Pasar kripto akan menyaksikan kedaluwarsa kontrak opsi Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) senilai US$2,639 miliar (Rp42,8 triliun) hari ini (3/1). Kedaluwarsa besar ini berpotensi memengaruhi aksi harga jangka pendek, terutama mengingat volatilitas yang terjadi pada kedua aset selama beberapa hari terakhir.
Dengan opsi Bitcoin bernilai US$1,9 miliar dan Ethereum sebesar US$712 juta, apakah pasar kripto akan terus mengalami volatilitas atau justru memulai awal yang stabil untuk tahun 2025? Berikut arti dari kedaluwarsa opsi ini pada harga BTC dan ETH.
Kedaluwarsa Opsi Kripto Perdana di 2025: Lebih dari US$2,6 Miliar Kedaluwarsa Hari Ini
Data dari Deribit menunjukkan kedaluwarsa opsi Bitcoin hari ini melibatkan 19.885 kontrak, dibandingkan dengan 88.537 kontrak pada minggu lalu. Begitu pula, jumlah kontrak opsi Ethereum yang kedaluwarsa hari ini mencapai 205.724 kontrak, turun dari 796.021 kontrak pada minggu sebelumnya. Perbedaan ini disebabkan oleh kontrak minggu lalu yang menandai kedaluwarsa opsi akhir tahun.
Untuk Bitcoin, opsi yang kedaluwarsa memiliki harga sakit maksimum (strike price) sebesar US$97.000 dan rasio put-to-call sebesar 0,69. Ini mencerminkan sentimen yang umumnya bullish, meskipun Bitcoin masih berjuang untuk kembali mencapai angka US$100.000.
Sebaliknya, kontrak Ethereum yang berakhir hari ini memiliki harga sakit maksimum sebesar US$3.400 dan rasio put-to-call 0,81, menunjukkan prospek pasar yang serupa. Ketika rasio put-to-call berada di bawah 1, ini artinya ada lebih banyak trader bertaruh pada kenaikan harga.
Dalam perdagangan opsi, strike price adalah metrik penting yang seringkali membimbing perilaku pasar. Harga ini merepresentasikan level di mana sebagian besar opsi berakhir tidak bernilai, memberikan “rasa sakit” finansial maksimum bagi trader ketika opsi mereka kedaluwarsa tanpa nilai.
Karenanya, kalangan trader dan investor perlu bersiap menghadapi volatilitas, sebab kedaluwarsa opsi acapkali menyebabkan fluktuasi harga jangka pendek, yang menciptakan ketidakpastian pasar. Khususnya, harga aset cenderung bergerak menuju strike price untuk mengoptimalkan keuntungan bagi penjual opsi, yang dalam banyak kasus adalah institusi keuangan besar atau “smart money”.
Menurut data BeInCrypto, BTC diperdagangkan seharga US$96.912 saat publikasi artikel ini, sedangkan ETH berada di harga US$3.465. Bergerak mendekati strike price masing-masing akan berarti peningkatan nilai yang moderat untuk Bitcoin dan penurunan tipis untuk Ethereum, sehingga memicu potensi volatilitas.
“Level volatilitas telah mempertahankan pola dan bentuk yang konsisten selama periode pasca-Natal. Kedaluwarsa akhir tahun Desember dari sebagian besar opsi terbuka di pasar tidak menghasilkan ledakan seperti yang diantisipasi beberapa pihak. Sebaliknya, volatilitas ETH diperdagangkan lebih dari 5 poin lebih rendah, sementara BTC menunjukkan pola yang sama, sedikit lebih curam sejak Hari Natal,” ungkap Deribit.
Meski menghadapi potensi volatilitas, pasar biasanya kembali stabil segera setelah trader beradaptasi dengan lingkungan harga baru. Dengan kedaluwarsa bervolume tinggi hari ini, trader dan investor dapat mengantisipasi hasil serupa yang berpotensi memengaruhi tren pasar jangka pendek.
Bagaimana pendapat Anda tentang opsi BTC dan ETH yang kedaluwarsa ini dan efeknya ke pasar? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.