimiliki Robby secara pribadi berinvestasi di platform urun dana konvensional dan mencoba berinvestasi di launchpad kripto, kemudian muncul pertanyaan: bagaimana Kommunitas sebagai launchpad dapat menghindari hal-hal negatif yang berpotensi merugikan investor?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Robby mencoba membandingkan terlebih dahulu antara equity crowdfunding yang umum ada di Indonesia dengan web3 crowdfunding atau launchpad kripto. Bila di equity crowdfunding investor mendapat saham, maka saat mendukung project di web3 launchpad, investor bukan mendapat equity, melainkan token.
Robby menjelaskan alasan investor harusnya lebih lebih senang dapat token. Karena, sebenarnya token itu likuid. Benar-benar likuid, setidaknya menurut Robby dan tim Kommunitas.
Di memberi contoh, “Kita mau beli Bitcoin atau token apa pun yang ada di dunia kripto. kalau kita ngerti, kita itu bisa cek dulu likuiditasnya di decentralized exchange (DEX) tool atau di DEX screener. Misal, total likuiditasnya di DEX ada US$1 juta. Berarti seumpama kita punya token itu katakan 1% atau US$10.000, saya berani jamin 100% itu aman. Kenapa? Dengan ada US$1 juta di likuiditas di DEX itu, saya beli 1% saja, itu kapan pun saya jual, itu bisa karena ada likuiditasnya. Tengah malam, jam 2 dini hari, jam 3 subuh, saya jual bisa. Saya lagi gabut, di toilet misalnya, saya bisa jual dan terjadi pada saat itu juga.”
Namun, menurut Robby kondisinya berbeda dengan equity atau ekuitas atau saham. Menurut Robby, jika orang mau berpartisipasi di equity crowdfunding, peserta harus mencari secondary market terlebih dahulu. Selain itu, saat pengguna ingin menjual equity, belum tentu akan langsung terjual saat itu juga. Oleh karena itulah, ia pun menilai equity kurang likuid.
Kemudian, ketika ditanya seputar likuiditas saham di bursa saham, Robby berpendapat bahwa likuiditasnya 50:50.
“Pertama, trading saham hanya dari Senin sampai Jumat, jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Tengah malam saya jual, enggak bisa. Kemudian, di sana ada order book yang komposisinya order buy dan order sell. Saya punya beberapa saham yang saya mau jual tidak bisa. Yang ada orang yang mau jual saja, tidak ada orang yang ingin beli. Pertanyaannya, apakah banyak saham yang begitu? ‘Saham-saham gorengan‘ rata-rata begitu, karena mau jual tidak bisa, karena semua antri, tapi yang antri beli enggak ada.”
Akan tetapi, Robby memberikan pengecualian untuk pembelian saham dengan volume perdagangan yang “besar”. Kendati demikian, ia masih menggarisbawahi terkait fleksibilitas waktu jualnya, jika dibandingkan dengan kripto.
“Inilah bedanya dengan kripto. Kapan pun saya butuh cash, saya ke DEX yang ada di chain tersebut. Saya jual langsung laku, selama likuiditasnya ada. Jadi, pada intinya, saya lebih memilih web3 atau kripto karena jauh lebih likuid, asalkan mengerti caranya,” jelas Robby.
Baginya, kripto dan web3 adalah emerging market, satu bidang yang baru dan sedang booming. Banyak perusahaan-perusahaan yang tadinya dari dunia web2, kini mereka mulai menjajaki dunia web3. Artinya, ini peluang besar, banyak orang yang mau masuk web3. Sementara, tidak banyak orang mengerti, bagaimana “aturan main” di web3 yang berbeda dengan web2.
Ia pun memberikan perumpamaan tentang Bitcoin. Hampir semua orang pernah dengar Bitcoin. Beberapa orang mungkin pernah beli Bitcoin atau tereksposur tentang Bitcoin. Namun, pertanyaannya apakah mereka sudah punya Bitcoin? Menariknya, menurut Robby, orang-orang tersebut belum tentu memiliki Bitcoin. Sehingga, ia pun datang dengan kesimpulan bahwa adopsi kripto masih tergolong rendah. Untuk memperkuat argumennya, Robby pun merujuk kepada sejumlah informasi yang menyebutkan bahwa adopsi kripto baru menyentuh sekitar 2%.
“Mungkin ini seperti email di awal tahun 2000-an. Semua dari kita dengar tentang email, tapi tidak semua orang punya email. Semua orang baru punya email pada saat sistem operasi smartphone Android sudah mass adoption. Siapa pun yang mau beli Android, mau tidak mau harus membuat email untuk mengakses Google Play Store,” terang Robby.
Cara Kommunitas Menyaring Project yang Akan Listing
Launchpad Kommunitas pertama kali diluncurkan pada November 2021. Pada saat itu masih dalam momen bull market. Mereka listing berbagai project di dunia kripto atau web3 yang ingin berkembang dengan menggalang dana. Menurut Robby, “Bisa dibilang waktu itu masih easy money, waktu listing, token dari project–project yang listing, itu bisa naik 10 kali lipat sampai 20 kali lipat.”
Namun, begitu masuk bear market, sekitar bulan ke-4 dan ke-5 pada tahun 2022, Robby mengungkapkan, “Kita mulai berpikir mulai ada beberapa project–project yang listing, tidak berapa lama kemudian harga token mereka hancur, sehingga investor banyak yang rugi dan lain-lain.”
Akhirnya pada sekitar Mei 2022, Robby dan timnya mulai keluar dengan satu peraturan di Kommunitas yang bernama priority rules. Dengan aturan ini, Kommunitas hanya mau listing proyek kripto yang bersedia mengikuti ketentuan aturan yang mereka tetapkan. Ini syarat yang mereka terapkan untuk mengurangi risiko berinvestasi di launchpad dan sebagai proteksi bagi investor.
Untuk menilai suatu project yang berniat listing di Kommunitas, mereka pertama-tama perlu mengisi assessment form terlebih dahulu.
“Bagi kita, assessment form ini sudah sangat lengkap. Banyak project yang kita berikan assessment form tidak mampu mengisi karena lengkap banget. Ini kita dapat dari pertanyaan-pertanyaan untuk listing di crypto exchange besar seperti Binance, Huobi, Kucoin. Itu kita kumpulkan semua pertanyaan-pertanyaan yang bagus. Setelah itu, nanti ada internal team, independent research team, yang melakukan due diligence, bagaimana tentang project itu, timnya seperti apa, hingga pertanyaan apakah ada masa depan tidak project ini. Jika lolos assessment dan analisis dari tim internal, barulah kemudian kita akan bilang dan memberikan kriteria dalam priority rules kita,” jelas Robby sambil menegaskan bahwa ada tahapan lain sebelum suatu project dapat listing di Kommunitas.
Project yang Ingin Listing Harus Penuhi Priority Rules
Adapun 8 poin priority rules bagi suatu project untuk dapat listing di Kommunitas adalah sebagai berikut.
- Pertama, project itu harus mengirimkan token dalam jumlah penuh ke vesting contract Kommunitas sebelum listing, sehingga menurunkan risiko penundaan vesting.
- Kedua, dana yang terkumpul dari investor akan dikeluarkan bagi project sesuai dengan jadwal vesting. Misalnya, jika suatu project memberikan 15% token setiap bulan, Kommunitas hanya akan melepaskan presentase yang setara dari dana tersebut ke project setidaknya 48 jam setelah setiap vesting.
- Ketiga, jika harga token turun di bawah harga pada saat penjualan atau Initial KOMmunity Offering (IKO) sebelum 50% token diberikan ke investor, maka Kommunitas akan mendesak tim project untuk melakukan pembelian kembali token atau melakukan kampanye besar-besaran. Jika gagal dan harga token berada di bawah harga IKO selama 3 hari berturut-turut, Kommunitas akan memberikan opsi pengembalian dana untuk sisa alokasi kepada investor.
- Keempat, project harus menyediakan likuiditas dalam rasio 1:1 sehubungan dengan kapitalisasi pasar awal (IMC). Misalnya, jika suatu project memiliki IMC sebesar US$500.000, maka project itu harus memiliki likuiditas US$250.000 dalam dolar Amerika Serikat (AS) dan US$250.000 likuiditas dalam token. Kommunitas akan membantu menghitung IMC sebenarnya untuk project itu pada saat peluncuran.
- Kelima, likuiditas harus dikunci dengan pihak ketiga yang andal, misalnya seperti FlokiFi Locker.
- Keenam, token milik tim dari project itu harus dikunci sesuai dengan jadwal vesting. Ini termasuk setiap dan semua token untuk pemasaran, konsultasi, dan lain sebagainya.
- Ketujuh, kontrak token perlu diaudit oleh perusahaan audit yang dapat diandalkan seperti CertiK dan lain sebagainya untuk mencegah kerentanan atau celah yang disengaja dalam kode.
- Terakhir, yang kedelapan adalah tanggal listing token harus dalam waktu 14 hari sejak IKO. Kommunitas berhak memberikan pengembalian uang kepada para investor jika proses listing ini ditunda oleh project tersebut.
Menerima Banyak Permohonan Listing Setiap Minggu
Robby menceritakan bahwa komposisi tim Kommunitas diisi oleh orang-orang yang percaya dengan masa depan kripto dan web3. Mereka bekerja secara terdesentralisasi, dengan ada yang dari Jambi, Jember, Jakarta, hingga luar negeri.
“Kita semua serius dan punya hati dalam menjalankan ini. Artinya, kita punya satu visi dan misi yang sama. Kita ingin membuat suatu crypto crowdfunding, membuka peluang bagi investor-investor ritel untuk bisa berinvestasi di project yang punya potensi mendisrupsi industri. Pastinya, kita selalu berusaha memberikan project yang terbaik,” tegas Robby.
Robby dan timnya yakin bahwa sektor yang mereka geluti dapat jadi pembeda. Pasalnya, dulu pada momentum booming initial coin offering (ICO) sejak 2014, banyak project kripto yang membuat website mereka sendiri agar bisa langsung menerima dukungan dana dari investor.
Robby menilai ICO sangat berisiko karena investor memberikan dana mereka langsung ke project tersebut. “Kalau ternyata website project itu minggu depan sudah enggak bisa diakses, ya bye–bye itu dana investor. Kalau di initial DEX offering (IDO) [seperti di launchpad Kommunitas], ada tim sebagai orang tengah yang membantu screening.”
Ia mengaku bahwa setiap minggunya, Kommunitas menerima permohonan pengajuan listing yang masuk sekitar 30 sampai 50 project. Namun, yang diterima oleh Kommunitas hanya 1 atau 2 project, bahkan ada juga yang tidak mereka terima sama sekali.
“Kita benar-benar menggunakan screening yang ketat. Kita melihat trend, apakah project ini berprospek atau tidak,” jelas Robby.
Yakin Model Bisnis Crypto Launchpad Itu Jelas
Selain menjabat sebagai CEO Kommunitas, Robby juga merupakan group admin & advocates Polygon Indonesia. Dia mengaku punya hubungan yang cukup dekat dengan Polygon.
“Saya pernah beberapa kali mewakili Polygon untuk kegiatan ask me anything (AMA) di crypto exchange Indonesia. Kita dari Kommunitas pernah dapat dana hibah (grant) dari Polygon. Namun, pada dasarnya, kita masih bootstrap. Kita masih self funded project. Belum ada VC atau institutional investor yang mendukung. Kita masih mencari untuk bisa naik level. Namun, tentunya kita cari investor yang bisa kasih added value,” kata Robby.
Walau demikian, Robby nampaknya tidak terlalu pusing dengan masalah itu, sebab ia menilai model bisnis Kommunitas sebagai launchpad jelas.
“Bisnis kita cukup sederhana, kita charge 5% – 10% pada setiap project yang listing di launchpad Kommunitas. Pengenaan biaya ini kita lakukan di depan, bukan di belakang untuk meminimalisir risiko,” ungkapnya.
Di samping memiliki model bisnis yang jelas, Robby juga menjelaskan bahwa langkah Kommunitas untuk self-funded masih bisa berjalan hingga saat ini, karena ada banyak project yang butuh fundraising dan akan tetap banyak project yang perlu fundraising ke depannya. Tim Kommunitas meyakini bahwa trend web3 masih sangat baru dan akan banyak project, inovasi, atau bahkan adopsi di waktu yang akan datang.
Kommunitas Menyasar Market Global
Hingga saat ini, Kommunitas tercatat sudah listing lebih dari 71 project. Adapun total dana yang telah mereka kumpulkan mencapai sekitar US$6,57 juta (Rp98,8 miliar) dari 6.645 partisipan. Robby mengaku bahwa ia dan tim Kommunitas berfokus pada perusahaan yang baru ingin merilis project mereka, serta project dengan ide-ide menarik yang pastinya bisa divalidasi di market.
Menariknya, meskipun sekitar 80% anggota tim Kommunitas berasal dari Indonesia, rupanya kebanyakan proyek yang berpartisipasi bukanlah dari Tanah Air, melainkan dari komunitas kripto global. Fakta ini juga sejalan dengan jumlah investor, yang mana investor asal Indonesia ternyata hanya sampai 10% hingga 20%. Sisanya, lebih banyak dari Jerman, Rusia, dan Turki.
Terkait hal itu, Robby menjelaskan bahwa target market Kommunitas adalah global. Pasalnya, memang market kripto sebenarnya adalah global, tidak dibatasi oleh sekat-sekat negara.
“Makanya, kita tidak bawa-bawa kita dari Indonesia. Sejak dari awal, market Kommunitas itu global,” ujar Robby.
Saat ditanya mengenai kompetitor lokal di Tanah Air, Robby mengaku pernah dengar nama beberapa crypto launchpad Indonesia. Namun, menurut dirinya, Kommunitas masih lebih unggul dari segi screening project, keseriusan tim, dan aspek lainnya.
Pernyataan Robby ini sepertinya bukan hanya pepesan kosong. Pasalnya, Kommunitas telah berhasil masuk dalam jajaran project terbaik dalam berbagai hal. Mulai dari Top 10 Most Popular IDO Platforms, Top Polygonians Projects by LunaCrush Altrank, Highest Social Engagement di antara 10 project aktif di Polygon (Juni 2022), hingga Best Crypto Launchpad di Crypto Expo Asia 2022 Singapura.
“Pencapaian Kommunitas sampai saat ini karena keseriusan kita dalam membangun project. Maksudnya begini, beberapa orang membangun project untuk kepentingan pribadi saja. Banyak project, mohon maaf, yang dari Indonesia tidak lolos screening kita, karena standar yang kita pasang itu lebih tinggi, tetapi mereka tidak bisa penuhi.”
Strategi Mengembangkan Awareness Kommunitas
Saat ditanya tentang kunci kesuksesannya membangun Kommunitas dari 0, Robby dengan tegas menjawab: partnership.
“Kunci kita bisa sampai hari ini adalah partnership. Jadi, kita tidak pernah menutup diri kita untuk menjalin kolaborasi. Bahkan, kita ada suatu tim, isinya 4 sampai 5 orang, yang tugasnya khusus untuk mencari partner. Jadi, partner itu siapa? Siapa aja. mulai dari KOL [key opinion leader], VC, hingga community partner kripto seperti di Telegram atau Discord, baik itu yang di Indonesia dan global,” katanya.
Robby mengaku senang menjalin partnership dengan community partner. Pasalnya, mereka bisa saling membantu promosi. Baginya, benefit dari partnership dengan community partner adalah, “Jika nanti ada project yang listing di Kommunitas, kita bisa tawarkan ke mereka untuk bantu mempromosikan. Jadi, awareness yang kita dapatkan bisa lebih tinggi lagi.”
Tantangan yang Dihadapi Kommunitas
Robby mengaku bahwa tantangan yang dihadapi Kommunitas saat ini adalah user acquisition. Menurut pandangannya, baik itu di Indonesia dan di global, orang-orang masih enggan menghabiskan waktu mereka untuk mencari tahu atau belajar tentang apa itu blockchain, kripto, dan web3.
“Edukasi, itu tantangan kita. Pasalnya, mohon maaf, banyak orang itu tidak ingin belajar. Mereka itu maunya, ‘Saya mau beli kripto, harapan saya, besok naik 10 kali.’,” terangnya.
Maka dari itu, saat ini, ia dan timnya sedang berusaha membawa orang-orang yang belum mengerti tentang kripto agar mau mempelajarinya lebih lanjut.
“Kita sedang mencoba membangun divisi edukasi. Kita ingin mengedukasi orang lebih luas. Bukan cuma tentang crypto launchpad, tetapi juga apa itu kripto secara general, kenapa kripto itu bagus, bagaimana cara melihat project kripto yang bagus. Sayang sekali kalau banyak orang hanya ikut-ikutan saja, ikut apa kata influencer dan tidak mau cari tahu sendiri,” tegas Robby.
Bear Market Momentum yang Perlu Dimanfaatkan
Selanjutnya, ketika ditanya perihal pandangannya terhadap kondisi bear market, sang CEO Kommunitas justru menilai bahwa bear market itu suatu yang bagus.
“Namun, kalau kita zoom out, kita lihat dengan time frame yang lebih panjang, grafik itu pasti naik. Hanya, Menurut saya, banyak orang yang tidak sabar,” tuturnya.
Bagi Kommunitas sendiri, bear market juga memberikan efek positif. Salah satunya adalah dengan tercetusnya priority rules. Selain itu, menurut Robby, dengan adanya bear market, Robby menilai launchpad yang “nakal” dan tidak jelas sudah mulai keluar dari bisnis ini, sebab mereka tidak mendapat project atau tidak ada para investor yang menjadi partisipan yang percaya.
“’Nakalnya’ bagaimana? Mereka baru raise fund US$100.000, sudah berbuat ‘nakal’. Ada banyak kenakalan yang bisa dilakukan launchpad itu yang merugikan bagi project maupun investor. Ada, banyak launchpad yang rug pull. Kita tidak akan pernah tahu kalau kita tidak menggeluti industri ini. Banyak launchapd abal-abal yang niatnya jahat. Listing project, raise fund, ambil duit, terus kabur,” imbuh Robby.
Oleh karena itulah, terlepas dari lesunya kondisi pasar kripto selama bear market, Robby menganggap situasi ini sebagai sesuatu yang lumrah dan harus dilewati. Ia meyakini, jika setiap project bisa melalui bear market kripto, maka akan mudah untuk riding the wave di saat bull run nanti.
Selanjutnya, Robby juga membagikan pendapatnya mengenai arah bisnis crpyto launchpad pada tahun 2023.
“Menurut saya, sektor yang akan menjadi sorotan di dunia kripto termasuk SocialFi serta DeFi yang lebih kompleks seperti bond, perpetual market, hingga leverage trading.”
Sebagai penutup, saat ditanya mengenai market outlook untuk tahun 2023, Robby menilai bahwa market akan mulai membaik. Apalagi, momen Bitcoin halving diperkirakan akan terjadi pada kuartal I/2024.
“Namun bagi saya, kalau market turun lagi, tidak apa-apa. Saya akan antri beli Bitcoin [di harga yang lebih rendah]. Namanya juga barang diskon, siapa yang tidak suka barang diskon?” Tutup Robby dengan penuh semangat.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.