Otoritas Libya kini tengah mengintensifkan penindakan terhadap aktivitas crypto mining ilegal di negaranya.
Pada hari Kamis (22/6), sejumlah outlet media lokal melaporkan bahwa sekitar lima puluh warga negara Cina telah ditahan terkait razia di sebuah crypto farm di kota Zliten.
Razia terbaru ini menyusul penggerebekan oleh aparat penegak hukum tentang keberadaan crypto farm “bawah tanah” yang serupa di Misrata dan Tripoli pada awal pekan ini.
Pabrik Besi Terbengkalai Jadi Markas Operasi Crypto Mining Ilegal
Terkait temuan itu, video yang beredar di internet menunjukkan bangunan industri besar yang dilengkapi dengan deretan rak server yang mungkin digunakan untuk aktivitas mining Bitcoin atau aset kripto lainnya. Di samping itu, menurut surat kabar Italia Agenzia Nova, crypto farm Zliten beroperasi di sebuah pabrik besi yang sudah terbengkalai.
Libya Muncul sebagai Hub Mining Regional Meski Ada Larangan Kripto
Secara hukum, Bank Sentral Libya sendiri sebenarnya telah melarang penggunaan aset kripto karena dianggap membawa risiko pencucian uang. Namun, kenyataannya, selama beberapa tahun terakhir, negara ini telah menjadi pusat aktivitas crypto mining ilegal berkat biaya listrik yang murah.
Menurut salah satu sumber, pada September 2022, biaya listrik rumah tangga di Libya hanya sekitar 0,01 USD per kWh. Sementara rata-rata harga global pada periode tersebut adalah 0,17 USD per kWh.
Terlebih, peluang ekonomi di negara yang dilanda perang dan terbagi secara politik ini juga sangat terbatas. Maka dari itu, tidak heran jika beberapa warga Libya memilih untuk beralih ke crypto mining ilegal sebagai sumber penghasilan.
Bahkan, Bitcoin Electricity Consumption Index dari University of Cambridge menemukan bahwa pada tahun 2021-2022, Libya menyumbang antara 0,13% hingga 0,17% dari hashrate bulanan rata-rata global.
Kendati demikian, jika dibandingkan dengan miner Bitcoin terbesar di Rusia dan AS, Libya tentunya masih kalah jauh. Tapi tetap saja, negara ini punya tingkat penambangan kripto yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangganya yang jauh lebih padat penduduk.
- Baca Juga: Miner yang Tak Lapor Penghasilan Siap-siap Kena Hukuman Penjara menurut RUU Crypto Mining Baru Rusia
Pemerintah Libya Tuding Bitcoin Farm sebagai Penyebab Mati Listrik
Akibat tingginya permintaan energi dari aktivitas crypto mining ini, pemerintah Libya jadi menyalahkan para miner Bitcoin atas pemadaman yang terjadi.
Pemadaman listrik sendiri sudah menjadi masalah serius di Libya yang mengakibatkan terjadinya ledakan demonstrasi di Tripoli dan Benghazi tahun lalu. Maka tidak heran, dengan pemadaman yang berlangsung hingga 24 jam kala itu, warga sampai turun ke jalan untuk memprotes penanganan pemerintah terhadap situasi tersebut.
Walau situasinya sudah agak membaik sejak tahun lalu, konflik yang terus berlanjut masih mengancam pasokan listrik bagi warga Libya.
Nah, di tengah situasi seperti ini, Perdana Menteri Libya Abdul Hamid Dbeibah mencoba untuk mencari kambing hitam dengan mengaitkan pemadaman listrik yang melanda negaranya dengan aktivitas mining Bitcoin ilegal.
Parahnya lagi, pada November lalu, dirinya mengeklaim bahwa aktvitas tersebut sudah memakan antara 1.000 hingga 1.500 megawatt jaringan listrik Libya. Lebih lanjut, ia mengaku sudah meramal penindakan keras terbaru ini dengan berargumen bahwa kekosongan otoritas telah membuat mining ilegal semakin marak.
Bagaimana pendapat Anda tentang pemberantasan crypto farm di Libya ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.