CleanSpark, penambang Bitcoin (BTC) yang berbasis di Amerika Serikat (AS), baru saja mengumumkan kinerja keuangannya yang berakhir pada bulan Juli kemarin. Perusahaan berhasil menambang 384 BTC selama bulan ke 7 tahun ini. Namun, CleanSpark harus rela mengurangi kepemilikan aset kripto untuk mendanai biaya operasionalisasinya.
CleanSpark mengaku telah menjual 426 BTC dengan harga rata-rata US$20.768. Masih landainya harga BTC membuat perusahaan harus menjual lebih banyak aset kripto ketimbang jumlah produksi bulanannya.
Pada bulan lalu, perusahaan mencapai angka produksi bulanan sebanyak 339 BTC. Untuk membiayai operasionalisasinya, CleanSpark menjual sebanyak 328 BTC dengan harga rata-rata berkisar di level US$25.644 per BTC. Kala itu, perusahaan sukses meraup untung US$8,4 juta.
Meski harus menjual lebih banyak aset kriptonya di bulan Juli, nyatanya, CleanSpark masih sanggup mendapatkan keuntungan senilai US$8,8 juta. Sampai dengan akhir bulan lalu, perusahaan masih mengantongi 519 BTC, turun dari jumlah kepemilikan Bitcoin di Juni lalu yang mencapai 561 BTC.
Saat ini, perusahaan yang masuk dalam kategori Perusahaan Kecil Terbaik di Amerika lantaran kemandirian energinya memiliki 30.450 rig untuk melakukan penambangan Bitcoin dengan total hashrate mencapai 2,9 EH/s. Sebagai catatan, sejak Januari hingga Juli kemarin, CleanSpark sudah menambang sebanyak 2.247 BTC.
Harga BTC Ambruk, CleanSpark Derita Rugi
Di kuartal dua yang berakhir pada 31 Maret 2022, perusahaan harus rela menderita rugi bersih senilai US$0,17 juta. Terus melandainya harga BTC diduga menjadi biang keladi dalam merahnya rapor keuangan perusahaan.
Karena di periode yang sama tahun lalu, yakni di Maret 2021 lalu, perusahaan masih sanggup membukukan laba bersih sebesar US$7,4 juta. Padahal jika menilik data pergerakan harga bitcoin, sepanjang Januari sampai dengan Maret tahun ini, harga BTC masih berada di level yang cukup baik.
Yakni berkisar di angka US$36.000 sampai US$42.000 per Bitcoin. Sementara pada periode yang sama tahun lalu, pergerakan harga BTC berada di kisaran US$28.000 sampai US$59.000.
Di tengah pergerakan harga bitcoin yang melemah, perusahaan tetap menggenjot bisnisnya. Bulan lalu, CleanSpark mengakuisisi 1.061 mesin penambangan berjenis Whatsminer M30S. Unit tersebut sebelumnya sudah digunakan di lokasi penambangan yang menggunakan energi terbarukan, Coinmint.
Dengan aksi anorganik tersebut, perseroan menambah daya komputasi penambangan bitcoin sebanyak 93 petahases per detik. Chief Executive Officer (CEO) CleanSpark, Zach Bradford mengatakan perusahaan menggunakan pendekatan hibrid yang telah teruji dalam mengggunakan mesin sambil memperluas fasilitas penambangan.
“Hal itu membuat perusahaan bisa berada pada posisi yang sangat baik untuk meningkatkan kapasitas penambangan BTC secara berkelanjutan,” jelasnya.
Sebagai catatan, selama 6 bulan terakhir, kekuatan komputasi CleanSpark telah meningkat 47%. Hal itu mendorong produksi bitcoin secara bulanan tumbuh 50%.
Perusahaan Mining Bitcoin Terus Genjot Efisiensi demi Laba
Di tengah crypto winter seperti sekarang, perusahaan pertambangan aset kripto terus menekan efisiensi untuk memompa laba. Riot Blockchain, misalnya. Perusahaan merelokasi fasilitas penambangan yang ada di Coinmint ke Whinstone yang berada di Texas.
Hal itu dilakukan untuk menekan biaya produksi. Maklum, salah satu negara bagian yang ada di AS itu memiliki sumber energi terbarukan yang memiliki tarif listrik lebih murah daripada wilayah lain.
“Transisi yang akan dilakukan termasuk relokasi penambang ke Whinstone melalui perjanjian pertukaran penambang yang sudah ditandatangni Riot dengan rekanan penambangan Bitcoin lainnya,” tulis manajemen perusahaan.
Trusted
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
