Ambisi Republik Afrika Tengah (CAR) untuk menjadi negara yang mengadopsi teknologi blockchain secara utuh lewat Sango Coin sepertinya belum bisa berjalan sesuai rencana.
Menurut rencananya, Sango Coin bakal menjadi mata uang yang bisa berfungsi sebagai alat transaksi resmi di negara yang dipimpin oleh Faustin Archange Touadera tersebut. Di samping itu, Republik Afrika Tengah juga rupanya memiliki ambisi untuk menjadi hub bagi aset kripto di dunia.
Peluncuran Sango Coin terjadi di tengah pasar kripto yang masih belum menunjukkan tanda akan bangkit. Namun, Republik Afrika Tengah tetap bersikeras untuk melakukan rencananya. Sebagai kompensasinya, negara yang masuk dalam negara miskin tersebut akhirnya menurunkan syarat pembelian Sango Coin, dari sebelumnya US$500 menjadi US$100.
Syarat minimum tersebut harus dipenuhi dalam bentuk Bitcoin (BTC), Ether (ETH), Binance USD (BUSD), BNB, Tether (USDT), USD Coin (USDC), dan Dai. Akan tetapi, pada kenyataannya, koin tersebut tidak terserap sempurna.
Pada debut penjualan perdananya, Republik Afrika Tengah hanya berhasil menjual 5,55% dari total pasokan token Sango Coin. Alhasil, dari penawaran awal yang mencapai US$21 juta, negara yang juga mengadopsi Bitcoin sebagai legal tender itu terpaksa cuma mengantongi sebesar US$1,09 juta dari hasil penjualannya.
Dalam 24 jam terakhir, hanya sekitar 200 juta Sango Coin yang berhasil terjual. Republik Afrika Tengah membanderol harga pertama untuk koin tersebut berada di kisaran US$0,10 dan US$0,45 untuk listing price.
Meski demikian, target pengumpulan hasil penjualan yang pemerintah Republik Afrika Tengah tetapkan tidaklah berubah. Mereka menargetkan mampu meraup US$1 miliar dalam kurun waktu 1 tahun. Selain itu, pemerintah Republik Afrika Tengah juga memberlakukan masa vesting selama 1 tahun terhadap Sango Coin. Artinya, setiap pembeli koin tersebut tidak bisa menarik ataupun melakukan pemindahan dana selama 1 tahun.
Beberapa Pihak Anggap sebagai Sinyal Negatif
Landainya angka penjualan koin yang Republik Afrika Tengah alami dipandang oleh beberapa pihak sebagai dampak kurang baik. Kepala Strategi Keuangan Perusahaan Investasi Kripto di Solrise, Joseph Edwards, mengungkapkan proyek kripto yang tidak habis terjual saat peluncuran perdananya merupakan pertanda buruk.
“Sulit untuk mendapatkan informasi yang tepat tentang berbagai hal terkait pengembangan koin tersebut dan struktur proyeknya. Hal itu karena tidak ada kejelasan informasi,” katanya.
Edwards menambahkan, ketidakjelasan yang ia maksud termasuk di antaranya perihal bursa apa yang akan didaftarkan setelah penjualan koin selesai, serta peruntukan dana hasil penjualan.
Perlu diingat bahwa Sango Coin tidak akan menggantikan mata uang asli Republik Afrika Tengah. Negara tersebut masih akan menggunakan franc CFA sebagai mata uang utamanya.
Sementara itu, pandangan lain menyebutkan bahwa Sango Coin merupakan aset kripto berbasis blockchain yang dikendalikan oleh pemerintah secara penuh. Hal itu jelas berseberangan dengan prinsip kehadiran aset kripto sendiri yang bertujuan bisa menjadi sistem yang independen, tanpa ada campur tangan dari pihak mana pun.
Republik Afrika Tengah Lakukan Tokenisasi Sumber Daya Alam lewat Sango
Dalam roadmap pengembangan proyek Sango, terungkap bahwa Republik Afrika Tengah juga akan memulai tokenisasi sumber daya alam.
Potensi sumber daya alam yang bisa disinergikan menggunakan teknologi blockchain terdiri dari US$60 miliar emas, US$2,2 triliun besi, US$5 miliar uranium, US$285 miliar berlian, US$2 miliar batu kapur, dan US$7 miliar grafit.
Roadmap pengembangan proyek Sango juga mencontohkan bagaimana tokenisasi tambang emas akan berlangsung. Di tahap awal, Republik Afrika Tengah bakal mengesahkan keberadaan emas dengan menyewa lembaga audit independen.
Setelahnya, pemerintah setempat akan membuat rencana bisnis dan seluruh detail yang dibutuhkan untuk kemudian ditawarkan pada investor. Siapa saja yang tertarik dalam proyek tambang tersebut harus menyiapkan penawaran dalam mata uang Sango Coin. Selain itu, investor juga harus memberikan sejumlah agunan berupa Sango Coin untuk proses tokenisasi.
Namun, sayangnya, informasi pada roadmap Sango terbilang belum cukup jelas perihal bagaimana skema yang sebenarnya akan dijalankan untuk tokenisasi triliunan dolar sumber daya alam tersebut.
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.