Potensi tokenisasi aset di Indonesia diprediksi mampu mencapai angka US$88 miliar atau lebih dari Rp1.400 triliun dalam 6 tahun mendatang. Angka tersebut memperlihatkan adanya peluang pertumbuhan sebesar 31,7% yang bakal berkembang di sektor komoditas dan instrumen keuangan. Termasuk stablecoin, exchange-traded fund (ETF), obligasi dan juga instrumen utang.
Oleh karena itu, empat entitas keuangan yang terdiri dari D3 Labs, BRI Ventures, Saison Capital dan juga Tiger Research mulai mengeksplorasi berbagai potensi yang ada dengan merilis Project Wira,
Dalam keterangan resmi terungkap, proyeksi tersebut menandakan adanya peluang yang signifikan bagi para pendatang awal di pasar tokenisasi aset. Menurutnya, kesiapan Indonesia dalam hal tokenisasi aset terlihat dengan pertumbuhan pasar pembayaran digital yang tumbuh 2,5 kali lipat menjadi US$760 miliar.
Selain itu, sejak 2012 hingga Juni tahun ini, total transaksi yang menggunakan QRIS juga sudah mencapai 5.926 juta. Sementara jika berkaca pada adopsi aset kripto, sampai dengan Oktober kemarin, jumlah pelanggan kripto di Indonesia sudah mencapai angka 21,6 juta pelanggan. Jauh lebih besar dari jumlah investor pasar modal.
“Indonesia siap untuk mengadopsi stablecoin, didorong oleh populasi muda, pertumbuhan pembayaran digital yang pesat, dan ketergantungan pada pengiriman uang dan perdagangan. Inisiatif seperti XIDR (StraitsX) dan IDRT mencerminkan upaya untuk mengembangkan stablecoin berbasis Rupiah,” tulis laporan.
Sementara dari sektor komoditas, potensi tokenisasi aset bakal berkembang oleh pertumbuhan industri kendaraan listrik, batu bara, minyak sawit, serta minyak dan gas bumi. Menurut laporan, tokenisasi komoditas menawarkan tiga manfaat utama termasuk untuk efisiensi dalam penggalangan modal, peningkatan daya saing global, dan strategi ESG yang lebih kuat.
Tokenisasi aset menjadi penting lantaran sejalan dengan pertumbuhan potensi pasarnya, penghematan biaya keuangan juga bisa terjadi secara signifikan. Menurut laporan, melalui tokenisasi tingkat efisiensi mampu mencapai US$300 juta.
Gunakan Jaringan SeaSeed Network
Nah untuk mencapai hasil yang positif, perlu adanya ketepatan dalam mekanisme konsensus dan juga rantai izin publik yang direkomendasikan. Salah satu CEO D3 Labs, Chung Ying Lai menyoroti SeaSeed Network yang menjadi pelopor dalam blockchain publik layer-1 (L1). Kehadiran entitas tersebut mampu melakukan tokenisasi aset dan memungkinkan transaksi lintas batas yang patuh.
“SeaSeed Network memelopori blockchain publik yang diizinkan, yang dirancang khusus untuk lembaga keuangan. Entitas tersebut bermitra dengan entitas seperti Bank BTN, Saison Capital dan UOB Venture Management,” jelas Ying Lai.
Memanfaatkan kemitraan ini, pihaknya memastikan node validator yang aman untuk membuat token aset dunia nyata (RWA).
Bagaimana pendapat Anda tentang peluang tokenisasi aset di Indonesia yang mencapai Rp1.400 triliun di 2030 ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli BeInCrypto yang berbahasa Inggris.